Kelapa Sawit Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

2.1.1 Taksonomi Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas andalan pertanian dalam negeri, karena memiliki andil sebagai pemasok devisa yang sangat besar. Industri ini bahkan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Pada tahun 2005, total devisa yang dihasilkan oleh kelapa sawit mencapai US 4.4 miliar atau 5 persen dari total ekspor Indonesia US 85.7 miliar. Perkembangan perkebunan kelapa sawit jauh melampaui komoditas lain seperti karet, teh, kelapa atau kopi, luas lahan kelapa sawit pun lebih dominan dari komoditas lain. Dari segi pemanfaatannya, kelapa sawit dapat diolah berbagai produk. Mulai dari daging buah, biji, tandan kosong dan batangnya dapat dimanfaatkan. Komoditas minyak sawit memiliki berbagai kegunaan baik untuk industri pangan maupun non pangan. Namun demikian, perkembangan diversivikasi produk kelapa sawit lebih cenderung ke arah pengembangan produk pangan sekitar 90 persen dan sisanya produk-produk non pangan berupa produk sabun dan oleokimia sekitar 10 persen. Dalam hal pangan sebagian besar minyak sawit digunakan untuk pembuatan minyak goreng, dan sebagian untuk pembuatan margarinshortening Hariyadi, 2003 Nama latin kelapa sawit, Elaeis guineensis Jacq. Berasal dari kata Elaion yang berarti minyak dalam bahasa Yunani, dan Guineensis berasal dari Guinea pantai Barat Afrika, dan Jacq. Berasal dari nama Botanist Amerika Jacquin. Taksonomi dari tanaman kelapa sawit Lubis, 1992 adalah : Divisi : Tracheophyita Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermeae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Cocoideae Famili : Palmae Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq. Berdasarkan dari warna buahnya spesies Elaeis guineensis Jaq. dikenal varietas-varietas : • Nigrescens, yaitu buahnya berwarna violet sampai hitam waktu muda dan merah-kuning orange sesudah matang. • Virescens, yaitu buahnya berwarna hijau waktu muda dan sesudah matang berwarna merah-kuning orange • Albescens, yaitu buah muda berwarna kuning pucat, tembus cahaya karena mengandung sedikit karotein. 2.1.2 Syarat Tumbuh Secara umum, kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah-tanah Ultisol, Entisol, Inceptisol, Andisol, dan Histosol Buana et al, 2000, sedangkan menurut Lubis 1992, kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu HK, Regosol, Andosol, Organosol, dan Aluvial. Setiap jenis tanah tersebut memiliki kesuburan tanah yang berbeda- beda, sehingga pelaksanaan pemupukan pada setiap jenis tanah berbeda. Sifat fisik dan kimia tanah yang terbaik untuk kelapa sawit : ‐ Solum tebal ≥ 80 cm. Solum yang tebal merupakan media yang terbaik bagi perkembangan akar sehingga efisien penyerapan hara tanaman akan lebih baik. ‐ Tekstur ringan, hendaknya memiliki pasir 20-60, debu 10 - 40, liat 20 – 50. ‐ Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. ‐ pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 – 6.0, namun yang terbaik adalah 5. 0 – 5. 5 ‐ Kandungan unsur hara tinggi ‐ CN mendekati 10 ‐ Magnesium dapat dipertukarkan berkisar 4.0 – 1.0 me100g ‐ Kalium dapat dipertukarkan berkisar 0.15 – 0.20 me100g 2.1.3 Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-14 bulan dan panen yang menguntungkan secara ekonomis mulai saat tanaman berumur 2,5 tahun. Tanaman kelapa sawit akan berproduksi optimal jika dipelihara dengan baik. Pemeliharaan pada tanaman menghasilkan TM meliputi pengendalian gulma, pengawetan tanah dan air, pemupukan, serta pemeliharaan jalan Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006. Gulma merupakan pesaing bagi tanaman kelapa sawit dalam penyerapan unsur hara, air, dan cahaya matahari. Pengendalian gulma perlu dilaksanakan di piringan pohon, jalan pikul, dan di gawangan. Areal yang didominasi oleh gulma yang berbahaya atau pesaing berat seperti sembung rambat Mikania micrantha, alang-alang Imperata cylindrica, dan Asystasia coromandeliana dapat menurunkan produksi sampai 20 Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006. Sistem pengawetan tanah yang telah dibangun pada masa TBM perlu mendapat perawatan pada masa TM. Teras kontur, tapal kuda, dan benteng penahan erosi dibangun pada saat persiapan lahan. Teras kontur dan tapal kuda dirawat setiap 3 tahun sekali dengan tetap mempertahankan sudut kemiringan 8 – 10 o , jika dijumpai ada benteng yang rusak maka perbaikan perlu dilaksanakan Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006. Jalan utama dirawat 1 kali setiap 6 bulan dengan pengerasan, kemudian di grader dan dipadatkan dengan compactor sebanyak 4 – 6 kali putaran. Jalan produksi dan jalan kontrol juga harus di grader dan dipadatkan, dengan tenaga manusia rotasi perawatan dilaksanakan 1 kali sebulan. Perawatan parit yaitu mendalamkan dan mencuci agar dilaksanakan setiap 6 bulan sekali. Mendalamkan parit dikerjakan sampai dasar parit semula dilaksanakan dari hilir ke hulu begitu juga mencuci parit dilaksanakan dari hilir ke hulu Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006. 