Analisis Regresi Logistik METODE PENELITIAN
Sosial ekonomi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebuah kondisi rumah tangga berdasarkan usia, tingkat pendidikan, pendapatan dan lokasi tempat
tinggalnya. Sosial ekonomi masyarakat pada penelitian ini dititikberatkan pada keempat elemen di atas.
Sesuai dengan hasil observasi di lapangan ternyata pola expenditure atau pengeluaran rumah tangga berbeda-beda tergantung pada pendapatan yang
didapatkan setiap bulannya. Rumah tangga dengan pendapatan di atas Rp 10.000.000,00 mayoritas bermukim di perumahan sederhana dan mewah. Mereka
cenderung lebih senang mengonsumsi makanan-makanan cepat saji atau makanan kemasan. Hal ini mengakibatkan timbulan sampah anorganik seperti plastik, botol
kaca dan kaleng lebih banyak dibandingkan dengan sampah organiknya. Keadaan sebaliknya terjadi pada rumah tangga dengan pendapatan di bawah Rp
7.500.000,00, mayoritas bermukim di perumahan sederhana dan perkampungan. Pada dua jenis perumahan ini rumah tangganya cenderung lebih senang memasak
sendiri di rumah dibandingkan harus membeli makanan cepat saji, sehingga sampah yang dihasilkan akan lebih banyak jenis sampah organik. Data dapat
dilihat pada Tabel 16. Berat sampah yang dihasilkan rumah tangga setiap harinya juga beragam.
Pada penelitian ini tidak dipisahkan secara spesifik jenis sampahnya. Artinya sampah dicampur berdasarkan jenis sampah organik dan anorganik saja, bukan
dipisahkan lagi seperti sampah sisa makanan, sisa memasak, plastik, kaleng, beling, kertas dan lain-lain. Hal ini akan menyebabkan berat sampah organik akan
dipengaruhi dengan kadar air di dalam sampah itu sendiri. Kondisi lain terjadi pada berat sampah anorganik. Berat sampah anorganik yang ada juga dipengaruhi
dengan jenis sampahnya misalnya plastik dan botol minuman kaca. Botol minuman kaca jelas akan mendominasi berat sampah anorganik karena
komponennya lebih berat dari sampah plastik. Jadi sedikit saja jenis sampah anorganik yang dihasilkan maka tetap akan terasa berat disebabkan oleh
komponen sampahnya. Model yang disajikan akan dibagi menjadi dua yakni model untuk hari kerja
serta model untuk hari libur. Penyajian dalam bentuk dua model logistik ini sebab produksi sampah rumah tangga ketika hari kerja dan hari libur dianggap berbeda.
Dugaannya adalah bahwa produksi sampah di hari libur akan lebih banyak dibandingkan hari kerja karena penghuni rumah akan lebih banyak melakukan
kegiatan di rumah sehingga akan timbul eksternalitas negatif berupa sampah. Hari kerja yang dimaksud adalah hari Senin
– Jumat, sedangkan hari libur yang dimaksud adalah hari Sabtu dan Minggu bukan hari libur di musim liburan
seperti libur lebaran atau natal dan tahun baru. Komposisi sampah rumah tangga sebagai variabel dependent yakni Y untuk
model hari kerja dan Y2 untuk model hari libur. Variabel indenpendent-nya antara lain usia, pendapatan, status pekerjaan, jumlah sampah, jumlah sampah hari kerja
dan libur, klaster perumahan sederhana dummy, serta klaster perumahan mewah dummy. Dalam model ini, data Y1 dan Y2 yang dimaksud adalah dominansi
rumah tangga dalam memproduksi sampah apakah lebih banyak sampah organik atau anorganik. Apabila sampah yang dihasilkan lebih banyak sampah organik
maka dikategorikan 1 dan apabila sampah yang dihasilkan lebih banyak anorganik dikategorikan 0. Selanjutnya data tersebut akan dimasukkan ke dalam model.
Tempat tinggal klaster perkampungan sebagai indikator perhitungan pada variabel perumahan. Perkampungan dipilih karena memiliki perbandingan yang ekstrem
pada variabel pendapatan sehingga dapat diketahui perbedaannya dengan jelas.