Kehilangan hasil Prapanen Susut Pascapanen

34 pembeliannya dilakukan dengan sistem borongan. Para pengumpul-pengumpul ada yang menjual pisang langsung ke pengecer pasar dan menjual ke pengumpul besar desa. Pengumpul desa menjual pisang ke pedagang-pedagang besar daerah maupun pedagang grosir pasar Induk Kramat Jati 3. Pedagang Besar Pedagang besar adalah orang yang membeli langsung pisang dari petani dan pengumpul-pengumpul desa. Prosedur pembelian pisang pembeliannya adalah pedagang pengumpul atau petani mendatangi pedagang besar menjual hasil pisang yang di panen ataupun pihak pedagang besar yang mendatangi petani dan pengumpul desa. Biasanya pedagang besar telah memiliki langganan pengumpul dan petani yang menjual hasil kepada mereka. Pembelian buah pisang dalam sudah dalam bentuk sisiran dan sebagian dalam bentuk tandanan. Pedagang besar telah mempunyai fasilitas perlengkapan pascapanen yang lengkap. Pedagang besar yang dituju yaitu PT Berkah Jaya yang menjual buah pisang ke SupermarketSwalayan dan pasar-pasar lokal. 4. Pedagang besar Luar Daerah pasar Induk Kramat Jati Pedagang besar luar daerah biasa disebut pedahgang grosir di pasar-pasar induk Kramat Jati. Pedagang pasar induk Karmat Jati sebagai supplier yang melayani pembelian buah pisang untuk konsumen biasa maupun pengecer yang akan menjual lagi pisang yang dibeli. Pedagang grosir hanya menyediakan barang dan tidak melakukan kegiatan pengiriman. 5. SupermarketSwalayan. Supermarket merupakan lembaga pemasaran yang langsung berhubungan dengan konsumen. Supermarket yang ditujui oleh pedagang besar yaitu Lottemart, Carefour, Hypermart, HeroGiant Supermarket dan Swalayan Istana Buah Segar Cianjur. Buah yang dikirim oleh pedagang besar dilabeli dengan merk pisang Girang Cianjur dengan kualitas pisang yang dipasarkan super. 6. Pengecer Pengecer merupakan pedagang kecil yang melakukan kegiatan penjualan hanya dengan konsumen biasa di pasar-pasar lokal. Buah pisang dijual dalam bentuk sisir dan gandengan. Pengecer buah pisang di Pasar Kramat Jati mengirim pisang ke restoran-restoran dan perusahaan catering di Jakarta. Jenis kualitas pisang yang dijual juga beragam.

4.4 Titik Kritis Susut Pascapanen Pisang

4.4.1 Kehilangan hasil Prapanen

Faktor-faktor Prapanen sangat menentukan kualitas dan produk yang dihasilkan. Faktor- faktor prapanen meliputi kondisi lingkungan selama proses pertumbuhan, tingkat kemasakan, kehadiran hama dan penyakit, kultivar yang ditanam, dan tindakan-tindakan perawatan yang dilakukan selana proses pertumbuhan lainnya Fery et al., 1991. Faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan buah pisang yang dihasilkan kurang memenuhi persyaratan standar mutu perusahaan, sehingga buah tersebut memiliki kualitas yang rendah bahkan bisa menjadi buah yang tidak memiliki nilai secara ekonomi atau dibuang begitu saja. 35 Kehilangan hasil prapanen ditingkat petani sangatlah besar, rata-rata kehilangan hasil Prapanen di Desa Talaga mencapai rata-rata sekitar 16.7 di tingkat petani. Kehilangan hasil ini di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya Pola budidaya petani, hama dan penyakit tanaman pisang, cuaca dan iklim angin. Besarnya kehilangan hasil ini paling besar sangat dipengaruhi oleh penyakit Fusarium tanaman pisang. penyakit fusarium akan menyebabkan pohon menjadi layu, dan batang berlubang. Tanaman pisang yang terkena penyakit Fusarium akan cepat menyebar ke tanaman di sekitarnya, agar tanaman lain tidak terkena penyakit pohon yang terinfeksi harus di tebang dan dibakar. Saat ini cara mengatasi penyakit Fusarium, petani menggunakan agen hayati yaitu Trichoderma SP. pada saat penanaman. Kehilangan hasil prapanen ditingkat petani dapat dilihat pada lampiran 2.

