Tradisi Budaya Perencanaan Lanskap Untuk Pelestarian Kawasan Budaya Kampung Lengkong Kyai, Tangerang
45 menggambarkan sumber kehidupan manusia yang berasal dari tanah dan air.
Dalam konsep tata ruang Sunda elemen tanah dan air menjadi elemen penting dalam sebuah kawasan permukiman kampung. Posisi Kampung Lengkong Kyai
terlihat strategis dengan adanya bukit di bagian Selatan dan sungai di bagian Utara. Bukit di sini melambangkan tanah, dan dimanfaatkan sebagai makam
dengan nilai-nilai spirtual yang ada. Sedangkan sungai melambangkan air, dan dimanfaatkan oleh penduduk kampung sebagai sumber air untuk kehidupan
sehari-hari Gambar 24.
Demikian juga dengan konsep luhur-handap yang menggambaran hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta, manusia dengan sesama manusia dan
manusia dengan alam Salura 2007, di mana dalam tata ruang masyarakat Sunda konsep luhur-handap biasa divisualisasikan dengan penempatan hutan keramat di
bagian atas, permukiman di bagian tengah dan pertanian di bagian bawah. Pada kondisi lanskap Kampung Lengkong Kyai abad ke 19-20 dapat diinterpretasikan
bahwa terdapat pola penempatan penggunaan lahan dengan konsep luhur-handap. Pada bagian Selatan kampung yang membentuk bukit dengan elevasi yang tinggi
dan tutupan vegetasi, dijadikan sebagai area pemakaman yang memiliki nilai spiritual tinggi bagi penduduk kampung. Penempatan makam pada bukit
merupakan suatu wujud penghormatan terhadap arwah leluhur. Hal ini serupa dengan penempatan hutan keramat di bagian atas yang merupakan bagian dari
konsep luhur-handap. Selanjutnya, penempatan permukiman berada di bagian tengah dan lahan pertanian di bagian bawah semakin menunjukkan visualisasi
konsep tersebut Gambar 24.
Konsep kaca-kaca merupakan gambaran dari batasan ruang lingkup kehidupan manusia yang tidak selamanya berada dalam kebebasan Salura 2007.
Visualisasi dari konsep ini yaitu adanya batas-batas alami dari ruang lingkup kampung seperti hutan, lahan pertanian, sungai dan sebagainya. Dari data yang
ada telah diinterpretasikan bahwa terdapat batas-batas alami pada Kampung Lengkong Kyai berupa kontur berbukit dan hutan bambu yang mengelilingi
kampung Gambar 24.
Konsep yang terakhir dalam konsep tata ruang masyarakat Sunda yaitu konsep mitos yang menerangkan bahwa ruang merupakan manifestasi dari alam
yang dipadankan dengan manusia yang memiliki wadah tubuh dan isi jiwa Salura 2007. Konsep isi jiwa pada Kampung Lengkong Kyai terlihat dari
terdapatnya makam yang disucikan dan memiliki nilai spiritual tinggi. Sedangkan konsep wadah tubuh terlihat dari terdapatnya ruang-ruang dalam keseluruhan
unit kampung sebagai tempat beraktivitas penduduk kampung Gambar 24.
Keunikan lain dari Kampung Lengkong Kyai yaitu pola permukimannya yang mengikuti arah kiblat yang merupakan pengaruh dari agama Islam yang
dibawa oleh Raden Arya Wangsakara sebagai pendiri kampung. Pemilihan lokasi Kampung Lengkong Kyai dinilai memiliki pertimbangan khusus. Hal ini terlihat
dari posisinya yang tepat berada di tepi sungai yang secara kebetulan arah alirannya mengarah ke Barat Laut atau searah dengan kiblat. Posisi yang demikian
selain berorientasi ke arah kiblat juga mempengaruhi pola bangunan-bangunan yang ada mengikuti alur sungai. Uniknya hampir secara seragam sebagian besar
bangunan-bangunan yang ada di Kampung Lengkong Kyai sisi panjangnya mengarah ke arah kiblat, sedangkan sisi lebarnya mengarah ke Timur Laut
sungai dan Barat Daya bukitmakam.
46
Selain konsep tata ruang, aktivitas budaya masyarakat Kampung Lengkong Kyai juga merupakan bagian dari tradisi budaya yang ada. Aktivitas budaya yang
dilakukan oleh penduduk Kampung Lengkong Kyai tidak terlepas dari ruang. Ruang digunakan sebagai tempat untuk beraktivitas, baik itu perayaan, kesenian,
pertemuan maupun aktivitas sehari-hari. Aktivitas budaya yang ada di Kampung Lengkong Kyai sangat erat kaitannya dengan agama Islam. Seperti beberapa
aktivitas budaya yang telah diinventarisasi antara lain marhabaan, make samping, nabuh bedug dan haul Raden Arya Wangsakara, semuanya berkaitan erat dengan
unsur-unsur keislaman. Aktivitas-aktivitas budaya tersebut berpusat pada masjid. Masjid dijadikan sebagai ruang dalam melakukan aktivitas yang berhubungan
dengan keagamaan. Tidak hanya pada hari-hari tertentu saja, aktivitas beribadah dan mempelajari kitab suci Al-
Qur’an yang rutin dilakukan juga berpusat pada bangunan masjid Gambar 25. Hal ini juga bermakna bahwa masjid menjadi
tempat berkumpul, berinteraksi dan silaturahmi antar penduduk kampung dalam suatu bentuk acara keagamaan.
Selain bentuk tradisi keagamaan, tradisi budaya Sunda yang dibawa oleh pendiri kampung juga menjadi suatu identitas Kampung Lengkong Kyai.
Penerapan konsep-konsep perkampungan Sunda yang telah dijelaskan sebelumnya menjadi suatu bentuk visualisasi kebudayaan tersebut. Walaupun
pada beberapa aspek terjadi akulturasi dengan budaya lain, seperti gaya arsitektur rumah yang menyerupai rumah adat betawi. Selain itu bentuk tradisi budaya
lainnya, yaitu masih digunakannya bahasa Sunda dalam berinteraksi dengan sesama penduduk kampung. Bentuk tradisi bahasa ini merupakan kekayaan
intelektual yang harus dijaga kelestariannya. Gambar 24 Konsep tata ruang Kampung Lengkong Kyai berdasarkan konsep
patempatan dalam kebudayaan Sunda menurut Salura 2007
47