Aspek Fisik dan Biofisik 1.

No Komponen Analisis Solusi Potensi Kendala Pemanfaatan Pemecahan kawasan.

B. Aspek Wisata 1.

Objek dan Atraksi Kawasan WWPR memiliki beberapa potensi utama yang dapat menjadi daya tarik antara lain potensi alam. Potensi edukasi belum dikembangkan. Pemanfaatan potensi tersebut dengan mengintegrasikan ke dalam program wisata. Membuat suatu fasilitas khusus untuk menampilkan informasi mengenai konservasi dan pengetahuan tenatang tanaman hutan. 2. Aksesibilitas dan Fasilitas Kawasan WWPR dilalui oleh jalan sekunder dan jalan lokal. Moda transportasi umum masih terbatas jumlah dan jam operasionalnya. Lokasi yang cukup strategis dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wisata. Penambahan jumlah dan jam operasional moda transportasi umum. Penambahan moda transportasi massal bus untuk maksimalisasi potensi pengunjung. Fasilitas pendukung wisata sebagian besar tidak terawat kondisinya dan jumlah masih terbatas. Memperbaiki dengan pemilihan material yang tahan terhadap kondisi ekstrim dan menambah jumlah fasilitas pendukung kenyamanan wisata.

C. Aspek Sosial 1.

Akseptabilitas, dan Persepsi Masyarakat Daya tarik WWPR berpotensi untuk dikembangkan dalam kegiatan wisata alam, sebanyak 100 setuju apabila kawasan tersebut dikembangkan untuk kegiatan wisata alam. Keterlibatan masyarakat dalam usaha pengembangan wisata kawasan WWPR masih sangat terbatas. Membuat rencana penataan lanskap kawasan WWPR sebagai area wisata dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keterlibatan masyarakat setempat. Melakukan pendekatan kepada masyarakat untuk ikut terlibat dalam rencana pengembangan wisata. Analisis yang telah dilakukan secara spasial berdasarkan peta komposit hasil overlay dari setiap aspek yang telah dianalisis, didapatkan zona dengan tiga tingkat kesesuaian untuk pengembangan wisata alam Gambar 22, yaitu : a. Zona dengan tingkat kesesuaian tinggi untuk wisata alam Zona dengan tingkat kesesuaian tinggi merupakan zona pada tapak yang memiliki kondisi fisik dan biofisik yang mendukung kegiatan wisata alam. Selain itu, didukung oleh potensi objek dan atraksi wisata yang sangat potensial pada area ini. Area ini memiliki luas ± 11,30 ha. Pada zona ini dapat dibangun fasilitas-fasilitas penunjang wisata dengan tetap memperhatikan kondisi lingkungan pada zona ini. Kegiatan yang dapat berlangsung pada zona ini yaitu rekreasi aktif dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan kawasan WWPR. b. Zona dengan tingkat kesesuian sedang untuk wisata alam Zona dengan tingkat kesesuaian sedang ±15,90 ha merupakan zona dengan kondisi fisik dan biofisik yang cukup mendukung kegiatan wisata alam. Zona ini memiliki potensi objek dan atraksi wisata yang potensial dan tidak potensial. Pada zona ini dapat dibangun fasilitas penunjang wisata namun tingkat intensitas kegiatan wisatanya tidak terlalu intensif, mengingat kondisi bentukan lahan pada area ini landai sampai berbukit. Kegiatan yang berlangsung pada area ini tetap memperhatikan kelestarian lingkungan kawasan WWPR. c. Zona dengan tingkat kesesuian rendah untuk wisata alam Zona dengan tingkat kesesuaian rendah ±23,31 ha merupakan area dengan kondisi fisik yang kurang sesuai untuk kegiatan wisata alam. Karena pada area ini kemiringan lahannya curam dan berbahaya untuk kegiatan wisata alam, sehingga zona ini dijadikan zona konservasi. Namun, pada zona ini masih bisa dilakukan rekreasi pasif yang terbatas. Sintesis Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka diperlukan adanya upaya untuk memaksimalkan potensi wisata baik yang ada di kawasan Wana Wisata Penangkaran Rusa dan di sekitar kawasan. Selain itu, upaya tersebut tentunya harus diikuti dengan usaha pelestarian lingkungan untuk meminimalisir penurunan kualitas alam eksisting yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pembagian zona dalam rangka pemanfaatan potensi kawasan WWPR sebagai objek wisata alam. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya telah didapatkan 3 tiga zona yaitu sesuai dengan pengembangan wisata, cukup sesuai dengan pengembangan wisata, dan kurang untuk pengembangan wisata. Hasil tersebut akan menjadi acuan dalam penyusunan block plan Gambar 23. Block plan ini kemudian akan digunakan sebagai acuan dalam membuat rencana pengembangan wisata di kawasan WWPR. Secara umum block plan dibedakan menjadi 3 tiga zona yaitu zona intensif, zona semi intensif, dan zona ekstensif. Block plan ini dibuat berdasarkan zona yang dapat menunjang fungsi wisata dengan memperhatikan kelestarian kawasan tersebut. a. Zona intensif Zona intensif adalah zona di dalam kawasan WWPR yang memiliki daya tarik utama yaitu penangkaran rusa dan ditunjang dengan ketersediaan sarana dan prasarana untuk berwisata. Pada zona ini juga terdapat pusat aktivitas pengelola WWPR seperti penerimaan, pusat informasi, dan pelayanan. b. Zona semi intensif Zona semi intensif adalah zona di dalam kawasan WWPR yang mengakomodasi wisatawan apabila daya dukung di zona intensif telah penuh. Pada zona ini terdapat objek wisata pendukung yang memiliki potensi wisata alam. Pada zona ini dapat dilakukan rekreasi aktif terbatas dan rekreasi pasif. c. Zona ekstensif Zona ekstensif adalah zona di dalam kawasan WWPR yang memiliki kemiringan lahan yang curam dan berbahaya. Zona ini memiliki potensi yang rendah untuk kegiatan wisata alam. Maka dari itu, zona ini diarahkan ke fungsi konservasi. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu pengamatan satwa dan vegetasi atau kegiatan konservasi yang bersifat pendidikan dan pengetahuan. Ga mbar 22. P eta kompos it a na li sis