14
dilakukan pada bekatul sebelum ekstrusi dan bekatul dengan perlakuan ekstrusi yang lolos ayakan.
Bekatul hasil stabilisasi ditimbang masing-masing 20 gram, dimasukkan ke dalam plastik HDPE dan disimpan dalam inkubator suhu 37°C selama 15 hari. Setelah
penyimpanan 15 hari dilakukan analisis kadar asam lemak bebas bekatul, sehingga akan diperoleh kenaikan kadar asam lemak bebas Y selama penyimpanan. Nilai Y yang
diperoleh tersebut diolah dengan metode RSM melalui program JMP. Kondisi maksimum diperoleh dari perlakuan yang memberikan nilai Y yaitu berupa kenaikan
kadar asam lemak bebas yang paling rendah.
3.3.4 Verifikasi kondisi stabilisasi bekatul
Verifikasi dilakukan pada kombinasi perlakuan paling maksimum yang diperoleh dari percobaan sebelumnya. Tahapan percobaan yang dilakukan dalam verifikasi sama
dengan metode yang dilakukan ketika dilakukannya penentuan kondisi maksimum. Hasil yang diperoleh berupa kenaikan kadar asam lemak bebas bekatul, dan dibandingkan
dengan hasil yang diduga oleh persamaan model dari RSM untuk masing-masing varietas.
3.3.5 Metode analisis 3.3.5.1 Kadar air bekatul AOAC, 1999
Penetapan kadar air bekatul dilakukan dengan metode oven. Cawan alumunium kosong dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 15 menit, kemudian ditimbang.
Sebanyak 2-3 gram sampel dimasukkan dalam cawan yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Cawan berisi sampel tersebut dikeringkan dalam oven bersuhu
105°C selama 6 jam. Selanjutnya cawan berisi sampel dipindahkan ke desikator, didinginkan selama 15 menit dan kemudian ditimbang bobot akhirnya. Pengeringan dan
penimbangan diulangi hingga diperoleh bobot konstan. Kadar air dihitung berdasarkan kehilangan bobot yaitu selisih bobot awal dan bobot akhir.
Kadar air = 3.1
3.3.5.2 Kadar lemak kasar bekatul metode soxhlet AOAC, 1995
Labu lemak kosong dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 15 menit, dan ditimbang bobotnya. Sampel bekatul sebanyak 10 gram dimasukkan ke dalam kertas
saring, ekstraksi dilakukan dengan alat soxhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak bersama dengan pelarut heksana. Ekstraksi lemak dilakukan selama 6 jam.
Selanjutnya heksana disuling dan labu yang berisi lemak hasil ekstraksi dikeringkan dalam oven 105°C hingga semua pelarut menguap. Labu lemak didinginkan dalam
desikator dan ditimbang hingga diperoleh bobot konstan. Kadar lemak =
3.2
15
3.3.5.3 Analisis kadar asam lemak bebas ALB AOAC 940.28 dan Hoffpauir, 1948 yang dimodifikasi
Pengukuran kadar ALB dan bilangan asam dilakukan pada bekatul yang belum distabilisasi dan pada bekatul hasil stabilisasi. Bekatul sebanyak 10 gram ditimbang ke
dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 150 ml heksana panas sebagai pelarut dan
didiamkan semalam agar minyak keluar dari bahan Lampiran 3d. Heksana kemudian
dipisahkan dari minyak bekatul menggunakan Soxhlet melalui penyulingan. Sementara itu ditimbang bobot kosong Erlenmeyer, sebanyak 1 ml ekstrak dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer tersebut. Ekstrak yang masih tercampur dengan heksana tersebut dihembus dengan gas N
2
selama 30 detik agar heksana keluar seluruhnya dan diperoleh minyak bekatul. Bobot Erlenmeyer berisi minyak kemudian ditimbang.
Minyak bekatul tersebut ditambahkan 30 ml alkohol 95 netral dan 1 ml indikator fenolftalein. Campuran tersebut dipanaskan pada hotplate yang dilengkapi dengan
magnetic stirrer, kemudian dititrasi dengan NaOH 0.03 N terstandarisasi hingga
diperoleh warna pink tetap selama 10 detik Lampiran 3e. Dihitung volume titran
yang digunakan. NaOH yang digunakan adalah NaOH pro analisis yang telah distandarisasi dengan KHP asam potassium phthalate. Analisis ALB untuk masing-
masing sampel dilakukan sebanyak 2 ulangan dan duplo. ALB =
H H
3.3 Keterangan :
V
NaOH
= volume titran NaOH N
NaOH
= normalitas NaOH M
= berat molekul oleat sesuai jenis lemak dominan sampel W
= berat contoh minyak gram
3.3.5.4 Analisis komposisi asam lemak bekatul AOAC 991.39 yang dimodifikasi