5.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Sawangan
Karakteristik umum sosial ekonomi masyarakat Sawangan didapatkan dari penelitian terhadap 113 responden warga Sawangan yang dianggap mampu
mewakili masyarakat Sawangan. Penelitian ini meliputi tiga klaster perumahan yakni perkampungan, sederhana, dan mewah. Karakteristik ini meliputi jenis
kelamin, usia, status pekerjaan, pendidikan, jumlah penghuni dan pendapatan. Karakteristik ini tidak menjelaskan per klaster melainkan keseluruhan responden
mewakili penduduk Kecamatan Sawangan. Karakteristik umum masyarakat Sawangan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Karakteristik responden rumah tangga masyarakat Kecamatan Sawangan
Karakteristik Jumlah orang
Persentase Jenis Kelamin :
Laki-laki 19
16,8 Perempuan
94 83,2
TOTAL 113
100 Usia tahun :
≤20 1
0,9 21-30
8 7,1
31-40 37
32,7 41-50
41 36,3
51-60 23
20,4 60
3 2,7
TOTAL 113
100 Status Pekerjaan :
Kerja 105
92,9 Tidak kerja
8 7,1
TOTAL 113
100 Pendidikan tahun :
1 - 6 9
8 7 - 9
6 5,3
10 - 12 43
38,1 13 - 16
41 36,3
17 - 19 14
12,4 TOTAL
113 100
Jumlah penghuni orang : 1 - 3
31 27,4
4 - 6 81
71,7 ≥7
1 0,9
TOTAL 113
100 Pendapatan Rp :
2.500.000 13
11,5 2.500.000 - 5.000.000
35 31
5.000.001 - 7.500.000 18
15,9 7.500.001 - 10.000.000
13 11,5
10.000.001 - 12.500.000 6
5,3 12.500.001 - 15.000.000
4 3,5
15.000.000 24
21,2 TOTAL
113 100
Karakteristik Jumlah orang
Persentase Jasa Angkut Sampah :
Ikut 73
64,6 Tidak ikut
40 35,4
TOTAL 113
100 Sumber: Pengolahan data primer
Sebanyak 113 responden yang telah diwawancarai dianggap mampu mewakili masyarakat Kecamatan Sawangan. Responden yang bersedia
diwawancarai didominasi oleh perempuan yakni sebanyak 94 dari 113 responden dan sisanya adalah laki-laki sebanyak 19 orang. Hal ini karena waktu wawancara
yang dilaksanakan pada siang hari ketika mayoritas kepala keluarga sedang melakukan kegiatan di luar rumah. Faktor penyebab yang lain adalah perempuan
berperan penting lebih dalam mengelola rumah tangga. Variabel usia cukup beragam karena meliputi umur 20
– 60 tahun ke atas. Usia yang dimaksud adalah usia dari kepala keluarga responden. Usia 41-50 tahun
merupakan range usia terbanyak yakni sebesar 36,3 atau sebanyak 41dari 113 orang. Sedangkan range usia paling sedikit diperoleh pada
usia ≥ 20 tahun yakni sebesar 0,9. Status pekerjaan yang dimiliki oleh responden didominasi oleh para
pekerja aktif. Hanya ada 8 dari 113 responden yang tidak bekerja aktif meliputi pengangguran dan pensiunan. Jenis pekerjaan dari responden cukup beragam
yaitu petani, wiraswasta, perajin industri kecil, buruh, pedagang, PNS, TNIPOLRI, pensiunan, dan lain-lain. Mayoritas usia kepala keluarga responden
berada pada usia produktif yakni sekitar 20 – 55 tahun. Hal ini juga menyebabkan
tingginya nilai persentase pekerja aktif pada variabel status pekerjaan yakni sebesar 92,9.
Status pendidikan masyarakat Sawangan didominasi oleh tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA. Mayoritas masyarakat ini mengenyam bangku
pendidikan selama 10-12 tahun. Dilihat dari status pendidikan yang cukup tinggi Kecamatan Sawangan bukan merupakan kecamatan tertinggal.
Jumlah penghuni dalam satu rumah menjelaskan tentang kepadatan penduduk yang terjadi di kecamatan ini. Menurut DDA 2013-2014, Kecamatan
Sawangan merupakan salah satu kecamatan yang mengalami pertumbuhan penduduk lambat sehingga kepadatan penduduknya menempati urutan terakhir.
Namun tercatat setiap tahunnya kecamatan ini selalu mengalami peningktan penduduk. Hal ini terbukti dari jumlah penghuni yang tinggal dalam satu rumah
sebanyak 4 – 6 orang. Jumlah ini mendominasi sebanyak 71,7 dari total
responden. Mayoritas responden memiliki pendapatan di atas Upah Minimum Rata-
rata UMR Kota Depok yakni sebesar Rp 2.397.000,00 pada tahun 2014. Responden yang memililki pendapatan di bawah UMR berasal dari klaster
perkampungan yakni sebanyak 11,5 dari total responden. Pendapatan terbanyak adalah pendapatan dengan range 2.500.000 - 5.000.000 rupiah yaitu sebanyak 35
dari 113 responden. Responden dengan pendapatan tersebut berasal dari seluruh klaster perkampungan, sederhana dan mewah.
Karakteristik terakhir yang dibahas yakni keikutsertaan jasa angkut sampah rumah tangga. Sebanyak 40 responden atau sekitar 35,4 dari total
responden tidak menggunakan jasa angkut sampah. Angka ini didominasi oleh warga yang tinggal di perkampungan sisanya berasal dari perumahan sederhana.
Hal ini disebabkan oleh pengelolaan kawasan perumahan yang masih sangat minim. Perumahan mewah dan sederhana seluruhnya menggunakan jasa angkut
sampah yakni sebanyak 64,6. Kedua perumahan ini memiliki sistem pengelolaan sampah yang lebih jelas dibandingkan perkampungan.
Pendapatan masyarakat dapat dijadikan alasan lain mengapa penelitian ini dibagi menjadi tiga kelas sosial. UMR Kota Depok tahun 2014 yakni sebesar Rp
2.397.000,00 bisa dijadikan tolak ukur pendapatan masyarakat di atas atau di bawah UMR yang berlaku. Perbedaan rata-rata pendapatan masyarakat apabila
dibagi berdasarkan kelas sosialnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Pendapatan masyarakat
No. Pendapatan Rp
Perumahan Perkampungan
BTN Real Estate
1 2.397.000
22,5 7,5
2 2.397.000 - 7.000.000
60 67,5
3 7.000.000
17,5 25
100
Sumber: Pengolahan data primer
5.3 Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Perubahan Komposisi Sampah Rumah Tangga
Pengaruh sosial ekonomi terhadap komposisi sampah rumah tangga di Kecamatan Sawangan selanjutnya dapat dilihat dari hasil perhitungan logistik.