Berdasarkan hasil yang diperoleh seperti yang terlihat pada Gambar 32 maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kelompok 1 yang meliputi Stasiun 5 adalah stasiun yang memiliki nilai
densitas tertinggi dan Stasiun 6 yang ditandai dengan komposisi fraksi lumpur dan liat yang tinggi.
2. Kelompok 2 yang meliputi Stasiun 7, 8 dan 9 adalah stasiun yang memiliki
kandungan komposisi fraksi pasir yang lebih besar dari stasiun lainnya yang ditandai dengan nilai backscattering strength yang lebih besar.
3. Kelompok 3 diwakili Stasiun 1, 2, 3 dan 4 dengan nilai porositas dan bottom
loss yang lebih besar jika dibandingkan dengan stasiun lainnya.
4.8. Analisis Cluster
Analisis cluster merupakan teknik multivariat yang mempunyai tujuan utama untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan karakteristik yang
dimilikinya dan untuk menyajikannya dalam bentuk grafik. Analisis cluster mengklasifikasi objek sehingga setiap objek yang paling dekat kesamaannya
dengan objek lain berada dalam cluster yang sama. Cluster yang terbentuk merefleksikan struktur yang melekat pada data seperti yang didefinisikan oleh
variabel-variabel. Variabel-variabel yang dipilih hanyalah variabel yang dapat mencirikan objek yang akan dikelompokkan dan secara spesifik harus sesuai
dengan tujuan analisis cluster. Hasil dendogram dari stasiun pengamatan berdasarkan parameter yang
diukur dan dihitung pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 33 dan Gambar 34. Adanya kemiripan antar stasiun dicirikan dengan kedekatanpengelompokkan
antar stasiun yang ada. Sebagai contoh, Gambar 33 menggambarkan cluster data parameter fisik sedimen berdasarkan pengukuran dan perhitungan yang
memperlihatkan kedekatan antar pengelompokkan tipe substrat di lokasi penelitian yaitu kelompok pasir dan pasir berlumpur. Gambar 34 memperlihatkan
pengelompokkan stasiun berdasarkan nilai akustik yang diperoleh. Secara keseluruhan pengelompokkan stasiun berdasarkan nilai akustik dan parameter
sedimen tidak jauh berbeda. Hal ini dikarenakan setiap parameter sedimen dan akustik mencirikan kemiripan yang terdapat pada tipa stasiun pengamatan.
Gambar 33. Dendogram parameter sedimen
Gambar 34. Dendogram parameter hidroakustik
5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Penelitian ini dilakukan sebagai langkah awal untuk klasifikasi dasar perairan dengan akurasi yang tinggi dengan menggunakan metode hidroakustik
yang dioperasikan secara stasioner. Beberapa hal yang diduga mempengaruhi nilai backscattering dasar perairan seperti densitas, porositas dan komposisi
substrat berusaha untuk dipertimbangkan pada penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan nilai volume backscattering strength Sv dasar
perairan untuk substrat pasir berkisar antara -10,25 dB sampai -17,13 dB dan substrat pasir berlumpur berkisar antara -18,25 dB sampai -23,60 dB, sedangkan
nilai surface backscattering strength SS dasar perairan untuk substrat pasir memiliki nilai yang berkisar antara -20,32 dB sampai -27,20 dB dan substrat pasir
berlumpur berkisar antara -28,32 dB sampai -33,66 dB. Hasil perhitungan nilai echo level EL menunjukkan bahwa untuk substrat pasir memiliki nilai echo level
EL sebesar 177,94 ± 8,61 dB dan substrat pasir berlumpur sebesar 167,23 ± 6,07 dB dengan nilai source level SL sebesar 214 dB split beam transducer seri ES
120-7C. Adanya perbedaan nilai backscattering pada tiap jenis dasar perairan salah satunya disebabkan karakteristik fisik sedimen tersebut, dimana sedimen
yang memiliki kenampakan makroskopis tentunya akan memberikan nilai backscattering yang lebih besar.
Keberadaan cangkang kerang dan pecahan karang di dasar perairan diduga mempengaruhi nilai backscattering dasar perairan, sehingga keberadaannya
diduga turut serta dalam memberikan pantulan dasar perairan. Kondisi sampel yang sudah berada dalam keadaan terganggu turut mempengaruhi nilai
pengukuran densitas dan porositas sehingga mungkin hasil yang diperoleh di laboratorium tidak sesuai dengan kondisi in situ.