21
4.3 Susut Bobot Buah Nanas
Setelah simulasi transportasi, dilakukan pengukuran bobot buah nanas. Kehilangan kandungan air pada produk dapat diartikan sebagai susut bobot. Kehilangan air pada buah nanas dapat
mempengaruhi penampilan fisik, tekstur dan nilai gizi buah Prajati 2006. Kandungan air dalam bahan mempengaruhi daya tahan terhadap serangan pada mikroba. Air berkaitan erat dengan daya
awet bahan. Kerusakan pada buah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kehilangan air. Jika luka pada permukaan suatu komoditi pertanian relatif lebih besar maka penguapan air akan relatif
lebih cepat juga. Susut bobot pada buah nanas terjadi akibat proses respirasi dan transpirasi. Proses transpirasi
berjalan lebih cepat karena buah kehilangan pelindungnya, hal ini dapat dipicu oleh gesekan dan benturan pada saat simulasi transportasi. Luka pada kulit buah nanas memacu meningkatnya respirasi
senyawa kompleks yang biasanya terdapat di dalam sel, seperti karbohidrat akan dipecah menjadi molekul-molekul yang sederhana seperti karbondioksida dan air yang mudah menguap, sehingga
komoditas akan kehilangan bobotnya Wills et al. 1981. Proses respirasi dipicu lebih cepat pada buah yang kulit buah atau daging buahnya memar ataupun terluka.
Gambar 12 di bawah, menunjukkan persentase penurunan bobot rata-rata sampel setelah transportasi untuk waktu simulasi 54 menit dan 104 menit. Penurunan bobot buah nanas diamati
setelah simulasi transportasi. Tabel 6 menyajikan persentase penurunan susut bobot buah nanas untuk berbagai waktu simulasi dan jenis kemasan. Untuk waktu simulasi 54 menit susut terbesar terdapat
pada buah nanas yang dikemas dengan karung plastik yaitu mencapai 7.93 sedangkan untuk buah nanas dengan waktu simulasi 104 menit, susut bobot terbesar dialami oleh buah nanas dengan
kemasan peti kayu yaitu mencapai 20.18. Persentase penurunan susut bobot menunjukkan bahwa lama simulasi yang mewakili kerusakan yang diterima oleh buah nanas mempengaruhi nilai susut
bobot. Data bobot buah nanas untuk kemasan karung plastik dan peti kayu dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7.
Tabel 6. Susut bobot buah nanas setelah simulasi
waktu simulasi Karung Plastik
Peti Kayu 54 menit
7.93 7.77
104 menit
16.58 20.18
Pada waktu simulasi 54 menit, susut bobot buah nanas untuk masing-masing kemasan tidak terlalu berbeda. Buah nanas dengan kemasan karung plastik memiliki nilai susut bobot yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kemasan peti kayu. Tetapi perbedaannya tidak terlalu tinggi. Untuk simulasi 104 menit, penurunan bobot buah nanas dengan kemasan peti kayu mencapai 20.18
sementara dengan kemasan karung plastik 16.58. Tingginya susut bobot buah nanas dengan kemasan peti kayu dapat disebabkan oleh waktu simulasi yang cukup panjang. Hal ini sebanding
dengan banyaknya benturan yang terjadi pada buah nanas. Kemasan peti kayu relaif lebih keras dan kasar, sehingga hal ini memicu buah nanas
kehilangan pelindung alaminya akibat luka memar dan kerusakan mekanis yang lain. Kehilangan pelindung alami buah nanas ini juga akan mempercepat respirasi sehingga buah nanas akan lebih
mudah untuk kehilangan air. Hasil uji lanjut pada Lampiran 18 menunjukkan nilai P-value perlakuan alpha 5, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan jenis kemasan tidak berpengaruh terhadap
respon susut bobot buah. Nilai P-value waktu 0.0001, maka dapat disimpulkan waktu simulasi getar berpengaruh sangat nyata terhadap respon susut bobot buah pada taraf nyata 5. Interaksi
22 antara perlakuan jenis kemasan dan waktu simulasi getar BC tidak nyata, sehingga dapat
disimpulkan tidak terdapat interaksi antara perlakuan jenis kemasan dan waktu simulasi getar.
Gambar 12. Grafik persentase susut bobot buah nanas untuk berbagai waktu simulasi
4.4 Warna