3.6.2. Komputasi acoustic reflection sedimen dasar perairan
Koefisien refleksi didefinisikan sebagai bagian dari gelombang tekanan suara yang dipantulkan oleh dasar perairan, dibagi dengan gelombang suara yang
mengenai dasar perairan, atau dengan kata lain rasio antara gelombang suara yang dipantulkan Pr dengan gelombang suara yang mengenai dasar perairan Pi.
Dimana: R =
………. 9 Untuk gelombang akustik normal incidence, koefisien refleksi berkaitan
dengan impedansi akustik yang ditandai melalui hubungan berikut: R =
=
………. 10
dimana Z
1
, ρ
1
, c
1
dan Z
2
, ρ
2
, c
2
masing-masing merupakan nilai akustik impedansi, densitas dan kecepatan suara di kolom air dan permukaan sedimen. Parameter
sedimen ditunjukkan pada Gambar 16.
Gambar 16. Ilustrasi stuktur sedimen dan kolom air Medwin dan Clay, 1998 Nilai kecepatan suara dan densitas di dalam perairan dan di sebagian
sedimen diketahui. Sedimen dasar perairan diasumsikan bertindak sebagai fluida dan oleh karena itu digunakan persamaan 10 untuk menghitung koefisien
refleksi dasar perairan. Tekanan fraksional refleksi, R, sering disebut ”bottom loss”. Bottom loss sering dinyatakan dalam dB sebagai bilangan positif.
BL = -20log R ………. 11
3.6.3. Analisis sedimen
Contoh sedimen yang diambil dengan menggunakan pipa paralon berdiameter 7,6 cm dengan panjang 10 cm selanjutnya dianalisis sifat fisiknya
seperti tekstur sedimen, densitas dan porositas dari sedimen tersebut Ruang Pori Total yang nantinya digunakan sebagai data insitu sekaligus sebagai data
pembanding dari hasil hidroakustik. Tekstur sedimen adalah susunan relatif dari besar butir sedimen, terdiri
dari pasir berukuran 2 mm – 50 , lumpur berukuran 50 – 2 dan liat berukuran kurang dari 2
. Klasifikasi metode analisis tekstur dilakukan dengan menggunakan metode ayakan bertingkat dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Contoh substrat diambil dari lapangan dan diperkirakan beratnya pada waktu kering minimal 100 gram basah.
2. Substrat tersebut dikeringkan dalam oven dengan suhu 100 C sampai benar-
benar kering ± 24 jam. 3. Contoh diayak dengan Shieve shaker berukuran 2 mm.
4. Berat asal kering contoh ditimbang dengan berat 10 gram. 5. Selanjutnya ditambahkan H
2
O
2
30 sebanyak 100 ml dan didiamkan selama semalam, setelah itu contoh substrat dimasak untuk menghilangkan bahan
organik. 6. Contoh substrat kemudian diayak dengan ayakan berukuran 325 mesh mesh =
banyaknya lubang hole dalam 1 mm
2
. 7. Hasil ayakan ini kemudian dimasukkan ke dalam Shieve shaker 5 ukuran mata
ayakan untuk kemudian diayak sehingga menghasilkan 5 ukuran besar butir sedimen yang nantinya akan digolongkan ke dalam substrat pasir.
8. Hasil lain dari ayakan berukuran 325 mesh yang dalam keadaan cair ditambahkan larutan Na
2
P
2
O
7
. 10H
2
O untuk selanjutnya dianalisis untuk mengetahui substrat lumpur dan liat yang dilakukan dengan cara pemipetan
dengan ukuran pipet 20 cc. 9. Untuk menentukan fraksi lumpur, larutan didiamkan selama 1 – 15 menit.
Selanjutnya untuk fraksi liat dimana ukurannya sangat kecil, maka larutan tersebut didiamkan selama 3,5 sampai 24 jam untuk selanjutnya ditentukan
persentasenya.
Proses pengukuran sediment properties selain untuk melihat tekstur, sedimen juga digunakan untuk melihat ruang pori total dan densitas yang
terkandung dalam sedimen. Densitas sedimen merupakan berat suatu volume sedimen dalam keadaan utuh yang dinyatakan dalam gcc. Pengukuran densitas
dari sedimen dilakukan dengan menggunakan ring berukuran tinggi 5 cm dengan diameter 5 cm. Jika densitas berat isi telah diketahui, maka ruang pori total
dihitung dengan menggunakan persamaan: Ruang pori total =
1 −
x 100 ………. 12 Untuk klasifikasi tipe substrat di lokasi penelitian, maka dilakukan
pengklasifikasian dengan menggunakan diagram segitiga tekstur USDA.
3.6.4. Principal Component Analysis