57 menjadi dua kelompok yaitu di sebelah Barat dan Timur. Dua kelompok
bangunan tersebut terlihat memiliki pola dan orientasi yang berbeda. Kelompok bangunan yang ada di sebelah Timur merupakan Kampung Lengkong Kyai di
mana terdapat rumah tradisional, Masjid Jami Al Muttaqin dan Musala Al Azhari. Pola kelompok bangunan-bangunan ini memanjang mengikuti aliran Sungai
Cisadane dan berorientasi ke arah kiblat. Sedangkan kelompok bangunan yang ada di sebelah Barat merupakan kelompok bangunan yang kini disebut sebagai
Kampung Cipicung. Kampung ini merupakan kampung yang dibangun sebagai permukiman relokasi penduduk dari kampung-kampung sekitar yang tergusur
karena adanya pengembangan kota baru. Dalam sejarahnya, area ini merupakan bagian dari Kampung Lengkong Kyai yang dulunya merupakan lahan pertanian
dan sebagian hutan bambu. Secara geografis kampung ini terlihat sebagai satu kesatuan dengan wilayah Kampung Lengkong Kyai namun secara administrasi
kampung ini terpisah karena masuk dalam wilayah administrasi Rukun Warga RW yang berbeda. Pola dari kelompok bangunan ini membentuk pola grid
dengan badan jalan sebagai pemisah. Dapat diinterpretasi bahwa pola ini merupakan pola yang umum ditemukan pada permukiman-permukiman modern.
Selain clusters berupa bangunan, terdapat juga clusters berupa area pemakaman. Area pemakaman ini berada pada bagian bukit dengan elevasi yang
lebih tinggi dari permukiman. Area pemakaman ini dikhususkan untuk pemakaman penduduk Kampung Lengkong Kyai. Terdapat beberapa unit makam
dari zaman dahulu yang telah dipugar dengan perkerasan dan keramik. Dari Gambar 40 Kelompok-kelompok clusters di Kampung Lengkong Kyai
58 sekian banyak makam yang ada, terdapat satu bangunan inti yang di dalamnya
terdapat makam pendiri kampung, Raden Arya Wangsakara.
10. Situs Arkeologi
Pada Kampung Lengkong Kyai situs arkeologi yang ditemukan yaitu batu menhir dan papan nisan pada makam-makam leluhur kampung. Batu menhir ini
berupa batu berbentuk lonjong atau persegi dengan ukiran tertentu yang ditanam di atas makam dengan posisi tegak berdiri sebagai batu nisan atau penanda
makam. Penduduk Kampung Lengkong Kyai tidak menggunakan batu menhir sebagai media pemujaan roh leluhur, melainkan hanya sebagai batu nisan atau
penanda makam karena sejak zaman dahulu kehidupan penduduk Kampung Lengkong Kyai sudah sangat kental dengan syariat Islam. Selain itu terdapat juga
sebuah papan nisan kuno dengan informasi identitas nama dan daerah asal orang yang dimakamkan. Dari informasi pada papan nisan tersebut diketahui bahwa
orang yang dimakamkan tersebut berasal dari Desa Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Komering Ilir OKI, Palembang, Sumatera Selatan. Hal ini menunjukkan
bahwa dahulu Kampung Lengkong Kyai juga dikunjungi dan disinggahi oleh orang-orang dari luar Tangerang, bahkan dari luar Pulau Jawa.
a b
c
11. Elemen Skala Kecil
Karakter sebuah lanskap khususnya lanskap budaya tidak terlepas dari komponen atau elemen pembentuk dalam skala kecil. Elemen ini berkontribusi
Gambar 41 a b Batu menhir; c papan nisan pada makam leluhur Kampung Lengkong Kyai
59 dalam membentuk karakter sebuah lanskap budaya karena memiliki kaitan erat
dengan berbagai aktivitas kehidupan serta budaya masyarakat Hasibuan 2014. Pagar bambu merupakan elemen skala kecil yang biasa digunakan oleh penduduk
Kampung Lengkong Kyai sebagai pembatas halaman rumah. Jumlah popuasi tanaman bambu yang melimpah di Kampung Lengkong Kyai pada masa lalu
membuat banyak masyarakat memanfaatkan jenis tanaman ini, salah satunya sebagai bahan pembuatan pagar. Penggunaan pagar bambu pada rumah-rumah
penduduk memberikan suatu kekhasan tersendiri pada lanskap Kampung Lengkong Kyai. Saat ini hanya terdapat beberapa rumah yang masih
menggunakan pagar bambu, selebihnya sudah menggunakan pagar dengan bahan beton dan besi. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya populasi tanaman bambu
yang ada di Kampung Lengkong Kyai, sehingga masyarakat mulai beralih ke bahan yang lebih modern dan mudah didapat.
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap sebelas karakteristik lanskap budaya Kampung Lengkong Kyai yang bersifat tangible maupun intangible, maka
dilakukan karakterisasi. Karakterisasi terhadap lanskap budaya Kampung Lengkong Kyai menghasilkan deskripsi karakter lanskap dan penentuan zona-
zona lanskap budaya yang akan dianalisis nilai signifikansinya pada masing- masing zona tersebut. Tipe karakter lanskap biasanya dijelaskan dalam kata atau
kalimat yang mencerminkan pengaruh dominan terhadap karakter lanskap Swanwick 2002. Berdasarkan hasil identifikasi karakteristik lanskap budaya
Kampung Lengkong Kyai dapat disimpulkan bahwa tipe karakter lanskap budaya Kampung Lengkong Kyai adalah lanskap permukiman dengan pola tata ruang
Sunda yang berbasis pada sumber daya alam lokal serta kental akan pengaruh agama Islam. Pengaruh agama Islam terlihat dari objek-objek penting serta
aktivitas sosial, seni dan budaya masyarakat, yang secara keseluruhan memperlihatkan eksistensi agama Islam pada lanskap budaya tersebut. Dalam
lanskap budaya Kampung Lengkong Kyai juga diidentifikasi karakteristik kuncinya yaitu elemen atau gabungan beberapa elemen yang dapat memberikan
sense of place yang berbeda pada suatu tempat Swanwick 2002. Elemen yang memiliki pengaruh karakteristik yang kuat terhadap terbentuknya karakter lanskap
budaya Kampung Lengkong Kyai adalah bangunan, struktur dan objek yang terdiri atas rumah tradisional, masjid, musala dan area pemakaman dengan makam
utama yaitu makam Raden Arya Wangsakara, serta aliran sungai dengan orientasi arah kiblat yang unik.
Gambar 42 Pagar bambu pada rumah warga Kampung Lengkong Kyai