2.
Gua Monyet
Gua ini terletak di sebelah timur WWPR. Gua tersebut dicapai melalui jalan setapak
sejauh kurang lebih 2 km. Kedalaman gua ini kurang lebih 5 meter dan dapat dimasuki oleh
manusia. Dari mulut gua ini dapat dinikmati pemandangan alam yang indah. Untuk
mencapai
gua ini
agak sulit
karena pengunjung harus memanjat tebing batu
terlebih dahulu. 3.
Curug Ciloseh
Keunikan dari Curug Ciloseh adalah keadaan air terjunnya yang dikelilingi tebing
batu. Curug ini memiliki ketinggian kurang lebih empat meter dengan tebing yang
bertingkat-tingkat. Air sungai yang jatuh melalui tebing tersebut membuat percikan air
yang unik seperti air terjun Niagara. Sehingga banyak pengunjung menyebutnya dengan
Niagara Mini.
4. Curug Kembar
Curug ini memiliki ketinggian kurang lebih 12 meter. Jarak tempuh menuju Curug
kembar adalah ± 900 m dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki dengan waktu tempuh
kurang lebih 30 menit dari pos sekretariat. Curug kembar memiliki dua air terjun. Letak
air terjun yang bersebelahan, membuat air terjun ini dinamakan Curug Kembar.
5. Sungai Cibeet
Daya tarik utama dari sungai ini yaitu batu-batu besar terdapat pada sungai ini.
Sungai ini memiliki aliran air yang deras. Kedalamannya mencapai 1,5 meter saat
musim kemarau, sedangkan saat musim hujan kedalamannya mencapai 3 meter.
6. Hutan Pinus
Hutan ini ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan dari berbagai tingkatan dan habitat
bagi berbagai jenis satwaliar. Penamaan kawasan sebagai hutan produksi juga didasari
oleh keberadaan pohon pinus yang dominan menyusun kawasan tersebut sehingga disebut
sebagai kawasan hutan pinus Perhutani.
d. Penilaian Kelayakan Objek dan Atraksi Wisata
Penilaian potensi objek dan atraksi wisata dilakukan untuk menilai kelayakan potensi objek dan atraksi wisata di setiap lokasi. Penilaian ini
diklasifikasikan menggunakan lima kriteria berdasarkan Inskeep 1991. Penilaian dilakukan berdasarkan nilai suatu objek dan atraksi wisata, aksesibilitas yang
tersedia untuk mencapai lokasi objek dan atraksi wisata, letak objek dan atraksi dari jalan utama, fasilitas wisata yang tersedia, dan dampak terhadap lingkungan
Tabel 9. Hasil penilaian yang ditunjukkan pada Tabel 10, memperlihatkan 6 objek dan atraksi wisata yang sangat potensial SP sebagai sumberdaya wisata
alam dan satu objek cukup berpotensi S.
Perhitungan penilaian kelayakan objek dan atraksi wisata sebagai berikut: Klasifikasi kondisi kelayakan objek dan atraksi wisata adalah
∑Faks x 20 + ∑ Ffoa x 30 + ∑Fjl x 10 + ∑Ffas x 10 + ∑Fdl x 30 Keterangan :
Faks = faktor aksesibilitas Ffoa
= faktor objek dan atraksi wisata Fjl
= faktor letak dari jalan utama Ffas
= faktor fasilitas wisata yang tersedia Fdl
= faktor dampak terhadap lingkungan Tabel 9. Penilaian kelayakan objek dan atraksi wisata
Peubah Bobot
Kategori Nilai
Aksesibilitas 30
Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik
Jalan sekunder, kondisi sedang Jalan tersier, kondisi sedang
Tidak ada akses 4
3 2
1
Objek dan Atraksi Wisata
40 Semua atraksi bernilai tinggi
Atraksi sedang-tinggi Atraksi sedang-rendah
Tidak terdapat objek dan atraksi 4
3 2
1
Letak dari Jalan Utama
10 Dekat 1 km
Sedang 1-3 km Cukup jauh 3-5 km
Jauh 5 km 4
3 2
1
Fasilitas Wisata yang Tersedia
20 Tersedia lengkap, kualitas baik, terawat
Ada beberapa, cukup terawat Ada beberapa, kurang terawat
Tidak tersedia 4
3 2
1
Sumber : Inskeep 1991; Rosmalia 2008; modifikasi 7.
Bukit Laya
Bukit Laya merupakan Bukit di ujung kawasan WWPR. Daya tarik utama dari
bukit ini yaitu bukit ini merupakan titik tertinggi dari kawasan ini. Dari bukit ini
pengunjung dapat melihat pemandangan yang indah. Ketinggian dari Bukit Laya ini
sekitar
330 m
dpl. Secara
visual pemandangan dari dan menuju tapak
merupakan view yang menarik.