4.4.2 Susut Pascapanen

Kehilangan hasil atau susut kuantitatif pascapanen pisang merupakan jumlah yang hilang atau terbuang setelah di panen karena tidak memiliki nilai ekonomis lagi. Pisang tidak memiliki nilai jual atau ekonomi karena buah tidak sesuai dengan standar mutu yang ada. Sedangkan kehilangan hasil atau susut secara kualitatif merupakan jumlah pisang yang mengalami penurunan kualitas sehingga mengalami penurunan harga tetapi masih memiliki nilai ekonomis. Pisang dapat di ukur berdasarkan penampakan buah berdasarkan grade, kerusakan mekanik dan harga. Jalur Pemasaran I Pada aliran pemasaran I tujuan pasar lokal, pisang ambon dikirim ke pasar-pasar induk Cianjur dan pasar-pasar wisata oleh pengumpul-pengumpul kecil desa. Rantai pemasaran pisang ambon yaitu petani, pengumpul-pengumpul desa dan pengecer pasar. Beberapa petani ada juga yang mengirim hasil panen buah pisangnya langsung ke pasar lokal tanpa perantara pengumpul. Gambar 18. Skema penanganan pascapanen aliran pemasaran I Pisang yang dipanen dikumpulkan digudang penyimpanan selama 6-7 hari setelah panen, dengan suhu penyimpanan 26-29 C selama proses penyimpanan ini terjadi susut bobot sebesar 4.28 hal ini disebabkan kehilangan kadar air selama proses penyimpanan, buah pisang yang masih dalam bentuk tandan memiliki kadar air yang cukup tinggi sehingga diperlukan proses penanganan pascapanen yang cepat setelah pemanenan dan buah yang patah atau tercecer selama proses penyimpanan. Proses pascapanen buah pisang umumnya dilakukan oleh pengumpul. Pisang yang dijual sudah dalam bentuk sisiran dan sudah siap dikonsumsi. Kapasitas satu kali pengiriman sekitar 300- Petani  Panen Pengumpul  Panen  Pengumpulan dan Penyimpanan  Penyisiran tandan  Sortasi  Pemeraman  Pengemasan  Transportasi Pengecer Lokal  Pemasaran  Penyimpanan K o n s u m e n 36 400 kg. Setelah buah pisang terkumpul dilakukan proses penyisiran tandan. Sewaktu proses penyisiran, buah pisang langsung di sortasi. Buah pisang yang rusak terkena hama penyakit dan ukuran terlalu kecil lansung dipisahkan, buah ini termasuk dalam susut kuantitatif yaitu sebesar 6.62 karena mutu hasil panen dari petani yang rendah, buah tidak dapat di jual atau tidak memiliki nilai ekonomi disebabkan buah tidak sesuai standar mutu. Untuk pasar lokal buah pisang tidak dilakukan proses grading, pisang langsung dijual dengan sistem borongan oleh pengumpul ke pengecer pasar lokal. Buah yang masuk kriteria pasar langsung dilakukan pemeraman dengan menggunakan larutan prothephon. Larutan proethephon ini berfungsi untuk mempercepat pematangan buah. Larutan ini dicampur air dengan perbandingan 1ml prothephon dengan 1 liter air. Buah pisang di celupkan kedalam larutan ini sekitar 10 detik, kemudian buah pisang diagin-anginkan. Selanjutnya buah pisang diperam dimasukkan kedalam keranjang selama 24 jam dan ditutup daun kering dan dibungkus terpal. Setelah pemeraman buah pisang di susun kedalam keranjang dengan kapasitas besar, keranjang dan buah pisang dilapisi daun-daun pisang kering agar menghindari gesekan mekanis antar buah pisang dan keranjang. Pengiriman buah pisang dilakukan pada pagi hari pukul 02.00 dengan mobil bak terbuka pick up. Buah pisang dijual ke pengecer dengan harga Rp 2500- 2800kg. Pada pedagang pengecer, buah pisang dijual kepada konsumen dengan hitungan biji atau berat. Buah dijual dengan harga 4000-6000kg atau 500-1000biji buah. Pemajangan dilakukan dengan menggunakan alas