Nilai Stabilitas warna film selama penyimpanan

a b c d Ket : ♦ Tanpa dibungkus, ■ Dibungkus Gambar 17 Hubungan lama penyimpanan terhadap nilai ∆E film pada suhu: a freezer -10±2 o C; b refrigerator 3±2 o C; c ruang 25±3 o C, dan d luar yaitu 40 o C dengan paparan cahaya Tabel 8 Kinetika perubahan nilai ∆E film selama penyimpanan Cara Penyimpanan Suhu Penyimpanan Persamaan Matematis R 2 Dibungkus Freezer -10±2 o C y = 0.0052x + 0.09 0.85 Refrigerator 3±2 o C y = 0.1219x + 0.53 0.99 Ruang 25±3 o C y = 3.4370x – 2.76 0.98 Luar 40 o C dengan paparan cahaya y = 21.770x + 1.41 0.99 Tanpa dibungkus Freezer -10±2 o C y = 0.0034x + 0.33 0.83 Refrigerator 3±2 o C y = 0.0998x - 2.76 0.85 Ruang 25±3 o C y = 3.4750x - 2.87 0.97 Luar 40 o C dengan paparan cahaya y = 20.800x + 1.75 0.98 y nilai ΔE film, x lama penyimpanan Hal ini sesuai dengan persamaan matematis yang menggambarkan adanya peningkatan nilai ΔE, dapat dilihat nilai kemiringan slope persamaan matematis nilai ΔE pada penyimpanan suhu luar lebih tinggi dibanding pada penyimpanan suhu yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan semakin tinggi suhu penyimpanan, nilai ΔE semakin cepat mengalami peningkatan. Pada suhu freezer setiap jamnya terjadi peningkatan nilai ΔE sebesar 0.0052 satuan pada film yang dibungkus dan 0.0034 pada film yang tidak dibungkus. Pada suhu refrigerator setiap jamnya terjadi peningkatan nilai ΔE sebesar 0.1219 satuan pada film yang dibungkus dan 10 20 30 40 50 500 1000 1500 2000 Nila i Δ E Lama penyimpanan jam 10 20 30 40 50 100 200 300 400 Nila i Δ E Lama penyimpanan jam 10 20 30 40 50 5 10 15 Nila i ∆E Lama Penyimpanan Jam 10 20 30 40 50 1 2 3 Nila i ∆E Lama Penyimpanan Jam 0.0998 pada film yang tidak dibungkus. Pada suhu ruang setiap jamnya terjadi peningkatan nilai ΔE sebesar 3.437 satuan pada film yang dibungkus dan 3.475 pada film yang tidak dibungkus, dan pada suhu luar setiap harinya terjadi peningkatan nilai ΔE sebesar 21.77 satuan pada film yang dibungkus dan 20.80 pada film yang tidak dibungkus. Dari hasil uji t terhadap nilai kemiringan slope dan nilai intersep didapatkan hasil nilai t hitung lebih kecil dari pada nilai t tabel, hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pembungkusan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai ΔE selama penyimpanan.

