Hambatan-hambatan STRATEGI LSM KAKAK (KEPEDULIAN UNTUK KONSUMEN ANAK) DALAM PEMBERDAYAAN ANAK ANAK KORBAN ESKA (EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK) DI SURAKARTA

cxxiv konstruktif, karena bagaimanapun dengan adanya kritik akan mampu menjadi sarana evaluasi terhadap hasil kerja lembaga.

D. Hambatan-hambatan

yang Dihadapi LSM KAKAK Dalam Mengimplementasikan Strateginya dan Solusi Untuk Menanganinya Permasalahan anak adalah permasalahan yang cukup kompleks dan berkepanjangan. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh LSM KAKAK dalam melaksanakan mengimplementasikan strateginya adalah sebagai berikut : 1. Hambatan Internal a. Pendanaan untuk kegiatan-kegiatan dan program-program LSM KAKAK masih terbatas, apalagi kerjasama dengan pihak luar, LSM KAKAKpun masih harus pilih-pilih. Hal ini dikarenakan LSM KAKAK tetap harus menyamakan dan menyesuaikan dengan visi misi LSM KAKAK dengan pihak yang akan memberi dana. Selain itu LSM KAKAK juga melakukan vanreshing, yaitu bagaimana sebuah lembaga itu dalam pendanaannya juga disokong dari dalam sendiri, atau disebut penggalangan dana mandiri untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di LSM KAKAK. Oleh karena itu LSM KAKAK memiliki kegiatan yang sangat banyak dan cakupan jangkauan yang sangat luas. Sedangkan pendanaan dari pemerintah juga mengalami kendala karena dana dari APBD yang belum cair. b. Adanya keterbatasan sumber daya manusia di LSM KAKAK. Hal ini disebabkan karena jangkauan wilayah kerja yang sangat luas. Banyak korban perdagangan anak dan eksploitasi seksual di cxxv daerah-daerah yang membutuhkan pendamping. Sedangkan jumlah SDM dari LSM KAKAK sendiri juga terbatas, dan untuk satu pendampingan membutuhkan waktu yang lama karena jarak yang jauh, sehingga banyak korban yang tidak terfasilitasi. Selain itu belum ada pendampingan dari pemerintah setempat. Dengan jarak yang sangat jauh dan tersebar di seluruh wilayah eks-Karesidenan Surakarta, maka ada keterbatasan wilayah yang bisa dijangkau, sehingga harus ada strategi yang cocok untuk mengatasinya. c. Dengan keterbatasan SDM itulah maka LSM KAKAK merintis dan mulai membentuk pendamping-pendamping dari masyarakat lokal daerah, sehingga akan lebih mudah untuk melakukan pendampingan untuk para korban. Namun komitmen dari masyarakat lokal sendiri dirasa masih kurang untuk menjadi pendamping di daerahnya masing-masing. 2. Hambatan Eksternal a. Dari diri anak sendiri, ada banyak persoalan yang membuat anak terjerumus dan tetap bertahan dalam dunia prostitusi, sehingga cukup sulit untuk menumbuhkan kesadaran akan resiko dari aktivitas yang akan dilakukan dan berhenti melakukan aktivitas tersebut. b. Dari pihak keluarga korban, yang sering tidak mau didampingi karena menganggap musibah yang menimpa keluarganya adalah cxxvi tabu sehingga mereka seringkali memilih jalan damai untuk menyelesaikan masalah. c. Kebanyakan masyarakat cenderung menjudment atau memberikan stigma negatif terhadap anak korban ESKA. Masyarakat seringkali menganggap bahwa tindak pelecehan seksual adalah aib sehingga masyarakat kurang mendukung terhadap pendampingan yang dilakukan pada korban. Selain itu masyarakat justru seringkali menyalahkan dan mencemooh korban. Dalam mengatasi permasalahan ini LSM KAKAK terus mengadakan sosialisasi dan kampanye tentang permasalahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak ESKA, sehingga masyarakat akan mengalami perubahan pandangan maupun sikap terhadap para korban ESKA dan diharapkan pada akhirnya masyarakat juga mau ikut terlibat dalam upaya pendampingan. d. Dari pihak aparat hukum, yang pada waktu menyidik atau memeriksa korban seringkali justru menyudutkan korban dengan pertanyaan-pertanyaannya. Untuk mengatasi hal tersebut LSM KAKAK senantiasa mengadakan pendekatan dengan para aparat penegak hukum agar mereka tidak menyudutkan para korban ESKA dan memberikan pengertian kepada para aparat tentang penderitaan yang dialami korban. e. Dari para pelaku, yang seringkali melakukan intimidasi kepada korban sehingga korban tidak berani melaporkan kasus dan cxxvii mengadakan perlawanan, terlebih jika pelaku adalah orang yang memiliki posisi atau pejabat, sehingga pelaku sangat riskan bermain uang terhadap aparat hukum. Mengenai permasalahan ini, sejak awal LSM KAKAK telah menangkap gejala ini sehingga dari awal LSM KAKAK telah menggalang kerjasama dengan LSM- LSM lain untuk melakukan aktivitas yang dapat menekan aparat hukum supaya menghentikan tindakan pelaku serta menangani kasus-kasus tersebut dengan baik. LSM KAKAK bersama LSM lain senantiasa melakukan pendekatan atau lobi ke aparat hukum, lalu membuat surat dukungansurat desakan apabila aparat hukum tidak bertindak secara baik, serta bekerjasama dengan media. f. Belum adanya keberpihakan terhadap anak korban ESKA, termasuk dari pemerintah yang tidak memasukkan permasalahan anak dalam agenda pembangunannya. g. Dukungan dari pemerintah lokal sedang diusahakan LSM KAKAK dengan berusaha melibatkan pemerintah. Namun tetap ada masalah dengan prosedural pemerintahan. Selain itu tidak mudah untuk bekerjasama dalam menyelenggarakan suatu kegiatan dengan pemerintah setempat. cxxviii BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan