17
nilai P secara konstan. Dalam kenyataannya, bertambahnya X secara konstan tidak menghasilkan pertambahan dalam P secara konstan. Salah satu solusinya
adalah memotong model probabilitas linear dengan cara membelokkan garis horizontal ketika mencapai 0 atau 1 Wonnacot, 1979. Sehingga, terdapat model
logit dengan bentuk kurva seperti huruf āSā.
2.2 Dinamika Subsidi Pupuk Organik di Indonesia
Pembangunan pertanian untuk mewujudkan pertanian tangguh dan efisien memerlukan kebijakan yang berkaitan langsung dengan pertumbuhan, stabilitas
dan pemerataan pembangunan ekonomi. Salah satu caranya melalui peningkatan produksi pertanian yang berkelanjutan dengan mendorong petani untuk
menerapkan teknologi pertanian Manaf, 2000. Teknologi pertanian yang dimaksud adalah teknologi modern, tanpa penggunaan teknologi modern, maka
hasil panen tidak akan sebesar yang diharapkan. Salah satunya berupa penggunaan pupuk dan benih unggul sebagai salah satu input dalam usahatani PSP3, 2010.
Pemerintah selalu berupaya mendorong petani untuk memanfaatkan pupuk secara tepat waktu dan tepat dosis agar dapat meningkatkan produksi pertanian.
Konsekuensinya adalah pemerintah juga harus berupaya meningkatkan produksi pupuk, sehingga tercapai cukupnya pasokan dengan harga yang dapat dijangkau
oleh petani Manaf, 2000. Pupuk sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
nomor 42PermentanOT.140092008 adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung
atau tidak langsung. Pupuk anorganik yaitu pupuk hasil proses rekayasa secara
18
kimia, fisika dan atau biologi yang merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. Petani Indonesia memiliki kecenderungan untuk menggunakan pupuk
anorganik yang tinggi untuk mengejar hasil yang tinggi pada lahan sawah tanpa mempertimbangkan kandungan bahan organik tanah yang menurun, baik jumlah
maupun kualitasnya. Menurut Rachman 2009 hal tersebut disebabkan terjadinya penimbunan hara dalam tanah, terkurasnya hara mikro dari tanah yang tidak
pernah diberikan melalui pupuk anorganik, terganggunya keseimbangan hara dalam tanaman, lebih pekanya tanaman terhadap serangan hama dan penyakit
serta terganggunya perkembangan jasad renik yang menguntungkan dalam tanah. Presiden RI menyatakan bahwa potensi sektor pertanian dapat
ditingkatkan jika kendala-kendala seperti produktivitas, efisiensi usaha, konversi lahan pertanian, keterbatasan sarana dan prasarana pertanian serta terbatasnya
kredit dan infrastruktur pertanian dapat teratasi dengan baik. Usaha pemerintah dalam menangani masalah produktivitas yaitu membantu petani dengan
memberikan bantuan input produksi berupa pemberian subsidi pupuk. Menurut Anjak 2006 pemberian subsidi pupuk masih sangat diperlukan petani Indonesia.
Hal tersebut dilandasi dengan dua argumentasi yaitu sebagai kewajiban pemerintah untuk membantu petani yang sebagian besar merupakan masyarakat
miskin dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengembangkan kapasitas produksi pertanian, dan juga sebagai pelindung petani miskin dari ancaman
eksternal akibat ketidakadilan perdagangan dalam rangka memberdayakan mereka menjadi masyarakat yang mandiri mampu menghidupi dirinya dan juga menjaga
eksistensi sektor pertanian di masa depan.
19
Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas
dasar program pemerintah di sektor pertanian. Jenis pupuk bersubsidi yaitu, pupuk anorganik urea, superphose, ZA, NPK dan pupuk organik granul dan cair.
Pupuk yang umum dipakai pada tanaman pangan adalah pupuk urea dan NPK. Pupuk urea digunakan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif, sedangkan
pupuk NPK sebagai penambah unsur N pada tanah agar tanah tetap subur Manaf, 2000.
Kebijakan subsidi pupuk bersifat dinamis sesuai dengan kondisi lingkungan strategis. Subsidi pupuk untuk pupuk urea diberikan sejak tahun 1969
guna mendorong produktivitas dan produksi pangan nasional. Sejak itu, subsidi pupuk urea terus diberikan dalam bentuk Harga Eceran Tertinggi HET sampai
terjadinya krisis pada tahun 1998. Krisis multidimensional dan tekanan dari IMF memaksa pemerintah harus mencabut subsidi pupuk urea selama 1 tahun yakni
tahun 1999 sampai 2000. Selama penghapusan subsidi pupuk urea kompensasi yang diberikan yaitu peningkatan harga Gabah Kering Giling GKG dari Rp.
