akan meningkatkan besaran suku bunga dengan asumsi jumlah uang yang beredar tidak berubah, cateris paribus.
d. Imported interest rate
Mengingat Indonesia adalah negara dengan perekonomian terbuka kecil pasti akan ikut terpengaruhi oleh peerkonomian internasional. Termasuk variabel suku
bunga yang akan ditetapkan sebagai suku bunga nasional.
2.4 Teori Kebijakan Subsidi
Mahzab neoklasik ekonomi modern mendasarkan perekonomian seperti pasar persaingan sempurna, yakni terjadi efisiensi paling optimal dalam
perekonomian dengan efisiensi penggunaan sumberdaya dan terciptanaya harga dan kuantitas produksi dalam keseimbanagan sehingga intervensi pemerintah
tidak diperlukan. Namun kenyataannya hal tersebut tidaklah terjadi, di belahan dunia manapun perekonomian tidak selalu dalam kondisi keseimbangan yang
mengakibatkan terjadinya kegagalan pasar. Maka diperlukan intervensi dari pemerintah dalam menanggulangi kegagalan pasar tersebut Amegashie, 2006
Lebih lanjut Amegashie 2006 menambahkan kegagalan pasar yang kerap terjadi di negara berkembang seperi distorsi pasar dimana pembeli tidak
mendapatkan informasi yang sempurna, jumlah perusahan yang kecil, barang publik, lemahnya perlindungan terhadap hak cipta suatu barang dalam
perekonimian. Untuk menanggulangi hal tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan subsidi untuk mereduksi inefisiensi di pasar. Dengan adanya subsidi
akan meningkatkan permintaan terhadap barang tersebut dan kemudian direspon oleh perusahaan dengan meningkatkan produksinya.
Bentuk subsidi yang diberikan oleh pemerintah biasanya kepada barang- barang publik dimana pihak swasta tidak mau menyediakannya sementara daya
beli masyarakat sangat rendah sehingga tidak mampu membeli barang-barang dengan harga pasar. Untuk itu pemerintah memberikan subsidi untuk menekan
harga barang publik, sehingga harga barang menjadi lebih terjangkau oleh masyarakat. Contoh pemberian subsidi di Indonesia adalah subsidi pupuk bagi
petani, subsidi pendidikan dan kesehatan, serta subsidi bahan bakar minyak bagi nelayan dan masyarakat.
2.5 Pengantar Fluktuasi Ekonomi
Fluktuasi ekonomi menunjukkan masalah yang sedang terjadi bagi para ekonom dan pembuat kebijakan. Secara rata-rata GDP Indonesia mengalami
pertumbuhan sebesar 5 persen per tahun. Tapi rata-rata dalam jangka panjang menyembunyikan fakta bahwa terkadang output nasional tidak tumbuh dengan
stabil. Terkadang tumbuh pesat dibeberapa tahun, terkadang pula tumbuh lambat di beberapa tahun yang lain. Ekonom menyebut fluktuasi jangka pendek pada
output nasional dan pengangguran sebagai siklus bisnis bussiness cycle. Fluktuasi dalam perekonomian mempengaruhi Aggregate Demand dan
Agregate Supply baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Fluktuasi dalam perekonomian dapat menurukan dan menaikkan Aggregate Demand
dan juga dapat menurunkan dan menaikkan Aggregate Supply.
a b Sumber : Mankiw 2007
Gambar 2.1 Fluktuasi Perekonomian yang Mempengaruhi Aggregate
Demand
Gambar 2.1 a menunjukkan adanya peningkatan aggregat demand dalam jangka panjang yang disebabkan oleh peningkatan jumlah uang yang
beredar sehingga akan menghasilkan peningkatan harga. Kondisi tersebut terjadi karena dalam jangka panjang perekonomian sudah dalam kondisi full-employment
sehingga upaya untuk meningkatkan aggregat demand hanya akan menghasilkan inflasi dan tidak menambah output.
Gambar 2.1 b menunjukkan adanya peningkatan aggregat demand dalam jangka pendek sehingga menghasilkan peningkatan output sebesar
. Kondisi tersebut terjadi karena dalam jangka pendek harga bersifat kaku dan
perekonomian belum dalam kondisi full-employment sehingga peningkatan aggregat demand
tidak menghasilkan inflasi.
