Analisis Deskriptif METODE PENELITIAN

sebanyak 4 – 6 orang. Jumlah ini mendominasi sebanyak 71,7 dari total responden. Mayoritas responden memiliki pendapatan di atas Upah Minimum Rata- rata UMR Kota Depok yakni sebesar Rp 2.397.000,00 pada tahun 2014. Responden yang memililki pendapatan di bawah UMR berasal dari klaster perkampungan yakni sebanyak 11,5 dari total responden. Pendapatan terbanyak adalah pendapatan dengan range 2.500.000 - 5.000.000 rupiah yaitu sebanyak 35 dari 113 responden. Responden dengan pendapatan tersebut berasal dari seluruh klaster perkampungan, sederhana dan mewah. Karakteristik terakhir yang dibahas yakni keikutsertaan jasa angkut sampah rumah tangga. Sebanyak 40 responden atau sekitar 35,4 dari total responden tidak menggunakan jasa angkut sampah. Angka ini didominasi oleh warga yang tinggal di perkampungan sisanya berasal dari perumahan sederhana. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan kawasan perumahan yang masih sangat minim. Perumahan mewah dan sederhana seluruhnya menggunakan jasa angkut sampah yakni sebanyak 64,6. Kedua perumahan ini memiliki sistem pengelolaan sampah yang lebih jelas dibandingkan perkampungan. Pendapatan masyarakat dapat dijadikan alasan lain mengapa penelitian ini dibagi menjadi tiga kelas sosial. UMR Kota Depok tahun 2014 yakni sebesar Rp 2.397.000,00 bisa dijadikan tolak ukur pendapatan masyarakat di atas atau di bawah UMR yang berlaku. Perbedaan rata-rata pendapatan masyarakat apabila dibagi berdasarkan kelas sosialnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Pendapatan masyarakat No. Pendapatan Rp Perumahan Perkampungan BTN Real Estate 1 2.397.000 22,5 7,5 2 2.397.000 - 7.000.000 60 67,5 3 7.000.000 17,5 25 100 Sumber: Pengolahan data primer

5.3 Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Perubahan Komposisi Sampah Rumah Tangga

Pengaruh sosial ekonomi terhadap komposisi sampah rumah tangga di Kecamatan Sawangan selanjutnya dapat dilihat dari hasil perhitungan logistik. Sosial ekonomi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebuah kondisi rumah tangga berdasarkan usia, tingkat pendidikan, pendapatan dan lokasi tempat tinggalnya. Sosial ekonomi masyarakat pada penelitian ini dititikberatkan pada keempat elemen di atas. Sesuai dengan hasil observasi di lapangan ternyata pola expenditure atau pengeluaran rumah tangga berbeda-beda tergantung pada pendapatan yang didapatkan setiap bulannya. Rumah tangga dengan pendapatan di atas Rp 10.000.000,00 mayoritas bermukim di perumahan sederhana dan mewah. Mereka cenderung lebih senang mengonsumsi makanan-makanan cepat saji atau makanan kemasan. Hal ini mengakibatkan timbulan sampah anorganik seperti plastik, botol kaca dan kaleng lebih banyak dibandingkan dengan sampah organiknya. Keadaan sebaliknya terjadi pada rumah tangga dengan pendapatan di bawah Rp 7.500.000,00, mayoritas bermukim di perumahan sederhana dan perkampungan. Pada dua jenis perumahan ini rumah tangganya cenderung lebih senang memasak sendiri di rumah dibandingkan harus membeli makanan cepat saji, sehingga sampah yang dihasilkan akan lebih banyak jenis sampah organik. Data dapat dilihat pada Tabel 16. Berat sampah yang dihasilkan rumah tangga setiap harinya juga beragam. Pada penelitian ini tidak dipisahkan secara spesifik jenis sampahnya. Artinya sampah dicampur berdasarkan jenis sampah organik dan anorganik saja, bukan dipisahkan lagi seperti sampah sisa makanan, sisa memasak, plastik, kaleng, beling, kertas dan lain-lain. Hal ini akan menyebabkan berat sampah organik akan dipengaruhi dengan kadar air di dalam sampah itu sendiri. Kondisi lain terjadi pada berat sampah anorganik. Berat sampah anorganik yang ada juga dipengaruhi dengan jenis sampahnya misalnya plastik dan botol minuman kaca. Botol minuman kaca jelas akan mendominasi berat sampah anorganik karena komponennya lebih berat dari sampah plastik. Jadi sedikit saja jenis sampah anorganik yang dihasilkan maka tetap akan terasa berat disebabkan oleh komponen sampahnya. Model yang disajikan akan dibagi menjadi dua yakni model untuk hari kerja serta model untuk hari libur. Penyajian dalam bentuk dua model logistik ini sebab produksi sampah rumah tangga ketika hari kerja dan hari libur dianggap berbeda.