Penelitian-penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

25

2.4 Penelitian-penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan subsidi pupuk telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah studi Osario et al 2008 menganalisis subsidi pupuk urea di Indonesia dengam metode 2SLS. Implikasi dari kebijakan subsidi pupuk adalah penggunaan pupuk Urea dan SP-36 diatas takaran yang disarankan dimana hal tersebut berdampak negatif bagi unsur hara dalam tanah. Tujuan dari pemberian subsidi tersebut adalah mengurangi harga pupuk di pasaran agar petani kecil dapat tetap menggunakan pupuk. Pemberian subsidi pupuk dikatakan tidak tepat sasaran karena sebagian besar yang menikmati subsidi tersebut adalah kalangan petani kaya bahkan sebesar 60 persen dari total alokasi subsidi pupuk dinikmati oleh 40 persen petani besar. Penelitian Marisa 2011 tentang Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk di Kabupaten Bogor. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah dengan adanya HET untuk pupuk bersubsidi dari pemerintah maka petani dapat menghemat pengeluaran pupuk sebesar 44,72 persen dari pengeluaran seharusnya. Namun, kebijakan subsidi pupuk belum dapat dikategorikan efektif dikarenakan hasil presentase ketepatan yang kurang dari 80 persen dimana subsidi pupuk dinilai tidak efektif pada prinsip tepat harga, tepat tempat dan tepat jumlah. Prinsip tepat waktu menjadi satu-satunya prinsip yang terpenuhi. Hasil regresi berganda menyatakan variabel luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, dummy benih dan dummy efektivitas harga mempunyai nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata 10 persen berarti variabel independen tersebut berpengaruh nyata terhadap produksi padi. 26 Studi yang dilakukan oleh Kasiyati 2004 di Jawa Tengah menunjukkan hasil positif dari subsidi pupuk terhadap produksi output petani yang meningkat sebesar Rp. 3.455.333 juta. Selain itu, pengadaan pupuk bersubsidi mampu memberikan insentif bagi produsen pupuk untuk menambah produksi pupuk sebesar Rp. 2.122.497 juta. Adanya subsidi pupuk juga dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga petani sebesar Rp. 107.589,87 juta. Dampak penghapusan subsidi pupuk menjadi penelitian Andari 2001 yang menghubungkan permintaan pupuk dan produksi padi di Jawa Barat. Hasil pendugaan koefisien input dalam fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukan penghapusan subsidi pupuk tidak akan menurunkan produksi padi karena petani lebih mementingkan usaha untuk memaksimalkan produksi dibanding keuntungan yang didapat. Hasil lainnya yang berkaitan dengan permintaan pupuk menunjukkan kenaikan harga pupuk tidak menurunkan permintaan pupuk sendiri. Studi Yuliarmi tahun 2006 tentang faktor-faktor penentu adopsi teknologi pemupukan berimbang, di Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Hasil yang didapat adalah rata-rata poduksi petani peserta pemupukan berimbang lebih tinggi 976 kg dibandingkan produksi yang diperoleh petani non peserta pemupukan berimbang. Hasil dari metode logit memperlihatkan bahwa variabel harga gabah, biaya pupuk dan luas lahan berpengaruh secara nyata pada taraf nyata 1 persen, 5 persen dan 10 persen. Variabel lainnya yaitu resiko produksi, keuntungan usahatani, pendidikan petani dan pengalaman usahatani bertanda negatif dan tidak berpengaruh nyata. Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan pada tujuh Provinsi tahun 2010 menyatakan bahwa pemberian BLP 27 Bantuan Langsung Pupuk dan BLBU Bantuan Langsung Benih Unggul terhadap produktivitas usahatani padi meningkat 17,56 persen dari sebelumnya. Dampak terhadap kesempatan kerja pun meningkat 7,5 persen. Target penurunan penggunaan pupuk anorganik seperti Urea, TSP dan KCl tercapai karena terjadi peningkatan penggunaan pupuk organik sebesar 52,9 persen. Secara keseluruhan, pendapatan usahatani padi meningkat sebesar 34,56 antara sebelum dan sesudah menggunakan BLBU dan BLP, yakni dari Rp. 6.800.000ha menjadi Rp. 9.100.000ha. Keuntungan bukan hanya dirasakan petani, Perusahaan yang memproduksi POG mengalami peningkatan produksi dan pendapatan. Perekonomian Nasional pun meningkat dengan adanya BLP dan BLBU tersebut.

2.5 Kerangka Pemikiran