Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

(1)

PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DENGAN

CARRIER

ZEOLIT TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.)

DENISE FURI PRATIWI

A14063025

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ii

RINGKASAN

DENISE FURI PRATIWI. Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan

Carrier Zeolit terhadap Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineesis Jaq).

Dibawah bimbingan DYAH TJAHYANDARI S. dan SUWARDI

Luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia terus meningkat sangat pesat dalam 10 tahun terakhir dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 8.7% per tahun. Pada tahun 1999 luas areal kelapa sawit hanya 3.9 juta ha meningkat menjadi 7.9 juta ha tahun 2010, dibandingkan Malaysia yang hanya memiliki 0.8 juta ha. Namun demikian produksi kelapa sawit Indonesia saat ini masih rendah sekitar 21.5 ton tandan buah segar (TBS) ha/tahun dibandingkan Malaysia yang telah mencapai 28 ton/ha/tahun. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit, diperlukan berbagai usaha seperti pemberian bahan pembenah tanah agar memperbaiki sifat-sifat tanah dan meningkatkan ketersediaan hara sehingga dapat menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Salah satu bahan pembenah tanah yang dapat digunakan adalah bahan humat yang merupakan hasil ekstraksi bahan organik. Bahan humat umumnya diberikan dalam bentuk cair dan dalam jumlah yang kecil (beberapa liter/ha) sehingga untuk memudahkan pemberian di lapang dan tidak mudah hilang dari tanah diperlukan bahan carrier. Zeolit yang mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) tinggi diharapkan dapat digunakan sebagai carrier bahan humat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan humat dengan carrier zeolit terhadap produksi kelapa sawit.

Penelitian menggunakan 12 perlakuan dari kombinasi 4 dosis bahan humat (0 liter/ha (H0), 5 liter/ha (H1), 10 liter/ha (H2), dan 15 liter/ha (H3) dan 3 dosis zeolit sebagai carrier: 0 kg zeolit/liter bahan humat (Z0), 10 kg zeolit/liter bahan humat (Z1), 20 kg zeolit/liter bahan humat (Z2). Setiap perlakuan diberikan pada tanaman kelapa sawit umur 6 tahun di Blok 26, Afdeling 1 PTPN VIII, Cimulang, Bogor. Pemberian bahan humat dilakukan dengan cara menabur bahan humat yang telah dicampur dengan zeolit dengan ukuran 2-5 mm di dalam piringan kelapa sawit. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah tandan dan bobot buah setiap tandan yang diukur setiap minggu selama 6 bulan. Produksi dihitung berdasarkan jumlah tandan dan bobot masing-masing tandan dalam satu tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan humat meningkatkan produksi melalui peningkatan bobot tandan. Pada perlakuan H2Z2, tanaman menghasilkan bobot tandan paling besar, yaitu 977.5 kg/9 pohon atau setara dengan 32 ton/ha/tahun. Nilai ini mengalami peningkatan sebesar 30% dibandingkan dengan kontrol. Sementara itu, jumlah tandan dari setiap pohon tidak menunjukkan adanya peningkatan dengan pemberian bahan humat. Penggunaan zeolit sebagai carrier ternyata juga memberikan pengaruh terhadap produksi. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa dosis optimal bahan humat adalah 10 liter/ha dengan carrier zeolit sebanyak 20 kg zeolit per liter bahan humat.

Kata kunci : bahan humat, produksi kelapa sawit, tandan buah segar (TBS), zeolit


(3)

SUMMARY

DENISE FURI PRATIWI. The Influence of Humic Substance with Zeolite as Carrier on Oil Palm Production. Under supervision of DYAH TJAHYANDARI S. And SUWARDI.

