43 Total susut kuantitatif pascapanen pada saluran III yaitu sebesar 39.60 dengan susut
terbesar terdapat di tingkat supermarket sebesar 32.13 dan total susut kualitatif sebesar 49.96 dengan susut terbesar berada pada tingkat pedagang besar yaitu sebesar 29.93. Titik kritis susut
pasca panen pada saluran III terdapat pada tingkat supermarket, susut di tingkat supermarket sangat dipengaruhi masa simpan buah selama pemasaran. Untuk pengurangi susut pasacapanen di
tingkat supermarket dapat dilakukan penggunaan rak dengan pendingin selama pemajangan buah. Pemajangan dan penyimpanan suhu rendah dapat mengurangi aktivitas respirasi dan metabolisme,
proses penuaan karena adanya proses pematangan, pelunakan dan perubahan warna serta tekstur, kehilangan air dalam pelayuan, kerusakan karena mikroba, bakteri, kapangcendawan dan khamir
Ashari, 1995.
4.4.3 Analisis Tingkat Kerusakan Buah
Buah merupakan produk holtikultura yang memiliki sifat mudah rusak perishable, kerusakan-kerusakan buah dapat terjadi mulai dari prapanen yang disebabkan hama dan penyakit,
proses panen dan penanganan pascapanen yang tidak tepat. Selama proses pascapanen terutama saat proses buah ditransportasikan banyak terdapat kerusakan seperti luka, tertusuk, dan memar.
Memar pada buah pisang yang sering terjadi selama penanganan dan distribusi dapat merupakan kerusakan yang merugikan. Memar mengakibatkan rusak pada kulit dan daging buah yang sangat
nampak ketika buah telah matang. Penyebab buah rusak memar menurut Prabawati et al 2008, adalah:
a. Memar karena benturan.
Terjadi karena terbentur akibat dijatuhkan pada permukaan yang lebih keras, misalnya buah pisang yang dilemparkan saat pemuatan dalam kemasan, atau buah pisang yang telah berada
dalam kemasan jatuh atau dilemparkansaat memuat dalam angkutan. Untuk mengurangi kerusakan tersebut, dapat digunakan lapisan atau bantalan pada dasar kemasan dan penanganan
yang lebih hati-hati. Pada proses distribusi biasanya digunakan daun-daun pisang kering sebagai bahan pelapis.
b. Memar akibat tekanan.
Buah pisang dalam kemasan dapat mengalami kerusakan jika kemasan tidak kuat
menahan tumpukan dari kemasan di atasnya. Memar akibat tekanan juga dapat terjadi akibat tumpukan antar buah pisang dalam kemasan. Tumpukan yang terlalu tinggi menyebabkan buah
pada bagian bawah tertekan pisang yang berada di atasnya jika tanpa disusun dengan baik dan diberi lapisan penyekat.
c. Memar akibat gesekan.
Kerusakan ini dapat dihindari bila penyusunan buah pisang dalam kemasan rapat dan tidak memungkinkan buah bergerak, gesekan dapat terjadi antar sesama buah dan dengan bahan
kemasan. Berikut gambar kerusakan-kerusakan buah pisang dapat dilihat pada Gambar 22.
44 a Hama burung dan hewan pengerat
b Penyakit Scab
c Luka gores Pisau d Kulit Pecah
e Luka tekan f Luka Memar
g Luka tekan bonyok h kulit hitam busuk
45 iWarna daging buah akibat memar
j Buah lepas dari tangkai sisir Gambar 22. Kerusakan buah pisang
Setelah buah ditransportasikan terjadi kerusakan seperti luka memar, lecet dan pecah. Pada jalur pemasaran I tujuan pasar lokal, persentase kerusakan buah yang di transportasikan ke pasar-pasar
lokal Cianjur rata-rata 38.83, kerusakan kerusakan ini di sebabkan proses pengemasanpengepakan yang tidak baik. Buah dikemas dengan keranjang bambu dengan kapasitas sekitar 30-40 kg buah di
tata dan di lapisi daun pisang kering pada bagian tepi keranjang namun, pada bagian sekat antar buah tidak dilapisi bahan pengisi, hal ini tentu dapat menimbulkan gesekan antar buah pisang. Pengemasan
secara asal-asalan dalam pengangkutan akan menyebabkan buah menjadi lecet dan memar sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan mutu Satuhu, 1993. Persentase kerusakan mekanis buah
setelah dilakukan transportasi pada jalur pemasaran I dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16. Kerusakan mekanis buah pisang di jalur pemasaran I
Sampel Jumlah buah
Jumlah buah rusak
1 17
6 2
16 5
3 17
7 4
16 6
5 11
4 6
13 6
7 13
6 Total
103 40
Persentase Kerusakan 38.83
Pada Jalur Pemasaran II Tujuan pasar Induk Kramat Jati Persentase kerusakan pisang mencapai rata-rata 21.67 . Pengemasanpengepakan buah untuk pasar Kramat Jati yaitu
menggunalkan keranjang-keranjang kecil dengan isi buah 6-10 biji keranjang sesuai ukuran Grade. Besarnya tingkat kerusakan ini disebabkan karena tingginya tumpukan buah saat ditransportasikan
mencapai 12-13 keranjang dan proses bongkar muat yang tidak baik dengan melempar keranjang buah dan saat penyusunan di mobil pengangkut keranjang buah terinjak-injak sehingga menyebabkan
banyak buah yang rusakpecah, memar dan luka tekan. Berikut tabel 17. Kerusakan mekanis buah setelah dilakukan transportasi pada jalur pemasaran II.
46 Tabel 17. Kerusakan mekanis buah pisang di jalur pemasaran II
Sampel Jumlah buah
Jumlah buah rusak
1 6
1 2
6 3
6 2
4 6
2 5
6 1
6 6
7 6
2 8
6 2
9 6
1 10
6 2
Total 60
13 Persentase Kerusakan
21.67 Pada jalur pemasaran III tujuan supermarketswalayan persentase tingkat kerusakan pisang
berkisar antara 10-20 berdasarkan hasil wawancara responden. Tingkat kerusakan ini lebih kecil dibandingkan jalur pemasaran I dan II karena proses pengemasanpengepakan dengan menggunakan
karton yang memiliki lubang-lubang ventilasi. Pengemasan di beri bahan pengisi Styrofoam yang melapisi antar sisir buah dan bahan kemasan, sehingga persentase tingkat kerusakan lebih kecil.
Namun, penggunaan karton memerlukan biaya yang cukup besar dibandingkan dengan kemasan lainnya.
Jumlah kerusakan paling besar terjadi pada jalur pemasaran I tujuan pasar lokal disebabkan proses pengemasan buah yang kurang baik dengan keranjang besar tanpa bahan pengisi. Banyak buah
yang mengalami lecet dan memar karena gesekan antar buah dan keranjang. Kerusakan ini sangat berpengaruh terhadap metode pengemasan barang. Menurut Purwadaria 1992, Meskipun kemasan
dapat meredam efek goncangan, tetapi daya redamnya tergantung pada jenis kemasan serta tebal bahan kemasan, susunan komoditas di dalam kemasan, dan susunan kemasan di dalam pengangkutan.
4.5 Analisis Efesiensi pemasaran