Clustering analysis Analisis data 1. Komputasi acoustic bottom backscattering

mengelompokkan data dengan memilah-milah data yang dianalisa ke dalam cluster-cluster yang ada. Clustering dengan pendekatan hirarki atau sering disebut dengan hierarchical clustering mengelompokkan data dengan membuat suatu hirarki berupa dendogram dimana data yang mirip akan ditempatkan pada hirarki yang berdekatan dan yang tidak pada hirarki yang berjauhan. Metode clustering yang akan digunakan pada penelitian ini untuk melihat hubungan antara nilai akustik dan sedimen properties yang ada adalah clustering dengan pendekatan hirarki. Metode clustering dengan pendekatan hirarki mengelompokkan data yang mirip dalam hirarki yang sama dan yang tidak mirip di hirarki yang agak jauh. Ada dua metode yang sering diterapkan yaitu agglomerative hieararchical clustering dan divisive hierarchical clustering. Agglomerative melakukan proses clustering dari N cluster menjadi satu kesatuan cluster, dimana N adalah jumlah data, sedangkan divisive melakukan proses clustering yang sebaliknya yaitu dari satu cluster menjadi N cluster. Salah satu cara untuk mempermudah pengembangan dendogram untuk hierarchical clustering ini adalah dengan membuat similarity matrix yang memuat tingkat kemiripan antar data yang dikelompokkan. Tingkat kemiripan bisa dihitung dengan berbagai macam cara seperti dengan Euclidean Distance Space. Berangkat dari similarity matrix ini, kita bisa memilih lingkage jenis mana yang akan digunakan untuk mengelompokkan data yang dianalisa, dimana pada penelitian ini digunakan average lingkage. 4

4.1. Sedimen dasar p

Berdasarkan ha di lokasi penelitian da ukuran mata ayakan 1.00 m, dan 50 – 100 m 10 m dan liat 1 fra dari 9 stasiun lokasi pe yang memiliki persent berturut-turut memili Gambar 18. Renda ini salah satunya dis sumber masukan fra sedimentasi yang te bermuara di lautan. Seribu merupakan sa baik, di daerah terte Wilayah pantai karang Gamba 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 STA 1 P e rs e n tas e s e d im e n

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ar perairan n hasil analisis tekstur sedimen, sedimen permuk n dapat dipisahkan menjadi 3 tipe sedimen yaitu n 1.000 – 2.000 m, 500 – 1.000 m, 200 – 500 m, lumpur 3 fraksi, ukuran 20 – 50 m, 10 – fraksi, ukuran 0 – 2 m. Hasil analisis menunj i pengamatan secara keseluruhan di dominasi entase rata-rata sebesar 80,85. Fraksi lumpur iliki nilai persentase rata-rata sebesar 18,32 ndahnya tingkat persentase lumpur dan liat di l disebabkan karena tidak adanya daratan utam fraksi lumpur dan liat yang dapat disebabk terjadi di daratan yang terbawa oleh alira n. Wibisono 2005 menyatakan bahwa pera salah satu contoh dimana memiliki sedimen rtentu karang dan disampingnya adalah pas ang, pasir dan lumpur tertata rapih secara alami bar 18. Persentase sedimen di lokasi penelitian A 1 STA 2 STA 3 STA 4 STA 5 STA 6 STA 7 STA Sand Silt Clay mukaan dasar laut itu: pasir 5 fraksi, 500 m, 100 – 200 – 20 m, dan 2 – nunjukkan bahwa si oleh fraksi pasir pur dan liat secara 18,32 dan 0,83 di lokasi penelitian ma yang menjadi bkan oleh proses iran sungai yang erairan Kepulauan n tersortir dengan pasir atau lumpur. mi. ian STA 8 STA 9 Fraksi pasir sand yang memiliki kenampakan makroskopis akan lebih cepat mengendap dibandingkan dengan fraksi lumpur silt dan liat clay pada daerah yang mengalami proses turbulensi yang tinggi karena fraksi lumpur dan liat berukuran sangat kecil mikroskopis sehingga masih dapat dibawa oleh arus ke tempat lain. Sedimen fraksi lumpur umumnya mudah terbawa oleh arus dan mudah teraduk bila terjadi proses turbulensi atau upwelling. Pengendapan fraksi lumpur sangat lambat, sehingga posisi lumpur selalu di atas dari lapisan permukaan dasar laut. Sedimen fraksi liat merupakan sedimen yang ukurannya