Indonesian oil palm plantation area increases rapidly in the last 10 years with the growth of 8.7% per year. In 1999, total area of oil palm plantation was only 3.9 million ha and in 2010 became 7.9 million ha. As comparison, Malaysia only has 0.8 million ha. The average production of oil palm in Indonesia is still low around 21.5 tons/ha/year of fresh fruit bunches (FFB). This value is lower than of Malaysia which has reached 28 tons/ha/year. Some efforts should be increase the production of oil palm such as application of soil amendements for improving soil properties and increasing availability of nutrients in order to reach higher production. One of soil amandements is humic substance. Extracted from organic matter. Humic substance manually applied in liquid form with small amount (only few liter/ha). Therefore, application in the field needs carrier for making easier and reducing lost in the field. Zeolite which has a high cation exchange capacity expected can be used as humic substance carrier. The research aims to determine the effect of humic substance with zeolite as carrier on oil palm production.

The research used 12 treatments from combination of 4 doses of humic substance: 0 liter/ ha (H0), 5 liter/ ha (H1), 10 liter/ ha (H2), 15 liter/ ha (H3), and 3 doses of zeolite as carrier. The treatments use: 0 kg zeolite/ liter humic substance (Z0), 10 kg zeolite/ liter humic substance (Z1), 20 kg zeolite/ liter humic substance (Z2). Each treatment is applied to 6 years old oil palm tree at Block No. 26 Afdeling I PTPN VIII, Cimulang, Bogor. The humic substance mixed with a size of 2-5 mm zeolite then applied to like soil around of palm tree. The observations were bunched number of bunches, and weight of measured every week during 6 months of observation.

The results showed that application of humic substance to increase the production by increasing the weight of bunches. The highest weight of bunches was obtained at H2Z2 with the production of 977.5 kg/ 9 trees, or equivalent as 32 tons/ha/years of fresh fruit bunches. The increasing percentage is 16% compare with control. Mean while the number of bunches from each tree by application humic substance was not increase. Using zeolite as carrier also give affect on production. The optimal dose of humic substance is 10 liter/ha with 20 kg zeolite as carrier/ liter humic substance.

Keywords: humic substance, oil palm production, fresh fruit bunches (FFB), zeolite.


(4)

1

PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DENGAN

CARRIER

ZEOLIT TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.)

DENISE FURI PRATIWI

A14063025

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Nama Mahasiswa : Denise Furi Pratiwi

Nomor Pokok : A14063025

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Dr. Ir. Dyah Tjahyandari S. MApplSc) (Dr. Ir. Suwardi, M.Agr)

NIP:19660622 199103 2 001 NIP:19630607 198703 1 003

Mengetahui, Ketua Departemen

(Dr. Ir. Syaiful Anwar, M. Sc.)

NIP:19621113 198703 1 003


(6)

1

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 24 Maret 1988 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Fuadi dan Retno Istantina. Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis berawal dari SD Negeri Cilandak Timur 03 pagi (1994 - 2000). Selepas Sekolah Dasar, penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 41 Jakarta (2000 - 2003) lalu SMA Negeri 49 Jakarta (2003 - 2006).

Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Penulis berkesempatan mendapat beasiswa dari PT. Bio Inti Agrindo. Selama kuliah di IPB penulis juga sempat menjadi asisten praktikum mata kuliah Survei Tanah dan Evaluasi Lahan serta mata kuliah Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Selain itu penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan kepanitiaan, diantaranya bendahara dalam kepanitiaan Soilidariti Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan IPB pada tahun 2008, dan anggota panitia dalam Seminar Nasional Soil and Mining 2008.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Penelitian ini berjudul “ Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)”. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini antara lain:

1. Dr. Ir. Dyah Tjahyandari S, Mappl. Sc, yang telah membimbing penulis selama menyeselesaikan study di Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan, dan membimbing selama penelitian ini berlangsung.

2. Dr. Ir. Suwardi, M.Agr, yang telah memberi ide, masukan, dan membantu penulis dalam membiayai seluruh kegiatan dalam penelitian ini sampai penelitian ini terselesaikan.

