Produksi rGH Produksi rElGH dilakukan menggunakan bakteri Escherichia coli BL21

suhu -80°C hingga akan digunakan. Keberadaan rGH dalam badan inklusi dianalisis menggunakan metode SDS-PAGE Blackshear 1984 dalam Bollag et al. 1996.

3.3 Pembuatan Pakan Mengandung rGH Pembuatan pakan mengandung rGH dilakukan dengan cara

mencampurkan rElGH yang sudah dilakukan penyalutan coating ke dalam pakan komersial protein sekitar 30. Penyalutan pakan dilakukan berdasarkan metode Promdonkoy et al. 2004 menggunakan HP55 Shin-Etsu, Japan sehingga terbentuk matriks rElGH-HP55. Pelet rElGH dilarutkan dalam amonium asetat yang mengandung HP55 dalam etanol 72,8. Setelah penyalutan, rElGH- HP55 dikering-bekukan menggunakan freeze drier. Selanjutnya matriks rElGH- HP55 diresuspensi dalam asam asetat yang mengandung 10 mM NaCl, dan 0,013 wv deoxyholic acid hingga proteinnya mencapai konsentrasi 0,5 mgmL. Pencampuran rElGH-HP55 dengan pakan uji dilakukan dengan cara disemprotkan, kemudian dikering-anginkan. Selanjutnya pada masing-masing pakan kontrol, harian, dan perlakuan diambil sebagian untuk analisis proksimat sebagai data awal tentang komposisi nutriasi pakan yang diberikan Tabel 1. Tabel 1. Komposisi proksimat pakan yang digunakan bobot kering Parameter uji Pakan harian Pakan perlakuan dosis mgkg pakan Kontrol 0,3 3,0 30,0 Abu 9,37 9,37 9,20 9,15 9,21 Protein 35,52 38,56 38,88 39,85 41,18 Lemak 6,90 7,07 6,90 6,73 6,67 Serat kasar 5,02 5,07 4,84 3,86 3,35 BETN 43,19 39,93 40,17 40,42 39,58 DE kkalkg pakan 2.881,71 2.920,56 2.924,19 2.949,96 2.971,45 CPkkalg protein 8,11 7,57 7,52 7,40 7,21 Keterangan: Pakan harian; Pakan tanpa dicampur HP-55, Pakan kontrol; Pakan dicampur HP-55. Pakan perlakuan diberikan 2 kali per minggu, BETN; bahan ekstrak tanpa nitrogen, DE: digestible energy yang diperhitungkan dari: 1 g protein= 3,5 kkal; 1 g lemak= 8,1 kkal; 1 g karbohidrat= 2,5 kkal.

3.4 Pemberian r ElGH-HP55 dengan Dosis Berbeda Melalui Pakan

Benih ikan gurame dipelihara dalam akuarium yang berukuran 1,0x0,5x0,5 m 3 dengan kepadatan 45 ikanakuarium selama 4 minggu, dilanjutkan dalam hapa berukuran 2x1x1 m 3 selama 4 minggu. Pakan yang diberikan adalah pakan yang telah diberi protein rElGH-HP55 dengan dosis berbeda 0; 0,3; 3,0; dan 30 mgkg pakan. Setiap perlakuan diberi 3 kali ulangan. Pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam sehari. Pakan mengandung rElGH-HP55 diberikan 2 kali dalam seminggu dengan tingkat pemberian pakan 5 dari bobot tubuh. Pemberian pakan mengandung rElGH diberikan satu kali pada pagi hari. Bobot ikan diukur setiap 2 minggu. Penghitungan kelangsungan hidup KH dilakukan pada akhir pemeliharaan. Panjang baku dan tinggi badan diukur pada semua ikan tiap perlakuan pada akhir pemeliharaan. Proksimat daging ikan awal, ikan dari perlakuan dosis terbaik, dan kontrol dianalisis pada akhir penelitian. Organ hati diambil masing-masing secara acak dari satu ekor ikan untuk perlakuan terbaik dan kontrol pada akhir penelitian untuk analisis histologis. Begitu juga untuk sampel analisis ekspresi gen IGF-1, dan GHR-1. Selanjutnya, pengukuran hepatosomatic index juga dilakukan dengan mengukur bobot tubuh dan hati masing-masing 15 ekor ikan tiap perlakuan terbaik dan kontrol. Selain itu, sebagai data penunjang dilakukan pengukuran kualitas air kolam suhu, pH, amoniak, nitrit dan oksigen terlarut selama pemeliharaan.

3.5 Analisis Hepatosomatic Index HSI

HSI diukur dengan menimbang bobot hati dibandingkan dengan bobot tubuh ikan gurame hasil perlakuan terbaik dan kontrol. Pada akhir pemeliharaan sampel ikan perlakuan terbaik dan kontrol diambil masing-masing sebanyak 15 ekor, kemudian dimatikan, dan ditimbang bobot tubuh dan hati dari masing- masing ikan. Selanjutnya dilakukan perhitungan HSI pada kedua perlakuan tersebut. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif.

3.6 Analisis Proksimat Pakan dan Komposisi Tubuh AOAC 1984

Analisis proksimat terhadap pakan yang digunakan dan ikan perlakuan terbaik dan kontrol dilakukan pada Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Analisis tersebut berupa kadar protein kasar yang dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldahl, kadar lemak dengan metode sochlet, kadar abu dengan pemanasan sampel dalam tanur bersuhu 600 °C, karbohidrat menggunakan metode pelarutan sampel dengan asam dan basa kuat serta pemanasan, dan kadar air dengan metode pemanasan