Estimasi Vector Error Correction untuk SUBSIDI

dunia sebesar satu persen akan meningkatkan pertumbuhan GDP Russia sebesar 0,25 persen dan peningkatan tingkat inflasi sebesar 0,36 persen pada dua belas triwulan berikutnya. Tabel 4.7 Hasil Estimasi VECM 2 Variabel Koefisien T-statistik Jangka Panjang GDP-1 187.9293 -4.98659 ER-1 -326.9546 6.40123 SUBSIDI-1 46.80703 -11.7046 HARGAMINYAK-1 229.2756 5.96468 SB-1 8.885362 -0.29061 C -1940.375 - Jangka Pendek CointEq 0.000176 0.12647 DINFLASI-1 0.533465 6.32055 DGDP-1 1.833357 0.46393 DER-1 4.914319 4.05292 DSUBSIDI-1 0.059243 1.56962 DHARGAMINYAK-1 0.596327 0.78771 DSB-1 -0.018609 -0.01984 C 0.384372 2.26850 Sumber : Lampiran 6 Keterangan : Probabilitias : 5

4.2.3 Estimasi Vector Error Correction untuk SUBSIDI

Variabel SUBSIDI adalah besaran subsidi yang dbayar oleh pemerintah. Pembayaran subsidi oleh pemerintah kepada PERTAMINA sebagai badan usaha yang ditujuk dalam penyediaan dan distribusi bahan bakar minyak BBM di dalam negeri sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2005. Untuk estimasi VECM yang ketiga variabel subsidi menjadi variabel yang diamati sedangkan variabel yang lain sebagai variabel penjelasnya. Pada jangka pendek variabel GDP memengaruhi subsidi secara signifikan. Pada jangka pendek variabel GDP berbanding lurus dengan subsidi sebesar 31,44898. Artinya apabila terjadi peningkatan GDP sebesar satu persen akan meningkatkan subsidi sebesar 31,44898 persen dalam jangka pendek. Dalam jangka pendek juga ditemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara variabel subsidi dan variabel inflasi secara signifikan. Dari hasil estimasi hubungan yang berbanding terbalik ini ditandai dengan koefisien variabel inflasi sebesar -0,718957. Hal ini berarti apabila variabel inflasi mengalami peningkatan sebesar satu persen maka akan diikuti dengan penurunan subsidi sebesar 0,718957 persen. Tabel 4.8 Hasil Estimasi VECM 3 Variabel Koefisien T-statistik Jangka Panjang GDP-1 -4.014981 3.74614 INFLASI-1 0.021364 -0.96671 ER-1 6.985161 -7.59483 HARGAMINYAK-1 4.898316 -6.95479 SB-1 -0.189830 0.28451 C 41.45477 - Jangka Pendek CointEq -1.243893 -7.72254 DGDP-1 31.44898 3.21696 DINFLASI-1 -0.718957 -3.44342 DER-1 -2.971579 -0.99067 DSUBSIDI-1 -0.008756 -0.09377 DHARGAMINYAK-1 -0.701262 -0.37446 DSB-1 2.128342 0.91750 C -0.000691 -0.00165 Sumber : Lampiran 6 Keterangan : Probabilitias : 5 Pada jangka pendek juga ditemukan bahwa variabel subsidi berbanding lurus dengan variabel GDP secara signifikan. Apabila variabel GDP mengalami peningkatan sebesar satu persen dalam jangka pendek maka akan meningkatkan subsidi sebesar 31,44898 persen. Pada jangka panjang variabel nilai tukar, GDP, dan variabel harga minyak mempengaruhi besaran subsidi. Hubungan antara nilai tukar, GDP, dan harga minyak dan subsidi bersifat positif secara signifikan dalam jangka panjang. Jika ada peningkatan nilai tukar sebesar satu persen akan mengakikabatkan peningkatan subsidi sebesar 6,985161 persen. Peningkatan subsidi sebesar satu persen akan diikuti dengan peningkatan GDP sebesar 4,014981 persen. Dalam jangka panjang apabila harga minyak mengalami peningkatan sebesar satu persen maka akan meningkatkan subsidi sebesar 4,898316 persen. Fluktuasi harga minyak akan mempengaruhi kebijikan subsidi dalam jangka panjang. Kementerian Keuangan merupakan lembaga yang diberi wewenang dalam masalah penyaluran dana subsidi sedangkan Pertamina sebagai yang badan usaha yang ditujuk oleh pemerintah dalam penyediaan dan distribusi BBM bersubsidi. Kementerian keuangan akan membayarkan dana subsidi kepada Pertamina setelah konsumsi dilakukan. Artinya apabila BBM bersubsidi dikonsumsi saat ini, Kementerian Keuangan baru akan mengucurkan dana subsisi pada bulan berikutnya. Besarnya subsidi dipengaruhi oleh MPOS yang merupakan harga transaksi jual-beli pada bursa minyak di Singapura. Karena berpatokan dengan harga yang berlaku dari luar negeri sehingga besaran subsidi juga sangat dipengaruhi oleh nilai tukar pada jangka panjang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa nilai tukar memiliki hubungan positif dengan subsidi secara signifikan dalam jangka panjang. Hal ini berarti ketika nilai tukar meningkat menunjukkan melemahnya nilai