2.1.4 Pemupukan Kelapa Sawit Pemupukan tanaman kelapa sawit merupakan salah satu investasi penting dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit guna pencapaian produksi tandan buah segar TBS yang setinggi-tingginya dan ekonomis. Menurut Riwandi 2002, tanaman kelapa sawit membutuhkan pupuk N, P dan K yang sangat banyak sehingga diperlukan takaran pupuk yang tepat dan optimal. Kebutuhan pupuk untuk setiap lokasi berbeda-beda tergantung dari kondisi lokasi tersebut. Secara umum terdapat dosis optimal untuk pemupukan tanaman kelapa sawit. Poeloengan 2003 menyatakan bahwa pemupukan dalam suatu usaha perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu usaha perawatan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan potensi produksi. Kebutuhan pupuk per hektar di perkebunan kelapa sawit kurang lebih 24 dari total biaya produksi atau sekitar 40-60 dari total biaya pemeliharaan. Berikut ini akan disajikan spesifikasi umum pemupukan untuk tanaman kelapa sawit PPKS, 1997. Tabel 1. Jenis dan Spesifikasi Pupuk Tunggal yang Direkomendasikan oleh PPKS Hara Pupuk Spesifikasi N Urea 46 N ZA 21 N, 23 S P SP-36 P 2 O 5 total : 36 P 2 O 5 larut dalam asam sitrat 2 : 34 S : 5 Rock Phospate RP SNI kualitas A P 2 O 5 total : min 28 P 2 O 5 larut dalam asam sitrat 2 : min 8 Ca + Mg setara CaO min 40 Al 2 O 3 + Fe 2 O 3 : maks 3 Kadar air : maks 3 Kehalusan lolos saringan 80 mesh : min 50 Kehalusan lolos saringan 25 mesh : min 80 K MOP KCl K 2 O : 60 Mg Kieserit MgO :26 ; S :21 Dolomit MgO :min 18 CaO: min 30 Al 2 O 3 + Fe 2 O 3 : maks 3 SiO2 : maks 5 Kadar air : maks 5 Ni : maks 5 ppm Kehalusan lolos saringan 100 mesh Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 1997 Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib 2005, pemupukan pada tanaman kelapa sawit tidak mengikuti formula pemupukan yang umum. Jenis tanah, tingkat kesuburan, sifat kimia dan fisika tanah, faktor iklim dan lain-lain bervariasi antar lokasi tanaman yang satu dengan yang lain, sehingga formula pupuknya akan berbeda-beda dan bersifat spesifik untuk tiap lokasi. Disamping itu potensi genetik, umur tanaman dan cara kultur teknik yang diterapkan juga turut mempengaruhi jenis dan dosis pupuk untuk suatu periode tertentu. 2.1.5 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Indonesia Perkembangan areal pertanaman kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang pesat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1980 areal pertanaman kelapa sawit mencapai 294 560 hektar dengan total produksi sebesar 721 172 ton minyak sawit. Kemudian tahun 1990 meningkat menjadi 1 126 677 hektar dengan total produksi sebesar 2 412 612 ton minyak sawit dan sampai tahun 2000 terus meningkat menjadi 3 174 726 hektar dengan total produksi sebesar 7 001 000 ton. Bahkan Indonesia menjadi Negara produsen kelapa sawit terbesar dengan luas areal 7.07 juta hektar dan produksi CPO mencapai 18.46 juta ton pada tahun 2009 dengan rincian adalah sebagai berikut 2 565 000 hektar merupakan perkebunan rakyat PR dengan produksi 5 085 000 ton minyak sawit, 687 000 hektar merupakan perkebunan besar Negara PBN dengan produksi sebesar 2 314 000 ton minyak sawit, serta 3 358 000 hektar perkebunan besar swasta PBS dengan produksi sebesar 8 990 000 ton minyak sawit Direktorat Jendral Perkebunan, 2009.

2.2 Bahan Humat

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis Guineensis Jacq.) Dengan Menggunakan Media Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman di Main Nursery

10 98 74

Pengaruh Pemberian Limbah Kalapa sawit (Sludge) dan Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guinsensis Jacq) di Pembibitan Awal

0 25 95

Pertumbuhan Mucuna Bracteata L. Dan Kadar Hara Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) Dengan Pemberian Pupuk Hayati

3 63 66

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT. Perkebunan Nusantara III

6 91 53

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

PENINGKATAN PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN BAHAN PEMBENAH TANAH ZEOLIT DAN BAHAN HUMAT

0 3 9