Vegetasi Terkait dengan Landuse

52 Sehingga vegetasi yang ada pada Kampung Lengkong Kyai merupakan vegetasi yang umum dijumpai. Beragam jenis vegetasi dapat dijumpai pada area pemakaman, kebun dan permukiman khususnya pada bagian teras dan pekarangan samping rumah pipir warga. Jenis-jenis vegetasi yang tumbuh pada area pemakaman diantaranya berfungsi sebagai peneduh dan penunjang estetika makam. Beberapa jenis tanaman pohon yang ada antara lain mahoni Swietenia mahogani, jati Tectona grandis, trembesi Samanea saman, tabebuya Tabebuia sp., beringin Ficus benjamina, glodokan tiang Polyalthia longifolia, ginje Thevetia peruviana. Sementara jenis tanaman semak dan perdu yang ada antara lain jarak pagar Jatropha curcas dan hanjuang Cordyline terminalis. Selain area pemakaman utama, terdapat juga area pemakaman yang berlokasi di sebelah masjid di tengah- tengah permukiman. Pada makam tersebut jenis vegetasi yang dijumpai sedikit berbeda di antaranya yaitu kamboja Plumeria sp., jelly palm Butia capitata, mawar Rosa sp. dan jatropa Jatropha pandurifolia. Fungsi dari vegetasi yang ada yaitu sebagai penunjang estetika makam. a b c Selanjutnya pada permukiman khususnya pada bagian teras dan pekarangan samping rumah pipir warga, vegetasi yang ada cukup beragam. Pada bagian teras depan rumah vegetasi yang ada antara lain euphorbia Euphorbia milii, drasena Dracaena sanderiana, drasena Dracena surculosa, sirih belanda Scindapsus aureus, pepaya Carica papaya, suplir Adiantum sp., melati Jasminum sambac, katuk Sauropus androgynus dan anthurium Anthurium sp.. Penempatan tanaman pada bagian teras yang digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu memiliki fungsi sebagai penunjang estetika. Selain itu terdapat juga beberapa jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat-obatan. Tanaman Gambar 34 a b Ragam vegetasi di area pemakaman; c ragam vegetasi di area pemakaman sebelah masjid 53 tersebut antara lain tanaman sirih belanda yang daunnya biasa digunakan untuk mengobati mimisan dan penyakit gatal alergi pada kulit, tanaman pepaya yang daunnya biasa digunakan untuk mengobati sakit perut balita, dan tanaman katuk yang daunnya biasa dikonsumsi untuk melancarkan air susu ibu ASI. Selanjutnya pada bagian pekarangan samping rumah pipir vegetasi yang ada antara lain kersen Muntingia calabura, mangga Mangifera indica, beringin Ficus benjamina, hanjuang Cordyline terminalis, keladi Calladium sp., sri rezeki Aglaonema sp., gelombang cinta Anthurium plowmanii, suji Dracaena angustifolia, binahong Anredera cordifolia, miana Coleus atropurpureus dan sembung Blumea balsamifera. Pada bagian pipir tanaman memiliki beberapa fungsi di antaranya sebagai penunjang estetika rumah, tanaman peneduh, tanaman obat-obatan dan tanaman penghasil buah untuk dikonsumsi. Tanaman suji, binahong, miana dan sembung merupakan tanaman yang berfungsi sebagai obat- obatan. Tanaman kersen dan mangga merupakan tanaman yang berfungsi sebagai tanaman peneduh sekaligus juga sebagai penghasil buah. Semantara tanaman jenis lainnya pada bagian pipir berfungsi sebagai penunjang estetika rumah. a b Penduduk kampung biasa memanfaatkan petak-petak lahan yang terbengkalai atau belum didirikan bangunan sebagai tempat untuk berkebun. Hasil dari kebun tersebut tidak dipasarkan ke luar kampung, melainkan dijual kepada penduduk Kampung Lengkong Kyai. Dengan begitu harga jual komoditas- komoditas tersebut tidak terlalu mengikuti standar pasar, melainkan berdasarkan kesepakatan tawar-menawar antara petani dengan pembeli. Tanaman-tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman-tanaman yang biasa dikonsumsi warga sehari-hari antara lain mentimun Cucumis sativus, gambas atau oyong Luffa acutangula, singkong Manihot utilissima, pisang Musa acuminata dan pepaya Carica papaya. Selain itu terdapat juga populasi bambu Gigantochloa apus yang dimanfaatkan penduduk sebagai bahan bangunan, membuat alat transportasi getek, membuat pagar dan bahan kerajinan rumah tangga. Vegetasi bambu ini memiliki nilai penting bagi kampung ini, karena pada masa lalu Kampung Lengkong Kyai terkenal sebagai penghasil bambu dengan kualitas yang baik. Gambar 35 a Ragam vegetasi pada pekarangan samping rumah pipir; b ragam vegetasi pada teras 54

