secara langsung mempengaruhi pertumbuhan organ tanpa perantara IGF-1 dalam hati. Mekanisme secara tidak langsung, yakni GH mempengaruhi pertumbuhan
dimediasi oleh IGF-1 dalam hati. Mekanisme ini berlangsung dengan adanya beberapa faktor yang berperan, yaitu: reseptor GH berperan dalam menangkap
sinyal GH yang di sekresikan oleh kelenjar pituitari, GH binding protein GHBPs berperan dalam pengangkutan dan melindungi GH di dalam darah, dan IGF
binding proteins IGFBPs berperan dalam melindungi dan mengangkut IGF-1 di dalam darah menuju ke organ target, serta reseptor IGF berperan dalam
menangkap sinyal IGF-1 dalam organ-organ yang menjadi target Debnanth 2010.
2.4 Insulin-like Growth Factor-1 dan
Growth Hormone Receptor-1
Insulin-like growth factor IGF-1 merupakan polipeptida rantai tunggal dengan berat molekul sekitar 7 kDa dan dikenal dengan nama lain somatomedin
C, esensial bagi pertumbuhan embrio dan postnatal vertebrata. Sintesis dan pelepasan IGF-I dimulai dari masuknya rangsangan dari luar yang diintegrasikan
oleh otak menjadi suatu perintah ke kelenjar pituitari untuk mensintesa dan mensekresikan GH. GH masuk ke dalam jaringan pembuluh darah, kemudian
berikatan dengan reseptor yang sesuaigrowth hormone receptor GHR di beberapa organ target terutama hati untuk menstimulasi sintesis dan pelepasan
IGF-I. Selain itu, hati juga dapat distimulasi oleh GH endogen dan eksogen untuk memproduksi IGF-I. Sciara et al. 2008 menemukan korelasi dose dependent
response antara GHR dengan IGF-1 pada ikan pejerrey Odontesthes bonariensis, di mana IGF-I di dalam hati meningkat secara dramatis segera setelah dilakukan
penyuntikan rpjGH pada ikan tersebut. Selanjutnya, GHR tidak mengalami peningkatan karena pituitari tidak memberikan sinyal untuk memproduksi GH.
Namun demikian, kandungan GH dan IGF-I dapat memberikan umpan balik secara negatif terhadap kelenjar untuk tidak mensekresikan GH Moriyama
Kawauchi 2001. Beberapa penelitian telah dilakukan pada berbagai spesies teleostei, dan
membuktikan bahwa GH merupakan pengatur utama produksi IGF-I. Kandungan plasma IGF-I lebih tinggi pada ikan yang memiliki pertumbuhan yang cepat di
bandingkan dengan ikan dengan pertumbuhan yang lambat. Selain itu, kandungan
plasma IGF-I pada ikan yang hidup di air hangat lebih tinggi daripada di air dingin Moriyama Kawauchi 2001.
2.5 Efek rGH Pada Pertumbuhan Ikan rGH telah banyak digunakan untuk memacu pertumbuhan ikan. Pemberian
rGH ikan mas yang diproduksi dalam Pichia pastoris sebanyak
0,1 μgg bobot tubuh benih ikan nila dapat meningkatkan bobot tubuh sebesar 53,1
dibandingkan dengan kontrol Li et al. 2003. Pemberian rGH tersebut dapat
dilakukan melalui injeksi Sekine et al. 1985; Tsai et al. 1995; Li et al. 2003; Funkenstein et al. 2005; Lesmana 2010, melalui perendaman Acosta et al. 2007;
Putra 2010; Syazili et al. 2011 serta melalui pakan Tsai et al. 1997; Handoyo 2012.
Pemberian 0,5 rGH per kg pakan yang diberikan selama 12 minggu
pada juvenil ikan sea bream hitam menunjukkan perbedaan bobot sebesar 60 dari perlakuan kontrol setelah pemeliharaan selama 16 minggu Tsai et al. 1997.
Menurut Sekine et al. 1985, pemberian rGH pada ikan rainbow trout dapat
meningkatkan pertumbuhan sebesar 50 dibandingkan dengan ikan rainbow trout yang tidak diberi perlakuan rGH, sedangkan pada benih ikan beronang pemberian
rGH sebesar 0,5 μgg bobot tubuh sebanyak 1 kali per minggu selama 4 minggu
dapat meningkatkan bobot tubuh sebesar 20 dari kontrol Funkenstein et al. 2005. Selanjutnya, pemberian rGH pada benih ikan nila dengan dosis 30 mgkg
pakan dengan frekuensi pemberian 2 kali seminggu selama 3 minggu terbukti meningkatkan bobot tubuh sebesar 214,7 dari kontrol Hardiantho 2011.
2.6 Pakan Ikan Gurame
Ikan memenuhi sebagian besar kebutuhan energinya dari protein yang terkandung dalam pakan. Oleh karena itu, rasio energiprotein rasio EP sangat
berpengaruh terhadap efisiensi pemanfaatan protein dan energi. Pakan yang memiliki kandungan energi yang kurang, akan menyebabkan penggunaan
sebagian energi yang berasal dari protein untuk mengganti kekurangan tersebut, sehingga energi yang berasal dari protein untuk pertumbuhan menjadi berkurang.
Hasil penelitian Mokoginta et al. 1995 menunjukkan kebutuhan protein terhadap larva ikan gurame yang memiliki berat 0,1 dan 0,7 g membutuhkan kadar protein
pakan sebesar 43,29 dengan rasio EP 8,0 kkal DEg protein. Kebutuhan protein ikan gurame yang berukuran 25 dan 30 g sebesar 32,14 dengan rasio EP 8 kkal
DEg. Kebutuhan karbohidrat pakan pada ikan gurame dengan bobot tubuh antara 29 dan 32 g adalah 20,8 dan dengan bobot berkisar antara 79 dan 80 dapat
menggunakan karbohidrat pakan sampai kadar 47,5 Mokoginta et al. 2004.
2.7 Penyalutan Coating
Penyalutan merupakan suatu cara untuk melindungi bahan-bahan yang diberikan bersama dengan pakan dari degradasi yang disebabkan oleh asam
lambung ketika berada dalam lambung dan akan terserap dengan baik ketika berada di dalam usus. Bahan yang digunakan untuk penyalutan seperti kitosan,
alginat, kuningputih telur, HPMCP hydroxypropyl methylcellulose phthalate dan lainnya. Bahan penyalut seperti HPMCP telah diperkenalkan di pasaran sejak
tahun 1971. Sebagai turunan dari selulosa untuk penyalutan, bahan tersebut telah di ujicobakan dan efektif dalam beberapa penelitian, baik di bidang farmasi
maupun perikanan. Berdasarkan kelarutannya HPMCP terbagi dua, yaitu HP-50 dan HP-55. HP-
50 larut dalam kondisi pH ≥ 5,0, sedangkan HP-55 larut dalam kondisi pH≥ 5,5 Shin-Etsu 2002.