terpal dan beberapa pedagang ada juga yang menggantung sisiran buah dengan menggunakan tali rapia. Indeks warna buah pisang yang dikirim oleh pengumpul ke pedagang pengecer yaitu indeks warna 3-4. Selama proses penjualan dan penyimpanan di pedagang pengecer buah hanya mampu bertahan 3-4 hari. Susut pascapanen pada jalur pemasaran I pada tingkat petani tidak terdapat susut kuantitatif dan susut kualitatatif. Susut di tingkat petani atau saat panen di tanggung oleh pengumpul karena buah pisang di jual dengan sistem borongan dalam bentuk tandan ke pengumpul sehingga buah yang memiliki mutu tidak baik ikut terjual dengan harga yang sama. Pada tingkat pengumpul terdapat susut kuantitatif sebesar 10.90 disebabkan oleh kehilangan kadar air atau susut bobot selama proses penyimpanan yang terlalu lama karena buah yang dipanen memiliki tingkat ketuaan yang masih rendah dan tidak seragam sehingga memerlukan waktu yang lama saat penyimpanan agar memperoleh ketuaan buah yang siap dipasarkan dan susut juga disebabkan oleh buah pisang yang memiliki mutu rendah berukuran kecil atau buah rusak terkena hama dan penyakit pascapanen, terutama penyakit scab yag menyebabkan penampilan buah tidak menarik. Pada tingkat pengumpul tidak terdapat susut kualitatif karena pisang dijual masih belum matang penuh indeks warna 3-4 dengan sistem borongan ke pedagang-pedagang eceran di pasar lokal, buah pisang tidak dikelaskan sehingga tidak terdapat penurunan harga jual. Pada tingkat pedagang eceran pasar lokal terdapat susut kuantitatif sebesar 4.35 yang disebabkan buah busuk tidak memiliki nilai ekonomi karena masa simpan buah yang singkat sekitar 3-4 hari dan buah lepas atau rusak selama pemasaran. Susut kualitatif buah pisang di tingkat pengecer mencapai sebesar 23 besarnya nilai susut didominasi oleh kerusakan saat proses distribusi selama pengangkutan oleh pengumpul, metode pengemasan dan distribusi buah saat pengangkutan buah dilakukan dengan kemasan keranjang tanpa dilapisi bahan pengisi atau penyekat antar buah sehingga buah memar dan luka gores. Buah pisang yang memar dan luka gores saat pengiriman ke pasar lokal akan cepat mengalami busuk dan penurunan kualitas karena penyakit pascapanen, agar tidak mengalami kerugian yang besar pedagang pengecer menjual buah pisang yang mengalami penurunan kualitas kepada pengolah sale pisang dan selai pisang dengan 37 harga 1000-2000 kg. Susut ini juga disebabkan proses pemajangan buah di tempat terbuka pada suhu 31 C pada siang hari sehingga buah terkena kontak langsung dengan sinar matahari. Berikut susut pascapanen pisang jalur pemasaran I pada tabel 13. Tabel 13. Susut Pascapanen Pisang Pemasaran Jalur I Uraian Lama Penyimpanan hari Susut Pascapanen Harga Susut kuantitatif Susut Kualitatif Beli Rpkg Jual Rpkg Petani - - - - 2000 Pengumpul 6-7 10.90 - 1800-2000 2500-2800 Pengecer Lokal 4 4.35 23.00 2300-2800 4000-6000 Total 15.25 23.00 Pada jalur pemasaran I, total susut kuantitatif pascapanen yaitu sebesar 15,25 dengan susut terbesar terdapat pada tingkat pengumpul dengan nilai susut sebesar 10.90 dan total susut kualitatif pascapanen sebesar 23 semuanya terdapat ditingkat pengecer. Titik kritis susut pascapanen pisang ambon pada saluran I terdapat pada tingkat pengumpul yang memiiliki susut kuantitatif paling besar dan penurunan kualitas atau mutu buahan di tingkat pengecer sangat ditentukan oleh distribusi dan pengemasan oleh pengumpul. Besarnya susut pascapanen ini dapat