xlv ada kesempatan. Para pelaku seks anak preferensial memiliki pilihan seksual yang
nyata terhadap anak-anak. Jumlah mereka lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pelaku situasional tetapi mereka lebih berpotensi untuk melakukan
kekerasan terhadap lebih banyak anak-anak daripada pelaku seks situasional karena hal tersebut memang sudah menjadi niat dan keinginan mereka.
4. Penyebab Terjadinya ESKA
Faktor penyebab yang mendorong anak-anak jatuh menjadi korban pelacuran sangat erat terkait dengan pendidikan yang di berikan oleh keluarganya,
yang membentuk pola perilaku seseorang. Ketidakmampuan suatu keluarga untuk melakukan fungsi-fungsitugas yang seharusnya mereka penuhi, khususnya
tugasfungsi memberikan perlindungan dan kasih sayang, serta pendidikan dan sosialisasi anak, mungkin berakibat pada pemaksaan anak untuk masuk ke dalam
jurang pelacuran. Sistem sosio-kultural yang berlaku pada mayoritas rakyat Indonesia sangat berkaitan dengan ketidaksetaraan gender dan berbagai bentuk
ketidakadilan yang menimpa wanita. Ketidakadilan itu diwujudkan dalam marginalisasi, subordinasi dan pemberian stereotypecap wanita.
Hal ini seperti yang diungkapkan Prof. Vivit Muntarbhorn dalam International Journal About Children Sexual Exploitation, 2008: 71 :
The abhorrent practices behind the commercial sexual exploitation of children include rape, murder, abduction, bribery, false marriage,
illegal adoption, illegal immigration, bonded labour, extortion and mailorder brides. It may also arise from domestic service. While the
phenomenon affects millions of girls and boys in many settings, it is girls who constitute the majority of the victims, aggravated by deep-
seated cultural attitudes that discriminate against women and the girl child. The practice of commercial sexual exploitation of children
is both old and new, although the issue has become more accentuated and critical in recent times. In regard to the former,
xlvi traditional practices rooted in history include the dedication of girls
to temples as sex goddess in various communities they then fall prey to sexual exploitation. In regard to the latter, the less positive side of
globalisation and the advances of technology and communications have made it more instantaneous and widespread. The more modern
side of the child sex trade includes the use of computer bulletin boards and Internet to transfer child pornography worldwide, and
the growth of sex tourism Praktek-praktek dibalik eksploitasi seksual komersial anak antara lain pemerkosaan, penculikan,
perampokan, pernikahan semukontrak, adopsi illegal, imigrasi illegal, tenaga kerja paksa, pemerasan, dan pengantin pesanan.
Meskipun fenomena ini menimpa jutaan anak perempuan dan laki- laki dari berbagai latar belakang, namun anak perempuanlah yang
mayoritas menjadi korban. Hal ini semakin diperburuk oleh kebudayaan yang mengakar, yang mendiskriminasikan wanita dan
anak perempuan. Kasus eksploitasi seksual komersial terhadap anak adalah merupakan kasus lama sekaligus baru, walaupun masalah ini
menjadi besar dan kritis akhir-akhir ini. Dalam kaitannya dengan masalah lama, praktek tradisional yang berasal dari sejarah meliputi
persembahan anak perempuan di kuil sebagai dewi seks di berbagai komunitas mereka, sehingga menjadikan anak sebagai korban
eksploitasi seksual. Dalam kaitannya dengan yang baru, efek globalisasi yang kurang positif dan kemajuan teknologi dan
komunikasi telah membuat kasus tersebut menjadi lebih cepat menyebar luas. Perdagangan seks anak yang modern meliputi
penggunaan papan buletin komputer dan internet untuk mentransfer pornografi anak dan wisata seks ke seluruh dunia.
Faktor-faktor yang memberikan kontribusi dan mendorong masuknya anak-anak ke dalam dunia pelacuran, meliputi:
·
Tradisi kawin usia muda dan mudahnya perceraian di dalam masyarakat kita
·
Kuatnya kepercayaanmitos seputar seks di dalam masyarakat
·
Fenomena migrasi desa-kota yang dilakukan oleh tenaga kerja tak terdidik
·
Gaya hidup perkotaan yang konsumtif Dari pengamatan Yayasan KAKAK melalui klinik medis dan psikologis
1998, faktor-faktor yang mempengaruhi mengapa anak-anak menjadi korban
xlvii prostitusi antara lain: kemiskinan dan disharmonis keluarga. Faktor lain yang
mempengaruhi, dari hasil pengamatan adalah perilaku konsumtif, pengalaman seksual dini, dan kekerasan seksual yang terjadi terhadap anak pencabulan dan
perkosaan Yayasan KAKAK, 2000.
5. KategoriBentuk-bentuk ESKA