4.2.2.6 Perubahan kadar air dan ketebalan selama penyimpanan

Pengukuran kadar air film selama penyimpanan dilakukan untuk melihat ketahanan film selama disimpan. Kadar air film selama penyimpanan juga mengalami penurunan pada penyimpanan freezer dan refrigerator di awal penyimpanan, hal ini disebabkan karena menguapnya atau berpindahnya air pada film ke ruangan penyimpanan karena tingkat kelembaban yang rendah, terutama pada suhu freezer dengan RH 25-30. Perubahan nilai kadar air indikator untuk masing-masing suhu penyimpanan terlihat pada Gambar 18. a b c d Ket : ♦ Tanpa dibungkus, ■ Dibungkus Gambar 18 Hubungan lama penyimpanan terhadap nilai kadar air film pada suhu: a freezer -10±2 o C; b refrigerator 3±2 o C; c ruang 25±3 o C, dan d luar yaitu 40 o C dengan paparan cahaya Pada penyimpanan suhu freezer terjadi penurunan kadar air dari 27.375 menjadi 16.735 untuk sampel yang tidak dibungkus dan 28.4175 menjadi 16.08 untuk sampel yang dibungkus. Untuk sampel yang disimpan pada suhu 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 11 18 48 78 K a d a r Air Lama Penyimpanan Hari 5 10 15 20 25 30 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 K a da r Air Lama Penyimpanan hari 5 10 15 20 25 30 1 K a da r Air Lama Penyimpanan Hari 5 10 15 20 25 30 1 2 K a da r A ir Lama Penyimpanan Jam refrigerator terjadi penurunan kadar air dari 25.825 menjadi 18.02 untuk sampel yang tidak dibungkus dan 27.07 menjadi 18.355 untuk sampel yang dibungkus. Untuk suhu ruang kadar air cendrung tidak mengalami penurunan yang berarti yaitu dari 19.02 menjadi 19.175 untuk sampel yang tidak dibungkus dan 16.87 menjadi 16.81 untuk sampel yang dibungkus. Sedangkan pada sampel yang disimpan pada suhu luar dengan penyinaran matahari, kadar air turun dalam waktu 2 jam penyimpanan, yaitu dari 19.27 pada jam ke-0 menjadi 14.02 ada jam ke-2 untuk sampel yang tidak dibungkus dan 19.09 menjadi 15.78 untuk sampel yang dibungkus. Hal ini disebabkan oleh panasnya suhu dan panas dari cahaya matahari yang menyebabkan menguapnya air dari film ke udara. Ketebalan film selama penyimpanan cendrung stabil berkisar antara 0.20 mm-0.22 mm. Hal ini terjadi karena bahan tidak mengalami kehilangan atau penambahan kadar air yang berarti, sehingga tidak terjadi penipisan maupun penebalan yang besar. Tidak terlihatnya perubahan ketebalan juga karena pengukuran ketebalan film hanya dilakukan micrometer scrup yang hanya memiliki ketelitian 0.01 mm, sehingga tidak terlihat nilai perubahan yang berarti pada ketebalan film. Perubahan nilai ketebalan film indikator untuk masing- masing suhu penyimpanan terlihat pada Gambar 19. a b c d Ket : ♦ Tanpa dibungkus, ■ Dibungkus Gambar 19 Hubungan lama penyimpanan terhadap ketebalan film pada suhu: a freezer -10±2 o C; b refrigerator 3±2 o C; c ruang 25±3 o C, dan d luar yaitu 40 o C dengan paparan cahaya 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 1 2 3 4 11 18 48 78 K et eba la n m m Lama Penyimpanan Hari 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 K et eba la n m m Lama Penyimpanan Hari 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 1 K et eba la n m m Lama Penyimpanan Hari 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 1 2 K et eba la n m m Lama Penyimpanan Jam

