Dampak Subsidi Pupuk Organik terhadap Produksi dan Pendapatan

48 responden yaitu 1,1 ha. Responden yang menyewa lahan untuk bertani hanya 1 orang dengan luas lahan sebesar 1,5 ha. Petani responden yang melakukan usahatani bersakap hanya 1 orang dengan luas lahan 0,125 ha. Semakin luas lahan milik petani akan mempengaruhi tingkat pengadopsian pupuk organik.

5.2 Dampak Subsidi Pupuk Organik terhadap Produksi dan Pendapatan

Padi Perhitungan usahatani padi bertujuan untuk mengetahui rata-rata produksi serta pendapatan petani padi responden di Provinsi Lampung. Perhitungan usahatani dilakukan atas dasar biaya tunai dan atas dasar biaya total. Perhitungan atas dasar biaya tunai sesuai dengan biaya yang dikeluarkan petani, karena program BLP Organik memberikan secara cuma-cuma benih, pupuk NPK, pupuk organik granul POG dan pupuk organik cair POC sehingga harga pada 4 komponen tersebut bernilai 0. Berbeda dengan perhitungan atas dasar biaya total yang memasukkan harga untuk ke-4 komponen didapat dari harga yang berlaku dipasaran pada saat Program BLP Organik di Provinsi Lampung dilaksanakan. Penambahan jumlah tenaga kerja dalam keluarga dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besarkah biaya yang seharusnya petani keluarkan dalam 1 masa tanam. Jumlah tenaga kerja dalam keluarga dimasukkan pada perhitungan atas dasar biaya total. Pada umumnya petani tidak pernah membayar jasa anggota keluarganya, sehingga harga yang ditetapkan untuk komponen ini berasal dari harga rata-rata tenaga kerja manusia di Provinsi Lampung. Produksi dan pendapatan petani meningkat cukup tinggi dari rata-rata 4,8 ton per ha menjadi 5,9 ton per ha. Ditambah dengan peningkatan harga gabah dari Rp 2.390,17 menjadi Rp 2.620,1 maka nilai produksi juga meningkat dari Rp 11,5 49 juta per ha menjadi Rp 15,4 juta per ha. Hal tersebut berarti dengan mengadopsi pupuk organik dapat meningkatkan pendapatan petani sekitar 25,38 persen. Struktur biaya produksi padi di Provinsi Lampung memiliki perbedaan dari sebelum dan sesudah adanya Program BLP Organik. Berdasarkan perhitungan atas dasar biaya tunai Lampiran 3, terdapat peningkatan rata-rata total biaya yaitu tenaga kerja manusia, tenaga kerja mesin, pestisida dan obat- obatan serta biaya lain-lain. Rata-rata total biaya tenaga kerja manusia yang membantu proses produksi setelah adanya BLP Organik yaitu Rp 2.113.050,20 meningkat 28,27 persen dibanding sebelum menerima BLP Organik. Rata-rata total biaya untuk tenaga kerja mesin sebelum program BLP Organik sebesar Rp 471.277,78 sedangkan setelah program BLP Organik meningkat hingga 33,75 persen menjadi Rp 711.385,25. Rata-rata total biaya untuk komponen pestisida dan obat-obatan merupakan biaya yang termurah baik sebelum maupun sesudah menggunakan BLP Organik walaupun terjadi peningkatan. Peningkatan biaya pada tiap-tiap komponen tersebut dikarenakan adanya peningkatan dari harga masing-masing komponen. Penurunan rata-rata biaya atas dasar biaya tunai terjadi di beberapa komponen usahatani yaitu komponen benih, pupuk dan tenaga kerja hewan. Penurunan rata-rata biaya benih dan pupuk karena adanya program BLBU dan BLP yang memberikan secara gratis benih unggul, pupuk NPK dan pupuk organik. Penurunan rata-rata biaya pupuk sebesar 63,77 persen. Rata-rata total biaya tenaga kerja hewan mengalami penurunan sebesar Rp 83.068,78 atau 19,14 persen. 