Analisis Ekspresi Gen IGF-I dan GHR-1

dibuat 3 µg dalam 30 µL DEPC, kemudian diinkubasi pada suhu 65°C selama 10 menit dan diletakkan dalam kondisi on ice. Sampel RNA dipindahkan ke dalam microtube FSRMB dan ditambahkan 3 µL primer „dT3‟RACE-VECT‟ 5‟-GTA ATA CGA CTC ACT ATA GGG CAC GCG TGG TCG ACG GCC CGG GCT GGT TTT TTT TTT TTT TTT TTT - 3‟ dengan konsentrasi 1 µg3 µL. Larutan dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 1 jam. cDNA yang terbentuk ditambahkan 30 µL SDW steril dan disimpan dalam refrigerator hingga digunakan. Ekspresi gen IGF-1 dan GHR-1 dideteksi menggunakan metode semi- kuantitatif PCR dengan primer IGF1- F: 5‟-TTCAAGAGTGTCATGTGCTGTA- 3‟ dan IGF1-R 5‟-CATAGCCTGTTGGTTTACTGAA-3‟ untuk amplifikasi gen IGF-1, GHR1- F: 5‟-ACCGGCCACAACATGAATATAAGG-3‟ dan GHR1-R: 5‟-GTCTTGATCAGGCAGGTCTGG-3‟ untuk amplifikasi gen GHR-1 Irmawati, belum dipublikasikan. Kondisi PCR untuk IGF-1 adalah predenaturasi pada 94°C selama 3 menit, 35 siklus pada denaturasi 94°C selama 30 detik, annealing 57°C selama 30 detik, ekstensi 72°C selama 30 detik, dan ekstensi akhir pada 72°C selama 3 menit. Kondisi PCR untuk GHR-1 adalah predenaturasi pada 94°C selama 3 menit, 35 siklus pada denaturasi 94°C selama 30 detik, annealing 60°C selama 30 detik, ekstensi 72°C selama 30 detik, dan ekstensi akhir pada 72°C selama 3 menit. Ekspresi gen β-aktin dianalisis sebagai kontrol internal loading RNA saat sintesis cDNA. Primer yang digunakan untuk gen β-aktin adalah primer F 5‟- AAC CAT GGA TGA TGA AAT CGC CGCA- 3‟ dan R 5‟-TGA TGC CTG GGG CGA CCG ACG ATGG - 3‟ Irmawati, belum dipublikasikan dengan kondisi PCR adalah predenaturasi pada 94°C selama 3 menit, 28 siklus pada denaturasi 94°C selama 30 detik, annealing 59°C selama 30 detik, ekstensi 72°C selama 30 detik, dan ekstensi akhir pada 72°C selama 3 menit. Pengecekan hasil amplifikasi PCR dilakukan dengan elektroforesis menggunakan gel agarosa 1,5. Pengukuran level IGF-1 dan GHR-1 dilakukan dengan mengukur ketebalan pita DNA hasil elektroforesis menggunakan software UN-SCAN-IT gel 6.1, kemudian hasilnya dibandingkan dengan gen β-aktin yang digunakan sebagai kontrol.

3.8 Analisis Statistik

Pertumbuhan bobot, laju pertumbuhan spesifik, konversi pakan, kelangsungan hidup, tinggi badan dan panjang baku ikan gurame dianalisis dengan metode sidik ragam ANOVA, dan uji lanjut Fisher‟s menggunakan program Minitab 16. Proksimat, ekspresi gen IGF-1 dan GHR-1, serta histologis hati dianalisis secara deskriptif.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 4.1. 1 Pertumbuhan, Konversi Pakan, dan Kelangsungan Hidup Pada pemeliharaan 4 minggu pertama, biomassa ikan yang diberi pakan mengandung rGH belum terlihat berbeda dengan kontrol, tetapi pada minggu ke-6 mulai terlihat biomassa ikan perlakuan lebih tinggi daripada kontrol Gambar 1. Pada minggu ke-8 perlakuan dosis 30 mgkg pakan lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Pemeliharaan dilanjutkan selama 1 bulan tanpa diberikan pakan yang mengandung rElGH dan hasil yang diperoleh adalah berbeda, yakni pada akhir perlakuan minggu ke-12 terlihat dosis 3 1.376,0±38,3 g dan 30 mgkg pakan 1.362,2±78,5 g menunjukkan biomassa yang sama, dan kedua perlakuan tersebut berbeda nyata dengan kontrol 977,6±96,7 g Tabel 2. Peningkatan pertumbuhan biomassa total pada perlakuan 3 mgkg pakan sebesar 46,76, dan 44,28 pada perlakuan dosis 30 mgkg pakan dibandingkan dengan kontrol. Gambar 1. Pertumbuhan ikan gurame Osphronemus goramy yang diberi perlakuan pakan yang mengandung hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang rElGH dengan dosis yang berbeda selama 12 minggu pemeliharaan. Tanda panah minggu ke-8 menunjukkan waktu pemberhentian pemberian rElGH. Tabel 2 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik SGR yang diperoleh memberikan perbedaan yang signifikan secara statistik P0,05 pada