4.3 Aplikasi kemasan cerdas pada penyimpanan produk pangan

Film indikator yang dihasilkan dari penelitian ini dapat diaplikasikan menjadi kemasan cerdas yang merupakan Time Temperature Indicator TI, yaitu kemasan cerdas yang dapat memberikan informasi apakah suhu berada di atas atau di bawah suhu kritis penyimpanan yang dianjurkan pada masing-masing produk. Label indikator warna daun erpa ini dapat ditempelkan pada kemasan pangan, akan memberikan informasi mengenai perubahan suhu pada kemasan selama distribusi maupun penyimpanan, hal ini ditunjukkan dengan respons perubahan warna dari merah menjadi kuning. Perubahan warna merah menjadi kuning yang disebabkan oleh faktor perubahan suhu selama penyimpanan terjadi karena kerusakan dan perubahan warna antosianin yang merupakan pigmen warna merah pada indikator warna, yaitu melalui tahapan : i terjadinya hidrolisis pada ikatan glikosidik antosianin dan menghasilkan aglikon-aglikon yang labil; dan ii terbukanya cincin aglikon sehingga terbentuk gugus karbinol dan kalkon yang berwarna kuning hingga tidak berwarna. Selman 1995 menjabarkan syarat-syarat TTI untuk dapat digunakan secara komersial dalam kemasan pangan adalah :  Mudah untuk digunakan dan diaktivasi dan tidak merusak kemasan  Harus diaplikasikan dan diaktivasi pada saat pengemasan bukan sebelum pengemasan.  Harus memberikan respon yang akurat mengenai perubahan suhu penyimpanan dan fluktuasi suhu yang cepat. Respon ini harus tidak dapat balik irreversible dan berkorelasi dengan kerusakan aktual pada bahan pangan.  Perubahan TTI berkorelasi dengan kerusakan produk Berdasarkan data yang didapatkan, film indikator warna yang dihasilkan telah memenuhi syarat-syarat tersebut, hal ini terbukti film indikator warna yang dihasilkan lebih stabil pada suhu penyimpanan yang lebih rendah seperti pada suhu freezer, suhu ini dapat digunakan sebagai suhu penyimpanan film indikator warna sebelum digunakan sebagai kemasan cerdas. Kemampuan untuk berubah warna sehingga dapat memberikan respon terhadap perubahan suhu penyimpanan dibuktikan dengan perubahan warna film indikator warna ketika disimpan pada suhu yang lebih tinggi, karena film indikator warna akan sangat mudah terdegradasi pada suhu penyimpanan suhu ruang dan suhu luar dengan penyinaran matahari. Oleh karena itu, film indikator warna erpa dapat direkomendasikan untuk diaplikasikan sebagai kemasan cerdas pada susu pasteurisasi yang harus disimpan pada suhu freezer dan refrigerator, karena film indikator warna erpa akan sangat cepat mengalami kerusakan jika disimpan pada suhu ruang dan suhu yang lebih tinggi. Dalam penelitian ini, sampel produk pangan yang digunakan adalah susu pasteurisasi dengan merek dagang Cimory. Susu pasteurisasi ini memiliki masa simpan selama 10 hari sejak diproduksi jika disimpan pada suhu 3-5 o C. Selama ini masa kedaluwarsa produk diinformasikan kepada konsumen melalui tanggal kedaluwarsa yang dicantumkan pada botol. Susu pasteurisasi sangat rentan terhadap suhu tinggi, pada kemasan ditampilkan bahwa susu bisa mengalami kerusakan lebih cepat dari tanggal kadaluarsa apabila disimpan pada suhu lebih tinggi dari 5 o C, namun tidak ada label yang bisa memberikan informasi kepada konsumen perubahan suhu penyimpanan selama distribusi. Apabila selama distribusi maupun penyimpanan terjadi peningkatan suhu, maka tanggal kedaluwarsa yang dicantumkan pada botol tidak dapat lagi dijadikan acuan. Oleh karena itu diharapkan film indikator warna erpa dapat dijadikan kemasan cerdas acuan, sehingga kesalahan penyimpanan dapat diketahui konsumen. Aplikasi film indikator warna pada kemasan susu pasteurisasi Cimory dapat dilihat pada Gambar 20. a b Gambar 20 Aplikasi film indikator warna sebagai kemasan cerdas pada kemasan susu pasteurisasi pada penyimpanan a suhu refrigerator dan b suhu ruang Pengujian mutu susu pasteurisasi dilakukan melalui uji organoleptik dan uji lempeng total susu pada penyimpanan suhu refrigerator 3±2 o C dan suhu ruang 25-30 o C. Uji lempeng total dilakukan untuk melihat total mikroba yang terdapat pada susu pasteurisasi selama penyimpanan.

4.3.1 Uji organoleptik susu pasteurisasi

Uji organoleptik dilakukan untuk melihat penerimaan konsumen terhadap susu pasteurisasi selama penyimpanan, dan untuk mengetahui apakah susu pasteurisasi masih layak untuk dikonsumsi atau tidak. Uji Organoleptik yang dilakukan adalah warna, aroma, dan rasa susu pasteurisasi. Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung pada beberapa faktor, seperti cita rasa, warna, tekstur dan nilai gizinya serta sifat mikrobiologis. Sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan, faktor visual merupakan faktor warna yang tampil terlebih