Biaya, Keuntungan dan Margin Tataniaga Pada Saluran I Biaya, Keuntungan dan Margin tataniaga Pada Saluran II

46 Tabel 17. Kerusakan mekanis buah pisang di jalur pemasaran II Sampel Jumlah buah Jumlah buah rusak 1 6 1 2 6 3 6 2 4 6 2 5 6 1 6 6 7 6 2 8 6 2 9 6 1 10 6 2 Total 60 13 Persentase Kerusakan 21.67 Pada jalur pemasaran III tujuan supermarketswalayan persentase tingkat kerusakan pisang berkisar antara 10-20 berdasarkan hasil wawancara responden. Tingkat kerusakan ini lebih kecil dibandingkan jalur pemasaran I dan II karena proses pengemasanpengepakan dengan menggunakan karton yang memiliki lubang-lubang ventilasi. Pengemasan di beri bahan pengisi Styrofoam yang melapisi antar sisir buah dan bahan kemasan, sehingga persentase tingkat kerusakan lebih kecil. Namun, penggunaan karton memerlukan biaya yang cukup besar dibandingkan dengan kemasan lainnya. Jumlah kerusakan paling besar terjadi pada jalur pemasaran I tujuan pasar lokal disebabkan proses pengemasan buah yang kurang baik dengan keranjang besar tanpa bahan pengisi. Banyak buah yang mengalami lecet dan memar karena gesekan antar buah dan keranjang. Kerusakan ini sangat berpengaruh terhadap metode pengemasan barang. Menurut Purwadaria 1992, Meskipun kemasan dapat meredam efek goncangan, tetapi daya redamnya tergantung pada jenis kemasan serta tebal bahan kemasan, susunan komoditas di dalam kemasan, dan susunan kemasan di dalam pengangkutan.

4.5 Analisis Efesiensi pemasaran

Efesiensi pemasaran dapat dilihat dengan margin tataniaga, biaya, dan rasio keuntungan pada setiap saluran pemasaran yaitu:

4.5.1 Biaya, Keuntungan dan Margin Tataniaga Pada Saluran I

Lembaga-lembaga yang terlibat pada saluran I adalah petani, pengumpul dan konsumen. Jenis saluran pemasaran yaitu pemasaran semi langsung. Saluran ini merupakan saluran terpendek karena pisang pisang ambon sampai ke tangan konsumen akhir setelah membeli langsung ke pedagang pengecer di pasar lokal. Pisang dibeli dari petani oleh pedagang pengumpul dengan harga Rp. 2000 per kilogram, pedagang pengumpul menjual pisang dengan harga Rp. 2800 per kilogram kepada pengecer di pasar-pasar lokal. Harga pisang di tingkat pedagang pengecer pasar lokal Cianjur dengan harga Rp. 5000 per kilogram kepada konsumen. Dari saluran I diperoleh total biaya sebesar Rp. 725 14.5, total Keuntungan Rp. 2275 45.50 total marjin Rp. 3000 60 dan Rasio LiCi sebesar 3.14. data perhitungan pada lampiran 8. 47

4.5.2 Biaya, Keuntungan dan Margin tataniaga Pada Saluran II

Lembaga-lembaga yang terlibat pada saluran II adalah petani, pengumpul desa, pedagang besar luar daerah pasar Induk Kramat Jati, pedagang pengecer dan konsumen akhir. Jenis saluran pemasaran ini adalah pemasaran tak langsung karena melalui lebih dari satu perantara. Pisang dibeli dari petani dan pengumpul kecil oleh pedagang pengumpul desa dengan harga Rp. 2000 per kilogram. Pedagang pengumpul menjual pisang dengan harga Rp. 2000-7000 per keranjang dengan berat bersih berkisar 0.9-1.2 keranjang sesuai dengan ukuran grade. harga jual di tingkat pengumpul diambil berdasarkan kelas atau grade terbanyak yaitu kelasgrade 3-2 dengan harga jual Rp. 3600 per keranjang. Pedagang grosir Kramat Jati menjual pisang dengan harga Rp. 4000 per keranjang kepada pedagang pengecer dan konsumen. Harga jual di tingkat pengecer berkisar Rp. 6000 per kerkeranjang. Pengececer biasanya mengemas kembali pisang dengan peti kemas lalu di jual kepada konsumen, restoran-restoran dan perusahan catering di Jakarta. Dari saluran II diperoleh total biaya sebesar Rp. 1428 23.8, total keuntungan Rp. 2575 42.87, total marjin Rp. 4000 66.67 dan Rasio LiCi sebesar 1.80.

4.5.3 Biaya, Keuntungan dan margin Tataniaga Pada Saluran III