3. Dr. Ir. Budi Nugroho, M.Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam menyempurnakan penulisan skripsi ini. 4. Pak Fuad, Mama Ita, Pak Moko, Mama Ewi, Eyang Kakung,Adik-adikku,

dan seluruh keluarga Besar Sutopo atas segala kasih sayang, perhatian, dan doa untuk penulis yang telah dan akan selalu menjadi semangat dalam setiap langkah.

5. PT. Bio Inti Agrindo, yang telah memberikan beasiswa selama 2 tahun sehingga dapat memperlancar studi saya.

6. PT. Perkebunan Nusantara VIII, yang telah mengizinkan saya melaksanakan penelitian di Blok 26, Afdeling II, Cimulang.

7. Teman-teman dan segenap pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; Alan, Dhiko, Intan, Chico, Uli, Patra.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi setiap pembacanya.

Bogor, September 2011


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Kelapa Sawit ... ... ... 3

2.1.1. Taksonomi Kelapa Sawit ... 3

2.1.2. Syarat Tumbuh ... 4

2.1.3. Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit... 5

2.1.4. Pemupukan Kelapa Sawit ... 5

2.1.5. Perkembangan Luas Area dan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia ... 7

2.2. Bahan Humat ... 8

2.2.1. Karakteristik Bahan Humat ... 8

2.2.2. Peranan Bahan Humat ... 9

2.3. Zeolit ... 10

2.3.1. Definisi Zeolit ... 10

2.3.2. Sifat Fisik dan Kimia ... 11

2.3.3. Penggunaan di Bidang Pertanian ... 11

III.BAHAN DAN METODE ... .. 13

3.1. Tempat dan Waktu Penelititan.. ... 13

3.2. Metode Penelitian ... 14

3.2.1. Rancangan Percobaan.. ... 14

3.2.2. Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit pada Tanaman Kelapa Sawit.. ... 15

3.2.3. Pengamatan Jumlah Tandan dan Bobot Tandan.. ... 15


(9)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

4.1. Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan.. ... 17

4.2. Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Bobot Tandan.. ... 19

V. KESIMPULAN dan SARAN ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28


(10)

x

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Jenis dan Spesifikasi Pupuk Tunggal yang Direkomendasikan

oleh PPKS ... 7

2. Jumlah Tandan yang Dihasilkan Setiap Panen ... ……… 18

3. Bobot Tandan yang Dihasilkan Setiap Panen ... ……….20

4. Pengaruh Pemberian Bahan humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan, Bobot Tandan Rata-rata Bobot Tandan, dan Potensial Tandan Buah Segar Kelapa Sawit ... 21

5. Data Produksi Tahunan Blok 26 ... ……….23

6. Curah Hujan Lokasi Penelitian (mm) ... ……….23

7. Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat-sifat Kimia Tanah ... ……….25

Lampiran 1. Rincian Perlakuan ... ……… 32

2. Analisis Sidik Ragam Pemberian Perlakuan terhadap Jumlah Tandan ... …….32

3. Analisis Sidik Ragam Pemberian Perlakuan terhadap Bobot Tandan ... …….32

4. Analisis Sidik Ragam Pemberian Perlakuan terhadap Rata-rata Bobot Tandan ... …….33

5. Kriteria Penilaian Data Analisis Tanah ... …….33

6. Data Produksi Blok 26 . ……….34


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Diagram Alur Pemisahan Senyawa Humat Menjadi

Berbagai Fraksi Humat ... 9

2. Peta Lokasi Penelitian ... 13

3. Data Curah Hujan Lokasi Penelitian 2010 - 2011 ... 14

4. Proses Pencampuran Bahan Humat dan Zeolit ... 15

5. Pengukuran Dilakukan Berbarengan pada Saat Panen ... 16

6.   Hubungan Antara Pemberian Perlakuan dengan Rata-rata Bobot Tandan (RBT) dan Tandan Buah Segar (TBS) ... 19

7. Grafik Kandungan Nitrogen pada Tanaman setelah Diberi Perlakuan ... 24

Lampiran 1. Tanaman Setelah Diberi Perlakuan ... 52

2. Tanaman Setelah Diberi Perlakuan ... 52


(12)