ditekan dengan proses pemilihan panen secara tepat, untuk pengangkutan jarak pendek pemasaran pasar lokal, sebaiknya pemanenan dilakukan pada waktu lebih tua tingkat ketuaan 85-95 dan akan matang dalam waktu 1-2 minggu Muchtadi, 1992 sehingga dapat mengurangi susut bobot karena penyimpanan yang lama dan susut kualitatif pascapanen di tingkat pedagang eceran dapat di kurangi dengan memberikan bahan pengisi pada kemasan saat proses distribusi oleh pengumpul untuk menghindari kerusakan karena pengangkutan, pengemasan harus dilakukan dengan baik dan benar. Susut pada juga dapat dikurangi dengan menghindari kontak langsung buah dengan sinar matahari saat pemasaran di tingkat pengecer. Jalur Pemasaran II Pada aliran pemasaran II pisang dikirim tujuan pasar induk Kramat Jati. Proses panen pisang dilakukan oleh petani dan pedagang pengumpul. Proses pascapanen buah pisang dilakukan oleh pedagang pengumpul. Buah pisang di panen langsung oleh pedagang pengumpul di kebun- kebun milik petani. Pemanenan pisang dilakukan 2-3 kali dalam seminggu. Panen dilakukan oleh 1-2 orang, proses panen dilakukan dari pukul 07.00-10.00, dengan suhu panen 26-28 C. pisang yang di panen dari kebun petani di angkut kepinggir jalan dekat kebun petani, kemudian hasil panen langsung di bawa ke gudang penyimpanan dengan menggunakan mobil bak terbukapick up. Pada saat proses transportasi dari kebun buah pisang ditumpuk tanpa melakukan penataan yang menyebabkan kerusakan lebam dan memar pada buah pisang. 38 Gambar 19. Skema penanganan pascapanen aliran pemasaran II Proses panen dan pascapanen dilakukan oleh petani dan pengumpul. Umumnya, petani menyerahkan panen langsung kepada pengumpul, panen dilakukan 2-3 kali seminggu di kebun- kebun petani sekitar daerah pengumpul. Petani menjual hasil panen dengan harga berkisar antara Rp 1800-2000kg. Pisang di beli dengan sistem borongan. Pengangkutan buah dari kebun ke gudang pengumpulan dengan cara memanggul buah tandanan dengan menggunakan bambu ke pinggir kebun dan mengangkut dengan mobil bak terbuka ke gudang penyimpanan. Pisang diangkut sampai di gudang pengumpulan langsung ditimbang untuk mengetahui hasil panen petani. pisang dikumpulkan dan disimpan sekitar 6-7 hari menunggu hasil panen hari berikutnya, dengan suhu penyimpanan 26-29 C. Selama proses penyimpanan ini terjadi susut bobot sebesar 4.54 hal ini disebabkan kehilangan kadar air selama proses penyimpanan pada suhu ruang. Menurut Ashari 1995, Penyimpanan suhu rendah dapat mengurangi aktivitas respirasi dan metabolisme, proses penuaan karena adanya proses pematangan, pelunakan dan perubahan warna serta tekstur, kehilangan air dalam pelayuan dan kerusakan karena mikroba. Buah pisang ditimbang kembali sebelum proses pascapanen selanjutnya. kemudian pisang ambon di sisir memisahkan tandanbonggol pisang. Buah pisang di sortasi dipisahkan buah yang kecil bagian bawah tandan dan buah yang rusak busuk terkena hama dan penyakit. Buah pisang selanjutnya dicelupkan larutan prothephon untuk mempercepat proses pematangan buah dan keseragaman warna buah. Buah dicelupakan selama 10 detik. Kemudian buah langsung di susun dan di kelaskangrading berdasarkan ukuran. Grade buah pisang yang di jual ke pasar Kramat Jati di kelaskan menjadi 5 kelas sesuai ukuran, selanjutnya buah di peram selama 24 jam. Proses tahapan berikut buah disisir menjadi 2 buah dalam satu tangkaigandengan. Buah yang sudah disisir langsung dikemas dengan keranjang-keranjang