Sumber : Mankiw 2007
Gambar 2.2 Fluktuasi Perekonomian yang Mempengaruhi Aggregate Supply
Gambar 2.2 menunjukkan bahwa fluktuasi ekonomi yang mengakibatkan penurunan Aggregate Supply dalam jangka pendek akan menurunkan
keseimbangan dalam perekonomian yang semula di titik B menjadi turun ke titik A. Fluktuasi jenis ini contohnya terjadi karena ada peningkatan harga minyak
yang merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam perekonomian. Peningkatan harga minyak dunia akan menurunkan penawaran secara agregat
sehingga memberi dampak yang buruk bagi perekonomian yakni penurunan output nasional dan peningkatan harga.
2. 6 Penelitian-Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho 2005 tentang Analisis Pengaruh Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia periode waktu
penelitian antara tahun 1990 sampai dengan tahun 2004. Penelitian ini menggunakan metode regresi linear berganda yang diestmasi dengan metode
ordinary least square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi dipengaruhi secara signifikan
oleh uang kartal, nilai tukar rill, harga bahan bakar minyak, dan uang kartal
periode sebelumnya pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil estimasi menunjukkan bahwa jiika ada peningkatan harga bahan bakar minyak sebesar satu
persen akan menyebabkan inflasi meningkat sebesar 0,11 persen. Hal ini berarti selama periode tahun 1990 sampai 2004 harga bahan bakar minyak berkorelasi
positif terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Yu Hsing pada tahun 2007 ini menjelaskan
tentang peningkatan harga minyak dunia terhadap kondisi makroekonomi dan pertumbuhan output di Jerman sebagai salah satu negara industri terbesar di dunia
yang tingkat ketergantungannya terhadap minyak sangat tinggi. Periode pengamatan Yu Hsing sejak triwulan ketiga tahun 1991 hingga triwulan keempat
tahun 2006. Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square dalam selang kepercayaan 95 persen.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan harga minyak dunia tidak menyebabkan penurunan pertumbuhan output nasional di Jerman walaupun
Jerman merupakan negara importir minyak yang besar. Penelitian ini pun mengungkapkan bahwa sesungguhnya perekonomian Jerman dapaat tumbuh
dengan pesat bukan dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak dunia tetapi berasal dari tingginya harga saham, rendahnya tingkat suku bunga, dan rendahnya tingkat
inflasi. Penelitian Farzanegan 2007 menjelaskan bahwa dengan adanya fluktuasi
harga minyak akan meningkatkan tingkat inflasi dan juga peningkatan GDP. Namun dampak dari peningkatan GDP tidak dapat diidentifikasikan secara
signifikan karena didorong oleh peningkatan pengeluaran pemerintah melalui
pemberian subsidi. Dalam pelaksanaannya kebijakan pemberian subsidi ini meningkatkan perilaku “rent-seeking” dari birokrat. Peningkatan pengeluaran
pemerintah ini juga banyak yang dialokasikan pada aktivitas yang tidak produktif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Terjadi penemuan yang menarik dari penelitian Farzanegan di Iran ini karena statusnya sebagai net importir minyak juga diikuti dengan meningkatnya
volume impor masyarakat terhadap komoditi lain. Hal ini disebabkan oleh melemahnya nilai mata uang luar negeri terhadap nilai mata uang domestik.
Dengan kata lain dengan adanya fluktuasi harga minyak mengakibatkan menguatnya niali mata uang domestik Iran.
Penelitian yang dilakukan oleh Katsuya Ito 2008 mengenai keterkaitan fluktuasi harga minyak dunia terhadap perekonomian Russia sebagai negara
eksportir minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi. Periode penelitian ini dimulai sejak triwulan pertama tahun 1997 samap triwulan keempat tahun 2007.
Penelitian ini menggunakan data deret waktu dengan metode Vector Error Correction Model VECM
sehingga dapat meramalkan kondisi pada jangka panjang.
Penelitian Ito 2008 menunjukkan dampak dari harga minyak dan guncangan moneter terhadap perekonomian Russia. Apabila terjadi perubahan
harga minyak dunia sebesar satu persen akan meningkatkan pertumbuhan GDP Russia sebesar 0,25 persen dan peningkatan tingkat inflasi sebesar 0,36 persen
pada dua belas triwulan berikutnya. Penelitian ini juga menegaskan guncangan
moneter melalui saluran suku bunga akan mempengaruhi tingkat inflasi dan GDP
rill.