1

I. PENDAHULUAN

2.1Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineesis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan di Indonesia sebagai sumber minyak nabati. Kelapa sawit dapat menghasilkan bahan-bahan dan produk-produk komersial yang dapat dimanfaatkan diantaranya minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Selain minyak, limbah kelapa sawit juga dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak dan pupuk serta bahan bakar alternatif. Dalam 10 tahun terakhir luas areal perkebunan kelapa sawit terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 8.7% per tahun dari hanya seluas 3 902 ribu ha pada 1999 meningkat menjadi 7 824 623 ha tahun 2010 (Petebang, 2011). Pengembangan perkebunan kelapa sawit terutama diarahkan pada areal di luar Pulau Jawa terutama Sumatera dan Kalimantan. Namun demikian produksi kelapa sawit Indonesia saat ini masih rendah sekitar 20 ton tandan buat segar (TBS)/ha/tahun dibandingkan Malaysia yang telah mencapai 28 ton/ha/tahun. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan produksi kelapa sawit.

Pengembangan kelapa sawit perlu didukung oleh pengolahan yang tepat terutaman aspek pemupukan agar produktivitasnya tetap normal. Kebutuhan hara tanaman kelapa sawit sangat beragam terutama sekali tergantung pada potensi produksi dan faktor iklim. Jumlah hara yang dibutuhkan tanaman harus ditambahkan terus menerus, tidak hanya dalam bentuk pupuk kimia tapi bahan organik pun perlu diberikan. Akibat dari sering diberikannya zat kimia ke dalam tanah, membuat bahan organik dalam tanah menjadi turun. Hal ini membuat tanah menjadi semakin masam dan keras akibat kerusakan struktur dan tidak berkembangnya sebagian besar mikroorganisme tanah sehingga produksi kelapa sawit turun.

Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit, diperlukan bahan pembenah tanah agar ketersediaan haranya meningkat sehingga dapat menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Salah satu bahan pembenah tanah adalah bahan humat yang diperoleh dari hasil ekstraksi bahan organik. Perbaikan kualitas tanah dengan bahan pembenah tanah bahan humat diharapkan dapat meningkatkan produksi


(13)

kelapa sawit. Bahan humat berfungsi sebagai bahan pembenah tanah yang terlibat dalam reaksi kompleks dan dapat mempengaruhi kesuburan tanah dengan mengubah kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah (Tan,1994). Perbaikan sifat-sfat tanah diharapkan dapat meningkatkan serapan unsur hara di dalam tanah. Untuk itu maka perbaikan sifat-sifat tanah dengan bahan ameliorasi diharapkan dapat meningkatkan produksi kelapa sawit.

Bahan humat umumnya diberikan dalam bentuk cair dan dalam jumlah yang kecil (beberapa liter/ha) sehingga dapat memudahkan pemberian di lapang diperlukan bahan carrier. Zeolit yang mempunyai KTK tinggi (120-180 meq/100g) karena zeolit memiliki pori-pori berukuran melekuler sehingga mampu memisahkan/menyaring molekul dengan ukuran tertentu, sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai carrier bahan humat. Zeolit memiliki sifat yang unik, diantaranya KTK tinggi, adsorben dan penyaring molekul, katalisator dan penukar ion. Penggunaan zeolit dalam penelitian ini diharapkan dapat memudahkan dalam aplikasi bahan humat sekaligus berfungsi sebagai carrier mengikat bahan humat dan melepasnya secara perlahan. Sehingga dapat mengatasi permasalahan rendahnya produksi kelapa sawit akibat rendahnya kadar bahan organik tanah, rendahnya daya jerap terhadap pupuk, dan rendahnya daya jerap tanah terhadap air.