1000 menjadi Rp. 1400-1500 per kg yang berlaku sejak tanggal 1 Desember 1998 Ilham, 2001.
Peningkatan harga pupuk urea dunia akibat peningkatan harga gas sebagai komponen terbesar pembuatan pupuk urea sejak tahun 2000 memaksa pemerintah
untuk mengendalikan harga pupuk urea domestik dalam rangka membantu petani dan mencegah dampak negatifnya terhadap kinerja sektor pertanian. Subsidi
pupuk urea tahun 2001-2002 diberikan dalam bentuk insentif gas domestik dan tahun 2003 pemerintah meningkatkan serta memperluas subsidi, tidak saja subsidi
20
gas untuk urea tetapi juga subsidi harga untuk pupuk lainnya yaitu SP-36, ZA dan NPK Rachman, 2009.
Pada tahun 2008 pemberian subsidi pupuk organik mulai dilaksanakan melalui program Bantuan Langsung Pupuk Organik BLP Organik bertujuan
mendukung petani dengan cara memberikan pupuk organik secara cuma-cuma. Program BLP Organik yang dimulai pada tahun 2008 telah mencakup 159
kabupaten yang tersebar di 17 provinsi dan memakan biaya sangat besar yaitu Rp. 383,4 miliar PSP3, 2010. Di tahun 2010 wilayah cakupan program BLP
Organik telah mencakup 199 kabupaten yang tersebar di 30 provinsi Kementerian Pertanian, 2010. Pemberian BLP Organik selalu dibarengi dengan
pemberian BLBU Bantuan Langsung Benih Unggul. Program BLBU dimulai tahun 2007 kepada petani di 29 provinsi yang tersebar di 249 kabupaten dan pada
tahun 2010 program ini terlaksana di 21 Provinsi yang tersebar di 261 kabupaten. Pada Tabel 2.1 alokasi subsidi pupuk terbesar di tahun 2011 yaitu pupuk
urea sebesar 5,1 juta ton atau sebesar 52,28 persen dari total volume pupuk bersubsidi. Pupuk NPK menempati urutan terbesar kedua yaitu 2,3 juta ton
dengan rata-rata pertumbuhan dari tahun 2006-2011 44 persen. Kedua pupuk anorganik tersebut memang memiliki kontribusi yang baik bagi peningkatan hasil
produksi, namun pemakaian pupuk anorganik dalam jangka panjang akan memberi dampak negatif bagi lingkungan seperti degradasi mutu lahan.
Penggunaan pupuk organik untuk mengatasi dampak tersebut adalah hal yang tepat, sehingga mulai tahun 2008 mulai diberlakukan subsidi pupuk organik.
21
Tabel 2.1 Perkembangan Subsidi Pupuk Tahun 2006-2011
Uraian 2006
2007 2008
2009 2010
2011 Growth
persen Subsidi Pupuk triliun
rupiah 3,2
6,3 15,2
18,3 18,4
18,8 52,25
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
a. Volume ribu ton 5.674
6.353 6.891
7.612,5 7.355
9.753,9 12,03
- Urea 3.962
4.249 4.558
4.624,9 4.279
5.100 6
- SP-36 711
765 558
582,1 644
750 2
- ZA 601
702 751
751,3 713
850 8
- NPK 400
637 956
1.417,7 1.473
2.349,9 44
- Organik 68
236,5 246
704 146
b. Harga Pokok Produksi
Rp000ton - Urea
1.352 1.803
2.153 2.729,1
2.729,1 3.132,4
19 - SP-36
1.654 2.432
2.655 2.525,6
2.525,6 3.138,9
15 - ZA
1.182 1.815
3.573 2.498
2.498 2.421,8
23 - NPK
2.227 3.104
5.134 5.164,8
5.164,8 5.099,8
21 - Organik
1.582 1.508,1
1.525,5 1.665,1
2 c. Harga Eceran
Tertinggi Rp000ton
- Urea 1.200
1.200 1.200
1.200 1.600
1.600 7
- SP-36 1.550
1.550 1.550
1.550 2.000
2.000 6
- ZA 1.050
1.050 1.050
1.050 1.400
1.400 7
- NPK 1.750
1.750 1.750
1.722 2.300
2.300 6
- Organik 1.000
500 700
700 -3
Sumber : Kementrian Pertanian, 2012 Bahan dasar pupuk organik dapat berasal dari berbagai sumber limbah
pertanian seperti sisa tanaman, sisa panen, pangkasan tanaman pagar, sisa media tanam jamur, pupuk hijau seperti orok-orok, serta kotoran hewan. Umumnya,
kohe kotoran hewan dibiarkan oleh para peternak atau dibuang ke sungai. Tercampurnya kohe dengan tanah dan air sungai menghasilkan polusi tanah dan
air, hal ini dapat merusak kesehatan orang menggunakan air yang telah terkontaminasi oleh kohe. Mengolah kohe menjadi pupuk organik secara langsung
mengurangi masalah polusi air, tanah dan udara PSP3, 2010. Bahan-bahan
22
tersebut dapat dijadikan pupuk organik melalui teknologi pengomposan sederhana maupun dengan penambahan mikroba perombak bahan organik serta pengkayaan
dengan hara lain Rusastra et al, 2005. Pupuk kandang mempunyai sifat yang lebih baik dibandingkan pupuk alam yang lain maupun pupuk buatan Rochmah,
2009. Kekurangan bahan organik dan pemakaian pupuk anorganik yang intensif
dalam periode waktu panjang membuat tanah-tanah pertanian kehilangan kemampuannya untuk menyerap dan menyimpan air. Sebagai konsekuensinya,
setiap turun hujan aliran air permukaan tanah menjadi berlebihan yang mengakibatkan longsor dan banjir. Pemberian pupuk organik secara berkelanjutan
akan memperbaiki daya serap dan daya simpan air oleh tanah sehingga akan mengurangi terjadinya banjir dan longsor. Hal ini akan berdampak pada
peningkatan produktivitas tanaman serta peningkatan pendapatan petani PSP3, 2010.