50 Perhitungan usahatani padi atas dasar biaya total Lampiran 4 hanya memiliki sedikit perbedaan dengan perhitungan atas dasar biaya tunai. Pada dasarnya perhitungan tenaga kerja dalam keluarga yang dihitung dalam biaya total dimaksudkan untuk mengetahui secara keseluruhan pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan petani. Harga pada tenaga kerja dalam keluarga bukan merupakan harga sebenarnya, karena petani tidak pernah memberi gaji kepada keluarga yang turut membantu proses produksi. Harga tenaga kerja dalam keluarga didapat dari asumsi bahwa rata-rata harga tenaga kerja manusia sama dengan harga untuk tenaga kerja dalam keluarga. Sehingga dilakukan rata-rata dari seluruh harga tenaga kerja manusia. Maka harga tersebutlah yang diambil untuk menjadi harga tenaga kerja dalam keluarga. Penurunan rata-rata total biaya hanya dialami oleh biaya benih sebesar 34 persen dan tenaga kerja hewan sebesar 19,31 persen. Penurunan rata-rata total biaya tersebut karena pada dasarnya terjadi penurunan harga benih dan tenaga kerja hewan di Provinsi Lampung. Sebaliknya, peningkatan rata-rata total biaya terjadi di sebagian besar rata-rata total biaya yaitu biaya tenaga kerja manusia 28,26 persen, tenaga kerja dalam keluarga 8,03 persen, tenaga kerja mesin 33,75, pupuk dan obat-obatan 3,25 persen serta biaya lain-lain 16,36 persen. Peningkatan rata-rata total biaya yang terjadi ternyata tidak mempengaruhi rata-rata total pendapatan yang diterima oleh petani karena pendapatan petani tetap mengalami peningkatan. Seperti hasil dari perhitungan atas dasar biaya total keuntungan petani padi sebelum dan sesudah meningkat 29,16 persen dari Rp. 6.489.336,79 menjadi Rp. 9.160.233,70. Atas dasar biaya tunai keuntungan yang 51 didapat lebih tinggi yaitu 35,62 persen dari Rp 6.567.359,92 menjadi Rp 10.200.269,60. Perhitungan untuk menganalisis efisiensi usahatani yaitu rasio RC dan rasio BC. Hasil perhitungan rasio RC atas dasar biaya tunai mengalami peningkatan dari 2,34 sebelum menggunakan pupuk organik menjadi 2,98 setelah petani mengadopsi pupuk organik. Nilai rasio BC pun mengalami peningkatan dari 1,34 menjadi 1,98. Perhitungan atas dasar biaya total menunjukkan peningkatan rasio RC dari 2,31 menjadi 2,48 dan peningkatan rasio BC dari 1,31 menjadi 1,48. Tabel 5.3 Hasil Uji Beda Produksi, Total Biaya, Pendapatan dan Pendapatan Bersih Setelah dan Sesudah Penggunaan Pupuk Organik Variabel Mean t-statistik Probability Produksi Q = 4794,06 -6,018 0,000 Q 1 = 5861,17 Total Biaya Q = 4342551,45 -3,364 0,001 Q 1 = 4786153,92 Pendapatan Q = 11458594,44 -8,520 0,000 Q 1 = 15356961,11 Pendapatan Bersih Q = 7016021,32 -6,648 0,000 Q 1 = 10570858,38 Sumber : Data diolah Perhitungan lanjut untuk menunjukkan perbedaan dari sebelum program BLP Organik dengan sesudah program BLP Organik dilakukan uji beda mean. Pada Tabel 5.3 terlihat bahwa variabel produksi, total biaya, pendapatan serta pendapatan bersih memiliki nilai mean yang berbeda dan nilai probability lebih 52 kecil dari taraf nyata 1 persen. Secara statistik terdapat perbedaan produksi, total biaya, pendapatan dan pendapatan bersih dari sebelum adanya program BLP Organik dengan sesudah program BLP Organik. Pengaplikasian pupuk organik pada lahan petani responden di Provinsi Lampung mampu meningkatkan produksi serta pendapatan petani padi.

5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Teknologi Pupuk