Gambaran Umum Subsidi Pupuk Organik Provinsi Lampung

43 Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Lampung Timur terus mengalami peningkatan dimana Padi di tahun 2005 memproduksi 308.577 Ton dan di tahun 2008 memproduksi sebanyak 382.387 Ton GKG yaitu 16,33 persen dari total produksi padi Provinsi Lampung BPS, 2008.

4.2 Gambaran Umum Subsidi Pupuk Organik Provinsi Lampung

Secara ilmiah, pemakaian pupuk organik pada petani memberikan banyak manfaat bukan hanya berdampak pada peningkatan produksi pangan, pendapatan petani dan swasembada pangan tetapi juga secara bertahap akan memperbaiki kualitas lingkungan dan mengurangi frekuensi terjadinya banjir dan longsor di kawasan produksi pangan nasional. Subsidi pupuk organik merupakan salah satu cara pemerintah untuk mengatasi masalah akibat tidak adanya pihak produsen maupun masyarakat yang mampu membayar eksternalitas positif dari pengadopsian pupuk organik PSP3, 2011. Kebijakan pemerintah dalam pengadaan dan penyaluran pupuk sejak awal didasari oleh keinginan untuk memenuhi prinsip enam tepat dalam penyalurannya, yaitu tepat jenis, jumlah, harga, tempat, waktu dan mutu Rusastra et al, 2005. Pada prakteknya seringkali keenam prinsip tersebut tidak dipenuhi. Kurang cepatnya pelaksanaan subsidi pupuk organik hanya dirasakan oleh 11,67 persen responden petani sehingga dapat dikatakan BLPO Provinsi Lampung tepat waktu. Jumlah pupuk organik bersubsidi yang diberikan pada tanaman padi sawah antara 100-300 kgha untuk pupuk organik granul POG dan 1-2 literha untuk pupuk organik cair POC dirasa kurang oleh 31,67 persen responden karena petani membutuhkan POG sebanyak 500 kgha. Ketepatan dalam hal kualitas hampir 44 100 persen hanya 1 orang saja yang menyatakan pupuk organik bersubsidi tidak sesuai kualitasnya. Tepat jenis dirasakan oleh 99,95 persen responden dimana pupuk organik bantuan sesuai dengan lahan yang dimilikinya. Petani sangat senang mendapatkan bantuan benih dan pupuk dan mengharapkan program tersebut tetap berjalan pada tahun berikutnya. Program tersebut sangat membantu petani karena meringankan biaya produksi, meningkatkan hasil pertanian, dan menambah pendapatan mereka. Petani responden merasa kekurangan dari adanya BLP Organik di Provinsi Lampung adalah kurangnya penyuluhan tentang penanggulangan penyakit, benih dan pupuk kadangkala datang tidak bersamaan, harga pemerintah dan petani tidak sesuai dan menemukan kesulitan dalam hal distribusi. 45

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI

DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG 5.1 Karakteristik Petani Responden Penelitian dilakukan di Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Lampung Timur dengan responden sebanyak 60 responden. Berikut ini akan disajikan karakteristik petani responden. Pemaparan karakteristik ini diharapkan dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi petani dan keragaan usahatani padi di Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Lampung Timur. Karakteristik responden petani padi di Provinsi Lampung dijelaskan dalam Tabel 5.1 dengan usia termuda 26 tahun dan tertua 68 tahun dengan rata-rata 44 tahun. Sebanyak 28,33 persen atau 17 orang petani yang berusia 25–39 tahun. Mayoritas petani responden berusia antara 40–54 tahun atau sebanyak 51,67 persen sehingga karakteristik petani responden petani padi di Provinsi Lampung tergolong usia produktif. Ditinjau dari segi umur, petani dengan umur lebih tua memiliki pengalaman usahatani yang lebih banyak sehingga semakin baik dalam mengelola usahataninya. Disisi lain semakin tua semakin menurun kemampuan fisiknya sehingga semakin memerlukan bantuan tenaga kerja baik dalam keluarga maupun dari luar keluarga Suratiyah, 2009. Faktor usia juga mampu mengukur kepekaan petani untuk mengadopsi teknologi baru, dimana petani muda lebih cepat menerima inovasi baru dan lebih berani menanggung resiko daripada petani tua Yuliarmi, 2006.