KategoriBentuk-bentuk ESKA Eksploitasi Seksual Komersial Anak ESKA 1. Konsep ESKA

xlvii prostitusi antara lain: kemiskinan dan disharmonis keluarga. Faktor lain yang mempengaruhi, dari hasil pengamatan adalah perilaku konsumtif, pengalaman seksual dini, dan kekerasan seksual yang terjadi terhadap anak pencabulan dan perkosaan Yayasan KAKAK, 2000.

5. KategoriBentuk-bentuk ESKA

Eksploitasi seksual komersial anak ESKA meliputi 3 hal, antara lain : 1 Pornografi Berkaitan dengan eksploitasi seksual komersial lainnya adalah pornografi anak yang belum banyak diketahui faktanya tapi diyakini terjadi di Indonesia. Pornografi adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia. Sifatnya yang seronok, vulgar, dan jorok, membuat orang yang melihatnya terangsang secara seksual. Pornografi dapat diperoleh dalam bentuk foto. Poster, lieflet, gambar video, film, dan gambar VCD. Termasuk pula dalam bentuk alat visual lainnya yang memuat gambar atau kegiatan pencabulan porno. Termasuk di dalamnya adalah tindakan pelecehan seksual. Tindakan pelecehan seksual ini adalah semua tindakan atau kecenderungan bertindak secara seksual yang bersifat intimidasi non- fisik kata-kata, bahasa, atau gambar atau intimidasi fisik yaitu gerakan memegang, menyentuh, meraba, atau mencium bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok lain. Tindakan tersebut dipahami sebagai tindakan merendahkan, menyebabkan aib, xlviii dan mencemarkan keberadaannya sebagai manusia. Anggaeni, 1993: 14 2 Prostitusi Anak Prostitusi anak adalah tindakan mendapatkan atau menawarkan jasa seksual dari seorang anak oleh seseorang atau kepada orang lainnya dengan imbalan uang atau imbalan lainnya. Shalahuddin, 2004: 20 Menurut Protokol Konvensi Hak Anak yang diadopsi oleh Dewan Umum PBB tanggal 25 Mei tahun 2000, prostitusi anak berarti menggunakan seorang anak untuk aktivitas seksual demi keuntungan atau dalam bentuk lain. UNICEF, 2004: 4 3 TraffickingPredagangan Anak Trafficking atau perdagangan anak yaitu tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seorang anak, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan anak tereksploitasi. Dalam Konvensi Hak-hak Anak KHA, ditegaskan bahwa anak berhak mendapatkan perlindungan dari penculikan, perdagangan, dan penjualan anak untuk tujuan atau dalam bentuk apapun pasal 35. Konvensi ILO No. 182 mengenai pelarangan dan tindakan segera penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak, yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No. 1 xlix tahun 2000, memasukkan unsur perdagangan anak-anak sebagai salah satu pekerjaan terburuk untuk anak. Pada Supplementary Convention on the Abolition of Slavery, the Slave Trade, and Institution and Practices Similar to Slavery tahun 1956, perdagangan anak didefinisikan sebagai perpindahan seorang anak dari satu pihak ke pihak lain untuk tujuan apapun dengan imbalan uang atau penghargaan lainnya. Shalahuddin, 2004: 35-37 Berbagai tindakan kekerasan, penelantaran, dan eksploitasi masih saja terus dialami anak-anak Indonesia. Begitu pula penderitaan psikologis akibat berbagai sikap dan tindakan yang sewenang-wenang terhadap anak, membuat mereka menjadi anak-anak yang bermasalah sehingga mengganggu proses tumbuh kembang mereka secara sehat.

6. Norma-Norma Hukum Penghapusan Eksploitasi Terhadap Anak