bambu kecil dengan isi 6-10 buahkeranjang sesuai dengan ukuran buah. Berat bersih buah dalam 1 keranjang sekitar 0.9-1.2 kg. tahapan proses pengepakan buah pisang yaitu keranjang dilapisi dengan daun pisang kering disekeliling bagian dalam keranjang kemudian buah pisang dimasukkan langsung 3-5 pasang buah dalam 1 kemasan berdasarkan ukuran, selanjutnya keranjang ditutup daun kering dan di ikat dengan bambu-bambu kecil. Keranjang pisang ditandaidiwarnai sesuai dengan kelasnya. Indeks warna buah dikirim ke pasar Induk Kramat Jati yaitu indeks warna buah berkisar 3-4. ØÙ t Ú ÛÜ  Panen ØÙÛ Ý Þ m p u l  Panen  Pengumpulan dan Penyimpanan  Penyisiran Tandan  Sortasi  Grading  Pemeraman  Penyisiran buah II  Pengemasan  Transportasi ØÙ ß Ú Ý Ú Û Ý à r Ú m Ú á Jati  Pemasaran  Penyimpanan Pedagang pengecer  Sortasi  pengemasan  Pemasaran K o n s u m e n 39 Buah pisang ditransportasikan dengan menggunakan mobil pick up ke pasar induk Kramat Jati. Keranjang pisang disusun setinggi 10-12 tumpukan keranjang. Transportasi dilakukan pada sore hari pukul 02.00-05.00. Buah pisang dijual kepada pedagang besargrosir pasar Kramat Jati dengan sistem menitipkan barang. Kemudian total hasil penjualan akan di bagi hasil ke pedagang sebesar 10-11 dari total penjualan. Hasil penjualan akan di berikan kepada pengumpul setelah pengiriman barang berikutnya. Pisang yang dijual oleh pedagang besar Kramat Jati umumnya dibeli oleh pengecersuplier ke rumah makan dan catering-catering di Jakarta. Buah pisang yang dibeli oleh pengecer langsung disortasi kembali dipisahkan buah yang rusak, pecah dan busuk saat distribusi. Biasanya para pengecer mengemas kembali buah pisang dengan peti kayu dan melapisi dengan daun-daun kering kemudian buah dikirim ke rumah makan dan perusahaan catering. Buah dijual dengan hitungan buahbiji dengan kisaran harga 800-1500biji sesuai dengan ukuran buah. Susut pascapanen pada saluran pemasaran II pada tingkat petani tidak menerima susut kuantitatif maupun susut kualitatif pascapanen. Buah pisang langsung dijual dengan sistem borongan kepada pedagang pengumpul desa sehingga susut pascapanen di tingkat petani di tanggung oleh pihak pengumpul. Pada tingkat pengumpul desa susut kuantitatif sebesar 8.44, susut ini disebabkan penyimpanan yang lama saat pengumpulan sehingga adanya susut bobot saat penyimpanan dengan suhu ruang dan buah yang rusak karena penyakit dan memiliki mutu rendah. Susut kualitatif pascapanen di tingkat pengumpul desa sebesar 48.96, susut ini didominasi karena mutu buah yang dihasilkan petani rendah. Pihak pengumpul menanggung susut kualitatif petani. susut juga disebabkan metode panen yang dilakukan dan pengangkutan dari kebun yang tidak baik, pengangkutan buah dari kebun ke bangsal atau gudang pengumpul tidak dilakukan penataan saat transportasi menyebabkan buah banyak yang memar dan terkena getah. Pada tingkat pedagang pasar Kramat Jati tidak menanggung susut secara kuantitatif karena buah pisang biasanya habis terjual dan apabila pisang ada yang tidak terjual susut di tanggung oleh pengumpul atau pengirim. Susut kualitatif di tingkat pedagang grosir pasar Kramat Jati sebesar 8.77 disebabkan penurunan kualitas karena masa simpan yang pendek, pisang yang dijual akan mengalami penurunan kualitas setelah 2 hari. Pada tingkat pengecer susut kuantitatif pascapanen pisang sebesar 8.33, besarnya susut kuantitas disebabkan buah pecah, rusak, dan busuk karena penyakit pascapanen