berbeda-beda dan bersifat spesifik untuk tiap lokasi. Disamping itu potensi genetik, umur tanaman dan cara kultur teknik yang diterapkan juga turut
mempengaruhi jenis dan dosis pupuk untuk suatu periode tertentu.
2.1.5 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Indonesia
Perkembangan areal pertanaman kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang pesat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1980 areal pertanaman
kelapa sawit mencapai 294 560 hektar dengan total produksi sebesar 721 172 ton minyak sawit. Kemudian tahun 1990 meningkat menjadi 1 126 677 hektar dengan
total produksi sebesar 2 412 612 ton minyak sawit dan sampai tahun 2000 terus meningkat menjadi 3 174 726 hektar dengan total produksi sebesar 7 001 000 ton.
Bahkan Indonesia menjadi Negara produsen kelapa sawit terbesar dengan luas areal 7.07 juta hektar dan produksi CPO mencapai 18.46 juta ton pada tahun 2009
dengan rincian adalah sebagai berikut 2 565 000 hektar merupakan perkebunan rakyat PR dengan produksi 5 085 000 ton minyak sawit, 687 000 hektar
merupakan perkebunan besar Negara PBN dengan produksi sebesar 2 314 000 ton minyak sawit, serta 3 358 000 hektar perkebunan besar swasta PBS dengan
produksi sebesar 8 990 000 ton minyak sawit Direktorat Jendral Perkebunan, 2009.
2.2 Bahan Humat
Humus merupakan hasil perombakan bahan organik yang memegang peranan penting pada sifat tanah. Humus merupakan suatu campuran kompleks
yang relatif resisten, bersifat koloidal dan berasal dari dekomposisi dan sintesis mikroba serta mempunyai sifat fisik yang sangat berpengaruh terhadap tanah dan
tumbuhan Brady, 1990. Kononova 1966 mengelompokkan humus menjadi 2 bagian. Kelompok pertama merupakan senyawa benar-benar humus, meliputi
humat, fulvat, hamatomelanat dan humin. Kelompok kedua merupakan hasil dekomposisi lanjutan sisa-sisa bahan organik yang bersifat protein, kerbohidrat,
lignin dan lemak.
2.2.1 Karakteristik Bahan Humat
Tan 1993 menggolongkan fraksi humat ke dalam 1 asam humat, yakni fraksi yang larut dalam basa, tidak larut dalam asam dan alkohol; 2 asam fulvat,
merupakan fraksi yang larut dalam air; dan 3 humat, yakni bagian yang tidak larut dan inert. Senyawa ini bersifat amorf, berwarna kuning sampai coklat hitam
dan memiliki molekul tinggi. Bahan humat dikenal juga sebagai ulmat, sementara humin dikenal juga sebagai ulmin, untuk asam krenat dan apokrenat dikenal
sebagai asam fulvat. Senyawa humat terdiri atas senyawa makromolekul aromatik kompleks
asam amino, peptida, termasuk juga ikatan antar kelompok aromatik yang juga terdiri atas fenolik OH bebas, struktur quinon, nitrogen dan oksigen pada cincin
aromatik. Kandungan bahan humat tanah yaitu C, H, N, O, S dan P serta unsur lain seperti Na, K, Mg, Mn, Fe dan Al. Mekanisme pembentukan asm humat
diperlihatkan pada Gambar 1. Arsiati 2002 menambahkan kandungan bahan humat yaitu 56.2 C, 35.5 O, 47 H, 3.2 N dan 0.8 S. Prosedur yang
paling umum untuk ekstraksi asma humat ditunjukkan pada Gambar 1.
dengan asam
disesuaikan ke pH 4.8
dengan alkali
dengan alkohol
dengan garam netral
Gambar 1. Diagram Alur Pemisahan Senyawa Humat Menjadi Berbagai Fraksi Humat Tan, 1993
2.2.2 Peranan Bahan Humat
Bahan humat berpengaruh langsung pada pertumbuhan tanaman, diantaranya meningkatnya penyerapan air, mempercepat perkecambahan benih,
merangsang pertumbuhan akar, mempercepat pertumbuhan tunas dan akar tanaman jika diberikan dalam jumlah yang tepat Brady and Weil, 2002.
Pemberian asam humat terhadap semaian padi berpengaruh pada pertumbuhan tinggi dan panjang akar semaian tanaman padi. Penggunaan asam humat dengan
konsentrasi tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman Lestari, 2006. Pembentukan kompleks metal-organik memegang peranan penting dalam
mengontrol konsentrasi dan jumlah logam-logam berat dalam tanah. Dengan pembentukan kompleks, kadar suatu logam berat dapat diturunkan hingga ke taraf
non toksik Stevenson, 1982. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
Bahan organik tanah
Bahan humat larut
Humin + Bahan bukan humat
tidak larut
Asam fulvat larut
Bahan humat tidak larut
Asam fulvat
larut Bahan
humat tidak larut
Humus β tidak
larut Asam
himatomelanik larut
Humat coklat
larut Humus
kelabu tidak larut
dilakukan oleh Wardani 2002, yang mengemukakan bahwa asam humat nyata menurunkan 8 kadar timbal Pb tersedia dalam tanah, sehingga mampu
meningkatkan bobot kering tanaman dan menurunkan serapan timbal oleh tanaman.
Senyawa humat bersamaan dengan liat memiliki peranan yang penting dalam sejumlah reaksi di dalam tanah dan berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Asam humat dapat digunakan sebagai pupuk, bahan amelioran dan hormon perangsang pertumbuhan
tanaman. Secara tidak langsung senyawa ini memberikan pengaruh yang sangat menguntungkan terhadap perkembangan tanaman baik secara fisika, kimia,
maupun biologi tanah Tan, 1993. Menurut Schnitzer 1978, satu dari karakteristik yang paling khas dari
senyawa humat adalah kemampuannya untuk berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidroksida, mineral, dan organik, termasuk zat pencemar beracun lainnya.
Sejumlah senyawa organik dalam tanah mampu mengikat ion-ion logam yang berlebih, sehingga jumlahnya menjadi lebih sedikit dalam larutan tanah
sebagaimana dibutuhkan oleh tanaman. Disamping itu, khelat logam-organik organo-metal yang terbentuk memiliki sifat tidak larut. Fenomena ini sangat
penting dalam menjaga kualitas lingkungan, dengan mengurangi bahaya toksisitas logam berat terhadap tanaman, ternak, dan manusia Orlov,1985.
Selain berperan dalam memperbaiki sifat kimia tanah, dari segi fisik humus atau senyawa humat mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
agregasi tanah karena dapat memperbaiki aerasi dan perkolasi serta merangsang pembentukan struktur tanah yang baik dan mudah diolah. Humus atau senyawa
humat dari bahan organik dapat berinteraksi dengan partikel tanah, membentuk granulasi menjadi pengikat antar partikel tanah, sehingga dapat mengurangi
terjadinya dispersi butir tanah.
2.3 Zeolit