Penelitian Ito 2008 terhadap Russia sebagai salah satu net eksportir minyak, berbeda dengan hasil temuan Jalil di tahun yang sama menyatakan bahwa
Malaysia sebagai negara net eksportir untuk komoditi minyak memberikan subsidi untuk konsumsi minyak dalam negerinya. Pembiayaan subsidi diperoleh
dari surplus perdagangan Malaysia atas komoditi minyak itu sendiri. Hal ini pun pernah berlaku di Indonesia sewaktu Indonesia menjadi salah satu anggota OPEC.
Pemerintah Malaysia merasa perlu untuk mengintervensi minyak di dalam negeri mengingat minyak adalah sumber energi utama yang digunakan dalam kegiatan
perekonomian di negara tersebut. Ketika terjadi kenaikan harga minyak akan diikuti dengan meningkatnya harga-harga barang.
Lebih lanjut Jalil 2008 menjelaskan bahwa fluktuasi harga minyak di Malaysia lebih mempengaruhi perekonomian Malaysia. Hasil penelitian Jalil
menemukan bahwa fluktuasi harga minyak lebih mempengaruhi pendapatan nasional GNP dan tingkat pengangguran dibandingkan kebijakan fiskal maupun
kebijakan harga yang ditetapkan oleh pemerintahnya. Penelitian Aliyu 2008 bermaksud untuk mengetahui dampak bagi
pertumbuhan ekonomi Nigeria yang disebabkan oleh guncangan harga minyak dan volatilitas nilai tukar mata uang di Nigeria sebagai salah satu negara net
eksportir untuk komoditi minyak. Penelitian ini menggunakan data deret waktu dengan metode Vector Error Correction Model dalam estimasi agar diketahui
dampaknya dalam jangka panjang. Periode pengamatan dimulai dari triwulan pertama tahun 1986 hingga triwulan keempat tahun 2007.
Hasil penelitian Aliyu 2008 menemukan bahwa untuk kasus Nigeria pertumbuhan GDP lebih dipengaruhi oleh peningkatan harga minyak
dibandingkan apresiasi nilai tukar mata uang di negara ini. Hasil estimasi dalam jangka panjang menunjukkan apabila harga minyak dunia meningkat sebesar 10
persen maka akan diikuti dengan peningkatan GDP rill Nigeria meningkat sebesar 7,73 persen. Sedangkan apabila nilai tukar mata uang meningkat sebesar 10
persen hanya akan meningkatkan GDP sebesar 0,35 persen. Christensson 2009 meneliti seberapa besar pengaruh guncangan harga
minyak sebagai penyebab inflasi di Amerika Serikat. Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya yang cakupan permasalahannya pada tingkat perekonomian
nasional. Namun penelitian ini justru menganalisis pengaruh guncangan harga minyak bagi inflasi di tingkat regional di Amerika Serikat.
Penelitian ini menemukan bahwa bagian barat Amerika memiliki pengaruh yang lebih rendah dari guncangan harga minyak terhadap inflasi dibandingkan
dengan daerah lainnya di Amerika Serikat secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh penggunaan minyak yang efisien, rendahnya tingkat inflasi, dan nilai tukar
yang lebih rendah di bagian Barat Amerika dibandingkan dengan daerah lainnya. Fayoumi 2009 meneliti hubungan antara volatilitas harga minyak dunia
dengan tingkat pengembalian di pasar saham stock market returns yang terjadi di tiga negara kawasan Timur-Tengah yakni Turki, Tunisia, dan Yordania.
Walaupun ketiga negara tersebut berada di kawasan Timur-Tengah namun ketiga
negara ini merupakan importir minyak. Penelitian ini menggunakan data bulanan dengan metode Vector Error Correction Model VECM. Periode pengamatan
dimulai dari Desember tahun 1997 hingga Maret 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fluktuasi harga minyak tidak
secara langsung mempengaruhi pasar saham ketiga negara tersebut. Tingkat pengembalian di pasar saham lebih dipengaruhi oleh indikator makroekonomi
domestik masing-masing negara dibandingkan oleh harga minyak. Indikator makroekonomi yang berpengaruh tersebut adalah tingkat suku bunga dan
produktivitas industri.
2.7 Kerangka Pemikiran