dan saat proses transportasi pisang karena tingginya tumpukan saat pengangkutan ke pasar Kramat Jati. Pihak pengecer tidak terdapat susut kualitatif karena pisang yang di beli langsung di jual dan dikirim ke rumah makan dan catering-catering perusahaan di Jakarta. Berikut Tabel 14. Susut Pascapanen Pisang jalur Pemasaran II. Tabel 14. Susut Pascapanen Pisang Pemasaran Jalur II Uraian Lama Penyimpanan hari Susut Pascapanen Harga Susut kuantitatif Susut Kualitatif Beli Rpkg Jual Rpkg Petani - - - 1800-2000 Pengumpul Desa Pedagang Kr. Jati 6-7 2 8.44 - 48.96 8.77 2000 2000-7000 2000-7000 2000-8000 Pedagang Pengecer 1 8.33 - 4000-6000 4000-9000 Total 16.77 57.73 40 Total susut kuantitatif pascapanen pada saluran II yaitu sebesar 16.77 dengan susut terbesar terdapat di tingkat pengumpul desa sebesar 8.44 dan total susut kualitatif sebesar 57.73 dengan susut terbesar berada pada tingkat pengumpul desa yaitu sebesar 48.96. Titik kritis susut pasca panen pada saluran III terdapat pada tingkat desa. Proses panen dan pengangutan dari kebun harus diperhatikan, buah pisang di tata agar mengurangi benturan dan terkena getah selama proses transportasi. Pada pedagang pengumpul desa sebaiknya dilakukan proses pencucian agar mengurangi getah dan kotoran. buah-buahan dan sayur-sayuran dicuci sesudah dipanen dan dilakukan pemotongan bagian-bagian yang busuk atau rusak sebelum pencucian untuk memperbaiki penampakan produk Pantastico, 1986. Penggunaan keranjang-keranjang kecil dapat menimbulkan sampah di kota-kota besar. Pengemasan buah pisang dapat diganti dengan menggunakan peti kayu karena dapat di daur ulang atau digunakan kembali. Jalur Pemasaran III Gambar 20. Diagram aliran pemasaran III Pada jalur pemasaran III buah pisang di panen dan dikumpulkan oleh petani dan pengumpul desa dan dikrim kepada pedagang besar PT. Berkah Jaya dengan tujuan pasar supermarket dan swalayan yaitu carefour, lottemart, hyppermat, HeroGiant supermarket dan swalayan istana buah Cianjur. Proses penanganan pascapanen dilakukan oleh pihak PT. Berkah Jaya. Pisang dibeli dari petani dan pengumpul masih dalam bentuk tandanan dan sisiran. Harga beli pisang dari petani dan pengumpul sekitar Rp 2300,00-2800,00kg. Pengiriman buah pisang dilakukan dengan membungkus tandan buah menggunakan daun pisang kering. Proses transportasi buah pisang dari petani dan pengumpul sangat diperhatikan agar mengurangi kerusakan saat transportasi, biasanya pengiriman menggunakan mobil bak terbuka, dan motor apabila jumlah pengiriman sedikit. Buah pisang dilakukan sortasi I pada saat pembelian kepada petani dan pedagang pengumpul. buah pisang yang tidak sesuai kriteria dan mempunyai kerusakan mekanis seperti luka memar dan luka gores yang cukup besar tidak diterima atau dikembalikan kepada pihak pengirim. Pisang yang masuk kriteria akan dikumpulkan di gudang penyimpanan. Proses pascapanen dilakukan pada malam hari sekitar jam 19.00 sampai jam 23.00. Buah dikumpulkan sesuai dengan permintaan pengiriman. Kapasitas pengiriman pisang ambon sekitar 8 tonbulan sesuai dengan pemesanan barang oleh pihak mitra. Setelah buah terkumpul dilakukan penyisiran buah pisang dengan pisau. Pada saat penyisiran buah langsung di sortasi dan di grading menjadi kelas super dan kelas BC, sisiran buah kelas BC yang mengalami banyak luka memar dan luka gores dipisahkan. Buah yang tidak sesuai kriteriakelas BC akan masuk ke pasar lokal. Buah yang masuk kelas super langsung dilakukan