1.2 Tujuan Penelitian

(1) Mempelajari pengaruh bahan humat dengan carrier zeolit terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit.

(2) Menghitung peningkatan produksi tanaman kelapa sawit akibat pemberian bahan humat dengan carrier zeolit.

(3) Untuk menetapkan dosis bahan humat yang tepat dan menetapkan jumlah carrier zeolit pada perkebunan kelapa sawit.


(14)

3

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

2.1.1 Taksonomi Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas andalan pertanian dalam negeri, karena memiliki andil sebagai pemasok devisa yang sangat besar. Industri ini bahkan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Pada tahun 2005, total devisa yang dihasilkan oleh kelapa sawit mencapai US$ 4.4 miliar atau 5 persen dari total ekspor Indonesia US$ 85.7 miliar. Perkembangan perkebunan kelapa sawit jauh melampaui komoditas lain seperti karet, teh, kelapa atau kopi, luas lahan kelapa sawit pun lebih dominan dari komoditas lain.

Dari segi pemanfaatannya, kelapa sawit dapat diolah berbagai produk. Mulai dari daging buah, biji, tandan kosong dan batangnya dapat dimanfaatkan. Komoditas minyak sawit memiliki berbagai kegunaan baik untuk industri pangan maupun non pangan. Namun demikian, perkembangan diversivikasi produk kelapa sawit lebih cenderung ke arah pengembangan produk pangan (sekitar 90 persen) dan sisanya produk-produk non pangan berupa produk sabun dan oleokimia (sekitar 10 persen). Dalam hal pangan sebagian besar minyak sawit digunakan untuk pembuatan minyak goreng, dan sebagian untuk pembuatan margarin/shortening (Hariyadi, 2003)

Nama latin kelapa sawit, Elaeis guineensis Jacq. Berasal dari kata Elaion yang berarti minyak dalam bahasa Yunani, dan Guineensis berasal dari Guinea (pantai Barat Afrika), dan Jacq. Berasal dari nama Botanist Amerika Jacquin.

Taksonomi dari tanaman kelapa sawit (Lubis, 1992) adalah : Divisi : Tracheophyita

Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermeae

Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Cocoideae

Famili : Palmae

Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis


(15)

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Berdasarkan dari warna buahnya spesies Elaeis guineensis Jaq. dikenal varietas-varietas :

Nigrescens, yaitu buahnya berwarna violet sampai hitam waktu muda dan merah-kuning (orange) sesudah matang.

Virescens, yaitu buahnya berwarna hijau waktu muda dan sesudah matang berwarna merah-kuning (orange)

Albescens, yaitu buah muda berwarna kuning pucat, tembus cahaya karena mengandung sedikit karotein.

2.1.2 Syarat Tumbuh

Secara umum, kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah-tanah Ultisol, Entisol, Inceptisol, Andisol, dan Histosol (Buana et al, 2000), sedangkan menurut Lubis (1992), kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah Podsolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu (HK), Regosol, Andosol, Organosol, dan Aluvial. Setiap jenis tanah tersebut memiliki kesuburan tanah yang berbeda-beda, sehingga pelaksanaan pemupukan pada setiap jenis tanah berbeda. Sifat fisik dan kimia tanah yang terbaik untuk kelapa sawit :

‐ Solum tebal ≥ 80 cm. Solum yang tebal merupakan media yang terbaik bagi perkembangan akar sehingga efisien penyerapan hara tanaman akan lebih baik.

‐ Tekstur ringan, hendaknya memiliki pasir 20-60%, debu 10 - 40%, liat 20 – 50%.

‐ Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.