8. Bangunan, Struktur dan Objek

Bangunan, struktur dan objek yang memiliki karakteristik yang khas dan bernilai penting pada masa lalu di Kampung Lengkong Kyai terdiri atas rumah tradisional, Masjid Jami Al Muttaqin, Musala Al Azhari dan makam Raden Arya Wangsakara. Rumah tradisional yang ada di Kampung Lengkong Kyai ini masih terjaga keasliannya dan telah dijadikan cagar budaya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. Rumah berukuran sekitar 30 m 2 dan luas tanah sebesar 260 m 2 ini sebagian besar masih berbahan dasar kayu dan satu-satunya bangunan yang masih menunjukkan kekunoannya dari bangunan-bangunan di sekitarnya. Rumah ini berdiri di atas pondasi yang masif. Sekilas ornamen yang ada, seperti daun jendela dan daun pintu serta kusen kayu menampakkan kemiripan dengan rumah-rumah betawi tempo dulu. Jendela dan daun pintu memiliki daun pintu ganda. Lantai berwarna merah hati yang terbuat dari tanah liat. Bagian dalam rumah ini sebagian besar masih belum mengalami perubahan dan masih tampak terurus. Pilar-pilar penopang atap beranda rumah terbuat dari susunan bata dan ditambah besi tempa sebagai hiasan penunjang. Rumah ini memiliki tujuh ruang, yang terdiri dari teras, ruang tengah, tiga kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Ruang-ruang pada rumah tersebut berfungsi sebagaimana rumah-rumah pada umumnya. Terdapat juga halaman samping rumah yang dimanfaatkan untuk menanam tanaman dan memelihara hewan peliharaan. Menurut pemilik rumah, Ibu Saropah, rumah ini kurang lebih telah berusia 100 tahun dan telah direnovasi sebanyak satu kali. Masjid Jami Al Muttaqin merupakan masjid yang memiliki nilai historis tinggi bagi penduduk Kampung Lengkong Kyai. Masjid ini dibangun pada tahun 1640 seiring dengan pesatnya perkembangan agama Islam di Kampung Lengkong Kyai. Dari segi arsitektur saat ini masjid ini tidak terlalu memiliki gaya arsitektur yang unik karena sudah beberapa kali dipugar dan terpengaruh gaya arsitektur modern. Menurut Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tangerang 2012 dahulu masjid ini memiliki bentuk segi empat, atap stupa susun dua, posisi menara berada pada serambi Utara masjid bentuknya seperti Masjid Agung Banten, serta terdapat tempat air wudu berbentuk kolam berada di bagian pintu masuk arah Timur dari masjid. Selanjutnya berdasarkan penjelasan dalam Mian 1983 bentuk atap yang terdiri dari dua tingkat memiliki makna tersendiri, yaitu tingkat pertama atas melambangkan tariqat manusia untuk menuju ke arah keridhaan Allah SWT, sedangkan tingkat kedua bawah Gambar 36 Rumah tradisional di Kampung Lengkong Kyai 55 Sumber: Khamdevi 2012 dan dokumentasi lapang melambangkan syariat daripada amal perbuatan manusia. Upaya pemugaran masjid ini pertama kali dilakukan pada tahun 1936 dengan mengubah konstruksinya dari yang sebelumnya berbahan dasar kayu dan bambu menjadi bahan beton. Selanjutnya pada tahun 1963 dibangun menara sebagai kelengkapan bangunan masjid. Fungsi masjid selain sebagai tempat ibadah juga dijadikan sebagai tempat untuk mengajarkan agama Islam dan mempelajari Al-Qur ’an. Selain itu masjid juga berfungsi sebagai tempat berkumpul, berinteraksi dan silaturahmi masyarakat dalam suatu acara-acara keagamaan. Pada bagian samping masjid terdapat sebidang tanah yang digunakan sebagai makam. Terdapat beberapa buah makam pada area tersebut, salah satu makam merupakan makam Syeikh Mustaqim bin Darda yang merupakan seorang ulama asal Yaman. Makam beliau merupakan salah satu dari tiga makam yang sering dikunjungi para peziarah di samping makam lainnya yaitu makam Raden Arya Wangsakara dan makam Syeikh Azhari bin Nashib yang terletak pada area pemakaman. a b Musala Al Azhari merupakan tempat peribadatan warga Kampung Lengkong Kyai selain Masjid Jami Al Muttaqin yang hingga kini masih tetap digunakan. Seperti Masjid Jami Al Muttaqin, musala ini juga kental akan nilai- nilai historis. Menurut informasi sejarah dari sesepuh kampung, Azhari, diketahui bahwa musala ini berdiri lebih dahulu dibandingkan masjid tepatnya pada tahun 1633. Musala tersebut pada zaman dahulu difungsikan sebagaimana sebuah pondok pesantren dengan santri-santri yang datang dari daerah Tangerang maupun luar Tangerang. Sama seperti masjid, dahulu Musala Al Azhari juga memiliki gaya arsitektur yang unik dengan dinding terbuat dari separuh batu-bata dan separuh papan kayu. Selain itu, dahulu jendela yang digunakan tebuat dari kayu serta lantai terbuat dari tanah liat. Kini Musala Al Azhari memiliki gaya arsitektur yang lebih modern dengan dinding terbuat dari beton dan lantai terbuat dari keramik. Fungsi musala kini yaitu selain sebagai tempat ibadah salat, juga sebagai tempat kegiatan majelis taklim yang rutin diadakan setiap hari Kamis dan lebih difokuskan untuk mengajarkan ilmu agama kepada ibu-ibu. Gambar 37 a Masjid Jami Al Muttaqin tempo dulu; b Masjid Jami Al Muttaqin saat ini