proses pencucian di dalam K o n s u m e n Petani Pengumpu Desa Pengumpul Besar PT Berkah Jaya supermarket dan swalayan Pengecer Pasar Lokal 41 bak pencuci. Buah dibersihkan dari kotoran-kotoran dan getah yang menempel pada buah pisang, sisiran pisang digosok dengan kain. Pencucian dilakukan sekitar 5-10 menit. Pencucian yang terlalu lama dapat menyebabkan buah cepat busuk. Gambar 21. Skema penanganan pascapanen jalur pemasarn III Setelah tahap pencucian buah pisang langsung direndam dengan larutan prothephon untuk mempercepat pematangan buah dan memperoleh tingkat kematangan buah yang seragam sehingga buah yang sampai di retail bisa langsung dijual dan siap untuk dikonsumsi. Proses perendaman dengan larutan prothepon sekitar 10 detik. Buah pisang yang telah dicuci dan direndam larutan prothepon diangin-anginkan atau dikeringkan sekitar 30-60 menit. Setelah kering buah pisang diberi label dengan merk Pisang Girang yang merupakan ciri khas pisang dari Cianjur. Selanjutnya dilakukan proses pengepakan dengan menggunakan kardus. Pisang ditimbang dengan bobot kotor 13 kgkardus. Pisang di tata dan dilapisi Styrofoam agar mengurangi gesekan antar buah dan kardus. Buah pisang yang sudah di kemas dikirim ke gudang PT. Berkah Jaya di Kramat Jati dan langsung di kirim ke retail swalayan dan supermarket mitra. Pengiriman dilakukan dengan menggunakan truk tertutup tanpa berpendingin, pengiriman buah dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 02.00. buah yang dikirim oleh pedagang besar masih dalam indeks warna 2-3, untuk mengurangi kerusakan selama transportasi. Buah pisang yang sampai di retail-retail supermarket dilakukan proses sortasi sesuai standar mutu buah pisang. Penyusutan barang return dari pihak supermarketwhosaler dapat mencapai sekitar 10-20 karena mengalami kerusakan seperti buah luka, memar dan buah pecah saat transportasi. Pisang yang dijual di supermarket hyppermart dan Giant tidak dilakukan pendinginan. Buah pisang yang sampai di warehouse supermarket disortasi kembali dan langsung di pajang dengan sistem FIFO First In First out bertujuan menghindari busuk karena penyimpanan yang lama dan produk masih dalam keadaan segar di retail-retail supermarket. Masa simpan buah pisang hanya sekitar 3-4 hari pada suhu ruang 28-30 C selama pemajangan, tanpa adanya pendinginan akan mempercepat pembusukan buah pisang. Permintaan terhadap buah pisang ambon sangat kecil untuk pasar supermarket karena harga yang terlalu tinggi dan persaingan harga dengan pisang varietas lain seperti Cavendish yang memiliki harga yang lebih bersaing. Pisang di âã t ä åæ  Panen âã åç è m p u l  Panen  Pengumpulan dan Penyimpanan  Transportasi âã é ä ç ä åç ê ã s ä r  Sortasi I  Pengumpulan  Penyisiran Tandan  Sortasi II  Grading  Pencucian  Pemeraman  Pelabelan  Pengemasan  Transportasi ë è ì ã rm ä í î ã t  Sortasi  pemasaran  penyimpanan K o n s u m e n 42 supermarket Hyppermart dijual dengan kisaran harga Rp. 11.500,00-13.900,00kg dan Giant supermarket pisang di jual Rp. 15.990,00sisir dengan berat persisir diatas 1.3 kg. penjualan pisang di supermarket Hyppermart bellanova bogor hanya untuk menambah variasi penjualan jenis varietas buah pisang yang dijual karena permintaan pasar yang sedikit, kapasitas penjualan sekitar 60 kgbulan, sedangkan permintaaan untuk hero supermarket permintaan cukup besar sekitar 100 sisirhari. Susut kuantitatif pascapanen pada jalur pemasaran III di tingkat petani tidak