4.4 Potensi Aplikasi Film Indikator Warna Sebagai Kemasan Cerdas
Film indikator warna daun erpa sangat potensial untuk diaplikasikan pada produk  susu  pasteurisasi.  Film  indikator  warna  daun  erpa  dapat  diaplikasikan
dalam  bentuk  label  yang  ditempel  di  bagian  luar  kemasan  susu  pasteurisasi. Aplikasi film  indikator warna daun erpa ditempel  dalam bentuk  label  bersamaan
dengan  pedoman  warna  film  indikator  warna  daun  erpa  sehingga  dapat  di aplikasikan sebagai kemasan cerdas. Adanya pedoman warna film indikator warna
daun  erpa  dapat  menjadi  panduan  bagi  konsumen,  agar  konsumen  dapat  melihat tingkat  perubahan warna  film  indikator warna daun erpa sebagi  kemasan  cerdas,
dan dapat  dijadikan panduan kerusakan produk  hanya dengan melihat perubahan warna  dari  film  indikator  dan  mencocokkannya  dengan  warna  panduan.  Label
indikator warna daun erpa sebagai kemasan cerdas dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23 Label indikator warna daun erpa
5  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan  yang  dapat  diambil  dari  penelitian  kemasan  cerdas  indikator warna ini adalah sebagai berikut :
Film indikator warna dapat dibuat dari film PVA-kitosan dengan pewarna alami  daun  erpa  yang  mengandung  pigmen  antosianin.  Film  indikator  warna
dibuat  dengan  kombinasi  pencampuran  antara  kitosan  dan  PVA,  perbandingan 60  PVA  dan  40  kitosan  bb.  Pencetakan  film  dilakukan  pada  plat  kaca
berukuran  20×30  cm  dengan  volume  bahan  sebanyak  400  mL  dan  dikeringkan dengan suhu 50
o
C selama 24 jam. Ekstrak pewarna erpa memiliki pH 5.09 dengan total  antosianin  sebesar  116.65  mg  antosianin100  g.  Pewarnaan  film  terbaik
dilakukan dengan cara pengolesan dengan 1 mL pewarna erpa pada 40 cm
2
film. Film  indikator  warna  erpa  yang  mengandung  antosianin  mengalami
perubahan  warna  selama  penyimpanan.  Peningkatan  suhu  dan  cahaya menyebabkan  senyawa  antosianin  terdegradasi  lebih  cepat,  sehingga  warna
indikator  berubah  dari  merah  menjadi  kuning. Secara  umum  peningkatan  suhu
penyimpanan,  cahaya  dan  lama  penyimpanan  menyebabkan  rata-rata  nilai  L tingkat  kecerahan  sampel  film  setelah  penyimpanan  lebih  tinggi  dibandingkan
dengan  sebelum  penyimpanan,  berarti  selama  penyimpanan  sampel  menjadi semakin  cerah,  juga  menyebabkan  penurunan  derajat  kemerahan  sampel  film.
Rata-rata  nilai  derajat  kemerahan  +a  sampel  film  setelah  penyimpanan  lebih rendah dibandingkan dengan sebelum penyimpanan.
Peningkatan  suhu  penyimpanan,  cahaya  dan  lama  penyimpanan  juga menyebabkan  rata-rata  nilai  b  derajat  kekuningan  sampel  film  setelah
penyimpanan lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum penyimpanan. Perubahan
nilai  a  dan  b  berpengaruh  pada  perubahan  nilai  °hue,  nilai  a  yang  cenderung berkurang  derajat  kemerahannya  dan  nilai  b  yang  cenderung  meningkat  derajat
kekuningannya menyebabkan daerah kisaran warna kromatis sampel film bergeser dari  merah  menjadi  kuning  seiring  meningkatnya  nilai  °hue  dan  juga
mengakibatkan kenaikan nilai ∆E, sebagai hasil dari perubahan nilai L, a, dan b dari  sampel  film.  Data  yang  didapat  memperlihatkan  bahwa  film  yang  disimpan
pada  suhu  yang  lebih  tinggi  yaitu  suhu  ruang  dan  suhu  luar  memiliki  perubahan
nilai ∆E yang lebih besar dan lebih cepat dibanding film yang disimpan pada suhu yang  lebih  rendah  yaitu  suhu  freezer  dan  suhu  refrigerator.
Perubahan  nilai L,a,b,
o
hue  dan  ∆E  seiring  dengan  perubahan  warna  sampel  secara  visual  dari merah menjadi kuning. Hal ini menunjukkan lama penyimpanan, suhu dan cahaya
dapat menyebabkan terjadinya degradasi antosianin yang menyebabkan perubahan warna sampel dari merah menjadi kekuningan.
Berdasarkan  data  yang  didapatkan,  dapat  diketahui  bahwa  warna  film  ini lebih  stabil  atau  tidak  berubah  pada  suhu  penyimpanan  yang  lebih  rendah,  yaitu
pada  suhu  freezer  dan  suhu  refrigerator,  dan  sangat  mudah  berubah  pada  suhu penyimpanan suhu ruang dan suhu 40
o
C dengan penyinaran matahari. Oleh karena itu,  film  indikator  ini  diaplikasikan  pada  produk  susu  pasteurisasi  yang  akan
mengalami kerusakan jika disimpan pada suhu ruang atau suhu yang lebih tinggi dari  yang  disarankan.  Hasil  penelitian  menunjukkan  perubahan  warna  film
indikator sesuai  dengan  indikator kerusakan susu pasteurisasi  yaitu pertumbuhan
mikroba  dan  uji  organoleptik  pada  susu  pasteurisasi  tersebut,  sehingga  film indikator warna ini dapat digunakan sebagai indikator kerusakan susu pasteurisasi.
5.2 Saran
Untuk  peneliti  selanjutnya  disarankan  melakukan  penelitian  aplikasi kemasan  cerdas  indikator  warna  ini  pada  penyimpanan  produk  lain  selain  susu
pasteurisasi  sehingga  pemanfaatan  film  indikator  warna  daun  erpa  sebagai kemasan cerdas dapat diperluas.