Kesetaraan Simulasi Transportasi Pengamatan

13

3.6 Kesetaraan Simulasi Transportasi

Simulasi transportasi dilakukan dengan di atas meja getar yang dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan Soedibyo 1992 kesetaraan simulasi transportasi yang dilakukan dengan menggunakan meja getar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah. Gambar 3. Meja getar yang digunakan untuk simulasi transportasi Untuk perhitungan simulasi 1 jam setara dengan jarak tempuh, digunakan rumus: Keterangan : LG = jumlah luas getaran simulasi selama 1 jam adalah jumlah getaran seluruh vibrator selama 1 jam dikali dengan luas satu siklus getaran vibrator cm 2 jam JG = jumlah luas getaran truk di luar kota cm 2 jam Jumlah getaran simulasi 1 jam dan jumlah luas getaran truk di jalan luar kota selama 30 menit atau setara 30 km berturut-turut dengan rumusan di bawah ini: Jumlah luas simulasi 1 jam: L m = [ m sin m T dT] × 1 jam × f m Jumlah luas getaran truk di jalan luar kota selama 30 menit atau setara 30 km : L t = [ m sin m T dT] × 130 × 60 × f t 14 Keterangan: L = luas siklus getaran cm 2 getaran A = amplitudo cm = kecepatan sudut getarandetik T = periode getaran detikgetaran F = frekuensi getaran H Z

3.7 Pengamatan

1. Susut Bobot Pengukuran susut bobot dilakukan berdasarkan persentase penurunan berat bahan sejak hari pertama pasca simulasi sampai hari keempat pasca simulasi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan mettler. Pengukuran dilakukan pada buah nanas lengkap dengan mahkotanya. Foto pengukuran susut bobot dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah. Persamaan yang digunakan untuk menghitung bobot adalah sebagai berikut: Keterangan : a = berat bahan hari pertama pasca simulasi gram b = berat bahan hari keempat pasca simulasi gram Gambar 4. Pengukuran bobot buah nanas dengan timbangan mettler 2. Warna Nilai warna diperoleh dengan menggunakan alat chromameter. Nilai warna yang dihasilkan adalah nilai Hunter Lab. Nilai L mengidentifikasikan tingkat kecerahan, nilai a mengidentifikasikan tingkatan warna hijau hingga merah sedangkan nilai b mengidentifikasikan tingkatan warna biru hingga kuning. Pengukuran warna dilakukan dengan meletakkan chromameter pada permukaan kulit buah nanas dan 15 diposisikan agar cahaya chromameter mengenai bagian di antara mata buah nanas Berikut adalah gambar chromameter yang digunakan saat mengukur nilai warna buah nanas. Gambar 5. Pengukuran warna pada buah nanas kiri chromameter, alat untuk mengukur warna buah nanas, kanan buah nanas yang diukur warnanya 3. Kekerasan Kekerasan buah nanas diukur dengan mengunakan rheometer. Beberapa pengaturan yang dilakukan saat menggunakan alat ini, disesuaikan untuk keadaan buah nanas yamg memiliki kulit buah cukup tebal, antara lain mode 20, beban maksimum 10 kg, kedalaman penekanan 10 mm, kecepatan penurunan jarum 60 mmm dan diameter jarum 5 mm. Pengukuran kekerasan buah nanas dilakukan dengan memberikan tekanan pada tiga titik yaitu bagian pangkal, tengah, dan atas pada buah nanas, kemudian dirata-ratakan nilainya. Bagian yang diukur kekerasannya adalah bagian diantara mata buah nanas karena bagian mata buah nanas cukup keras. Pengukuran kekerasan buah nanas dapat dilihat pada Gambar 6. celah diantara mata buah nanas yang diukur kekerasannya a b Gambar 6. Pengukuran kekerasan buah nanas a jarum rheometer menusuk daging buah, b bagian buah nanas yang diukur kekerasannya 16 4. Total Padatan Terlarut Pengukuran total padatan terlarut dilakukan dengan menggunakan refractometer digital. Buah nanas dikupas kemudian diambil daging buahnya pada bagian pangkal, tengah dan atas. Buah nanas dihancurkan kemudian dilakukan pengukuran kadar gula dengan meletakkan cairan daging buah yang telah dihancurkan pada prisma refractometer. Sebelum dan sesudah pembacaan, prisma refractometer dibersihkan dengan alkohol, hal ini dilakukan agar nilai pada pengukuran sampel selanjutnya tidak dipengaruhi oleh pengukuran sampel sebelumnya. Angka yang tertera pada refractometer menunjukkan kadar total padatan terlarut ˚Brix. yang mewakili rasa manis. Gambar 7 menunjukkan alat refractometer dan bahan alkohol, tissue dan plastik yang digunakan untuk mengukur total padatan terlarut daging buah nanas. Gambar 7. Pengukuran total padatan terlarut dengan menggunakan refractometer 5. Tingkat Kerusakan Mekanis Pengamatan terhadap tingkat kerusakan mekanis yang terjadi setelah simulasi pengangkutan dilakukan pada hari keempat berdasarkan ada tidaknya luka memar ataupun luka gores pada buah nanas dari masing-masing kemasan. Kegiatan pengujian dilakukan secara visual, yaitu pengamatan langsung dengan mata terhadap kerusakan buah nanas. Kemudian diperkirakan persentase kerusakan yang terjadi. Persentase diperoleh dengan membandingkan antara bagian buah nanas yang rusak terhadap keseluruhan bagian buah nanas. Pada hari pertama pasca simulasi belum terlihat memar akibat simulasi transportasi, memar baru terlihat pada hari keempat. Kerusakan pada buah nanas adalah luka memar, buah nanas yang mengalami kerusakan dapat dilihat pada Gambar 8. Luka memar terjadi akibat adanya benturan antara buah dengan dinding kemasan atau tekanan sesama buah. 17 memar pada buah nanas Gambar 8. Memar pada buah nanas pada pengamatan hari keempat

3.8 Rancangan percobaan