mata uang domestik terhadap mata uang luar negeri. Semakin tinggi nilai tukar maka beban subsidi yang harus dibayarkan oleh pemerintah semakin besar. Sumber : Kementerian Keuangan RI dan PP No 71 Tahun 2005 Keterangan : Jika ada MPOS Mid Oil Plan t’s Singapore Gambar 4.1 Skema Pemberian Subsidi BBM 4.3 Analisis Impulse Respon Function IRF Analisis Impulse Respon Function menjelaskan perbandingan respon pada variabel subsidi, Gross Domestic Product GDP, suku bunga, inflasi, dan nilai tukar apabila terjadi guncangan dari variabel harga minyak. Pada penelitian ini guncangan dilakukan pada harga minyak dan akan dianalisis pengaruhnya Subsidi = π x Ω – Pajak terhadap variabel yang lain dalam enam puluh kuartal atau lima belas tahun yang akan datang. .000 .002 .004 .006 .008 10 20 30 40 50 60 Response of GDP to HARGAMINYAK -.08 -.04 .00 .04 .08 .12 10 20 30 40 50 60 Response of INFLASI to HARGAMINYAK -.04 -.03 -.02 -.01 .00 10 20 30 40 50 60 Response of ER to HARGAMINYAK 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 10 20 30 40 50 60 Response of SUBSIDI to HARGAMINYAK -.035 -.030 -.025 -.020 -.015 -.010 10 20 30 40 50 60 Response of SB to HARGAMINYAK Response to Cholesky One S.D. Innovations Sumber : Lampiran 7 Gambar 4.2 Respon SUBSIDI, GDP, SB, INFLASI, ER Terhadap Guncangan dari HARGAMINYAK Pada Gambar 4.2 dapat dilihat pengaruh dari guncangan harga minyak terhadap GDP. Pada periode awal guncangan pada harga minyak akan mempengaruhi GDP. GDP akan stabil pada periode ke sembilan sebesar 0,0036. Artinya apa bila harga minyak berguncang sebesar satu standar deviasi maka akan menyebabkan GDP meningkat sebesar koefisien yang sama. Pada akhir periode guncangan harga minyak terhadap GDP tetap berpengaruh positif. Guncangan harga minyak dunia mempengaruhi variabel inflasi. Respon inflasi bersifat positif pada empat kuartal awal atau satu tahun pertama terjadinya guncangan harga minyak. Setelah periode tersebut guncangan harga minyak justru akan memberikan dampak yang negatif terhadap inflasi. Respon permanen inflasi terhadap guncangan harga minyak baru terjadi sejak periode ke sebelas yakni sebesar -0,057. Maksudnya adalah apabila harga minyak berubah sebesar satu standar deviasi maka inflasi akan berkurang sebesar 0,057 standar deviasi sebagai respon dari guncangan harga minyak hingga akhir periode. Guncangan harga minyak dunia mempengaruhi variabel nilai tukar. Respon yang dialami oleh nilai tukar adalah bersifat negatif terhadap guncangan harga minyak. Respon permanen nilai tukar terhadap guncangan dari harga minyak pada periode ke enam adalah sebesar -0,032. Artinya, apabila ada guncangan terhadap harga minyak sebesar satu standar deviasi akan menyebabkan penurunan tingkat nilai tukar sebesar 0,032 standar deviasi sejak periode ke enam hingga akhir periode di tahun ke lima belas. Guncangan harga minyak dunia mempengaruhi variabel subsidi. Untuk setiap guncangan yang dialami oleh harga minyak akan direspon oleh subsidi berupa peningkatan secara stabil yang berada direspon yang bernilai permanen - 0,508 pada periode ke dua belas atau tahun ke tiga. Artinya sejak tahun ketiga setiap guncangan harga minyak sebesar satu standar deviasi akan menyebabkan peningkatan harga minyak sebesar 0,508 standar deviasi hingga akhir periode di tahun ke lima belas. Guncangan harga minyak dunia mempengaruhi variabel subsidi. Nilai respon permanen dari suku bunga dalam meresponi guncangan harga minyak sebesar 0,028 pada periode ke sembilan. Hal ini menandakan apabila terjadi guncangan harga minyak sebesar satu standar deviasi maka suku bunga akan mengalami peningkatan sebesar 0,028 standar deviasi sejak periode ke sembilan hingga periode ke enam puluh. Dari hasil analisis impulse respon pada semua variabel terhadap guncangan yang diberikan dari volatilitas harga minyak, terlihat bahwa variabel subsidi paling cepat mencapai kestabilan saat terjadi guncangan pada variabel harga minyak berupa respon yang bernilai positif secara stabil di enam puluh periode yang akan datang. Hal ini menyimpulkan bahwa variabel inflasi terpengaruh paling stabil dibandingkan dengan variabel lainnya ketika mendapat guncangan harga minyak dunia.

4.4 Analisis Forecast Error Variance Decomposition FEVD