terdapat susut kuantitatif dan susut kualitatatif. Susut di tingkat petani atau saat panen di tanggung oleh pengumpul karena buah pisang di jual dengan sistem borongan dalam bentuk tandan ke pengumpul sehingga buah yang memiliki mutu tidak baik ikut terjual. Pada pengumpul desa terdapat susut kuantitatif akibat sebesar 4.54. Susut pascapanen disebabkan karena lama proses penyimpanan yang menyebabkan kehilangan bobot atau kadar air pada tandanan buah pisang selama proses penyimpanan dan buah terlepas saat pengangkutan dan penyimpanan. Pisang yang di kirim ke pedagang Besar supplier supermarket masih dalam bentuk tandanan sehingga pihak pengumpul tidak menanggung susut kualitatif. Susut kuantitatif di tingkat pedagang besar sebesar 2.93 yaitu buah yang rusak saat proses sortasi karena penyakit pascapanen, buah memiliki mutu rendah dan tidak memiliki nilai ekonomi. Pada tingkat pedagang besar terdapat susut kualitatif sebesar 29.93 disebabkan buah mengalami penurunan mutu setelah distribusikan, biasanya buah banyak yang mengalami memar saat proses distribusi sehingga tidak masuk dalam standar mutu pasar modern. Susut kualitatif dari petani dan pedagang pengumpul desa akan terakumulasi di tingkat pedagang besar supplier pasar modern karena dikirim masih dalam bentuk tandanan dan beberapa pengumpul ada juga yang mengirim dalam bentuk sisiran. Susut kuantitatif buah pisang ambon di tingkat supermarket sebesar 32.13. Susut ini disebabkan buah pisang banyak buah yang busuk tidak terjual pisang ambon banyak yang tidak terjual karena kalah saing dengan pisang jenis Cavendish yang memiliki harga lebih murah dan penampilan lebih menarik, sedangkan susut kualtatif buah pisang di tingkat supermarket yaitu sebesar 20.60 disebabkan menurunnya kualitas buah pisang karena masa simpan yang sangat pendek berkisar 3-4 hari, tidak adanya pendinginan saat proses pemajangan dan penyimpanan buah, buah pisang yang penampilan sudah menurun sehingga diberikan diskon atau penurunan harga. Buah pisang yang mengalami penurunan kualitas di hyppermart bellanova di kemas kembali dengan menggunakan Styrofoam yang di wrapping dengan plastik film. Berikut tabel susut pascapanen pisang jalur pemasaran III pada tabel 15. Tabel 15. Susut Pascapanen Pisang jalur Pemasaran III Uraian Lama Penyimpanan Susut Pascapanen Harga Susut kuantitatif Susut Kualitatatif Beli Rpkg Jual Rpkg Petani - - - 1800-2000 Pengumpul Desa Pedagang Besar 6-7 2 4.54 2.93 - 29.36 2000 2500 2300-2800 7000-8000 Supermarket Swalayan 1 32.13 20.60 7000-9000 11500- 13900 Total 39.60 49.96 43 Total susut kuantitatif pascapanen pada saluran III yaitu sebesar 39.60 dengan susut terbesar terdapat di tingkat supermarket sebesar 32.13 dan total susut kualitatif sebesar 49.96 dengan susut terbesar berada pada tingkat pedagang besar yaitu sebesar 29.93. Titik kritis susut pasca panen pada saluran III terdapat pada tingkat supermarket, susut di tingkat supermarket sangat dipengaruhi masa simpan buah selama pemasaran. Untuk pengurangi susut pasacapanen di tingkat supermarket dapat dilakukan penggunaan rak dengan pendingin selama pemajangan buah. Pemajangan dan penyimpanan suhu rendah dapat mengurangi aktivitas respirasi dan metabolisme, proses penuaan karena adanya proses pematangan, pelunakan dan perubahan warna serta tekstur, kehilangan air dalam pelayuan, kerusakan karena mikroba, bakteri, kapangcendawan dan khamir Ashari, 1995.

4.4.3 Analisis Tingkat Kerusakan Buah