Pupuk organik dalam Permentan RI nomor 42PermentanOT.140092008 adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik
tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk granul atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik daripada kadar haranya; nilai C-organik
menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah
tanah organik. Pengembangan pupuk organik merupakan langkah strategis untuk meningkatkan produksi pertanian yang berkelanjutan. Pemberian pupuk organik
23
bersubsidi dinilai sesuai dengan kondisi sebagian besar petani yang meminimumkan biaya.
Berdasarkan alokasi program BLP Organik yang ditetapkan Menteri Pertanian, Direktur Jendral Prasarana dan Sarana menugaskan kepada PT Pertani
Persero, PT Sang Hyang Seri Persero dan PT Berdikari Persero untuk menyalurkan BLP Organik kepada kelompok tani penerima di masing-masing
wilayah tanggung jawabnya dengan memperhatikan penetapan calon petani dan calon lokasi penerima BLP Organik oleh Gubernur.
Tabel 2.2 Alokasi Kebutuhan Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun 2011 Menurut Sub Sektor
Sub Sektor Jenis dan Jumlah Pupuk Bersubsidi Ton
Urea SP-36
ZA NPK
Organik Tanaman Pangan
3.266.794 432.531 361.700 1.432.237 542.750 Hortikultura
463.226 36.725 147.506
201.888 76.961
Perkebunan 1.108.892 225.867 338.777
615.875 184.233 Peternakan
14.842 1.012
2.017 -
2.466 Perikanan Budidaya
172.083 53.865
- -
28.590 Cadangan Nasional
74.163 -
- 100.000
- Jumlah
5.100.000 750.000 850.000 2.350.000 835.000 Sumber : Kementrian Pertanian, 2011
BLP Organik difokuskan pada tanaman pangan. Pemberian pupuk organik bersubsidi lebih banyak di subsektor tanaman pangan karena sesuai dengan salah
satu tujuan BLP Organik yaitu meningkatkan produksi tanaman pangan khususnya padi, jagung dan kedelai PSP3, 2010. Pada tahun 2011 alokasi
kebutuhan pupuk bersubsidi untuk subsektor tanaman pangan sebesar 542.750 ton
24
Tabel 2.2 atau sebesar 65 persen dari jumlah alokasi pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian.
Sumber : Kementrian Pertanian, 2012 Gambar 2.1 Perkembangan Subsidi Pupuk Organik Tahun 2008-2010
Volume bantuan langsung yang diberikan pemerintah berupa pupuk organik tercatat mengalami peningkatan 146 persen dari tahun 2008-2011 Tabel
2.1. Tahun 2008 merupakan tahun pertama diberikannya subsidi pupuk organik dengan volume hanya sebesar 68 ribu ton dan terus berkembang hingga tahun
2011 volume subsidi pupuk organik sebesar 704 ribu ton. Kementrian Pertanian, 2012. Pada gambar 2.1 subsidi pupuk organik pun terus mengalami peningkatan.
Peningkatan yang cukup tinggi terjadi di tahun 2010 sebesar 39,97 persen dari Rp 961 miliar di tahun 2009 menjadi Rp 1,6 triliun.
15.2 18.3
18.4
0.82626 0.96152
1.6 2
4 6
8 10
12 14
16 18
20
2008 2009
2010
Triliun Rupiah
Th ou
san d
s
Pupuk Total Pupuk Organik
25
2.4 Penelitian-penelitian Terdahulu