‐ pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4.0 – 6.0, namun yang terbaik adalah 5. 0 – 5. 5

‐ Kandungan unsur hara tinggi ‐ C/N mendekati 10

‐ Magnesium dapat dipertukarkan berkisar 4.0 – 1.0 me/100g ‐ Kalium dapat dipertukarkan berkisar 0.15 – 0.20 me/100g


(16)

5

2.1.3 Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-14 bulan dan panen yang menguntungkan secara ekonomis mulai saat tanaman berumur 2,5 tahun. Tanaman kelapa sawit akan berproduksi optimal jika dipelihara dengan baik. Pemeliharaan pada tanaman menghasilkan (TM) meliputi pengendalian gulma, pengawetan tanah dan air, pemupukan, serta pemeliharaan jalan (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).

Gulma merupakan pesaing bagi tanaman kelapa sawit dalam penyerapan unsur hara, air, dan cahaya matahari. Pengendalian gulma perlu dilaksanakan di piringan pohon, jalan pikul, dan di gawangan. Areal yang didominasi oleh gulma yang berbahaya atau pesaing berat seperti sembung rambat (Mikania micrantha), alang-alang (Imperata cylindrica), dan Asystasia coromandeliana dapat menurunkan produksi sampai 20% (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).

Sistem pengawetan tanah yang telah dibangun pada masa TBM perlu mendapat perawatan pada masa TM. Teras kontur, tapal kuda, dan benteng penahan erosi dibangun pada saat persiapan lahan. Teras kontur dan tapal kuda dirawat setiap 3 tahun sekali dengan tetap mempertahankan sudut kemiringan 8 – 10o, jika dijumpai ada benteng yang rusak maka perbaikan perlu dilaksanakan (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).

Jalan utama dirawat 1 kali setiap 6 bulan dengan pengerasan, kemudian di grader dan dipadatkan dengan compactor sebanyak 4 – 6 kali putaran. Jalan produksi dan jalan kontrol juga harus di grader dan dipadatkan, dengan tenaga manusia rotasi perawatan dilaksanakan 1 kali sebulan. Perawatan parit yaitu mendalamkan dan mencuci agar dilaksanakan setiap 6 bulan sekali. Mendalamkan parit dikerjakan sampai dasar parit semula dilaksanakan dari hilir ke hulu begitu juga mencuci parit dilaksanakan dari hilir ke hulu (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).

2.1.4 Pemupukan Kelapa Sawit

Pemupukan tanaman kelapa sawit merupakan salah satu investasi penting dalam pengusahaan tanaman kelapa sawit guna pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) yang setinggi-tingginya dan ekonomis.


(17)

Menurut Riwandi (2002), tanaman kelapa sawit membutuhkan pupuk N, P dan K yang sangat banyak sehingga diperlukan takaran pupuk yang tepat dan optimal. Kebutuhan pupuk untuk setiap lokasi berbeda-beda tergantung dari kondisi lokasi tersebut. Secara umum terdapat dosis optimal untuk pemupukan tanaman kelapa sawit.

Poeloengan (2003) menyatakan bahwa pemupukan dalam suatu usaha perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu usaha perawatan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan potensi produksi. Kebutuhan pupuk per hektar di perkebunan kelapa sawit kurang lebih 24% dari total biaya produksi atau sekitar 40-60% dari total biaya pemeliharaan. Berikut ini akan disajikan spesifikasi umum pemupukan untuk tanaman kelapa sawit (PPKS, 1997).

Tabel 1. Jenis dan Spesifikasi Pupuk Tunggal yang Direkomendasikan oleh PPKS

Hara Pupuk Spesifikasi

N Urea 46% N

ZA 21% N, 23% S

P SP-36 P2 O5 (total) : 36%

P2 O5 (larut dalam asam sitrat 2%) : 34% S : 5%

Rock Phospate (RP)* * SNI kualitas A

P2 O5 (total) : min 28%

P2 O5 (larut dalam asam sitrat 2%) : min 8%

Ca+ Mg (setara CaO) min 40%

Al2O3 + Fe2O3 : maks 3% Kadar air : maks 3%

Kehalusan (lolos saringan 80 mesh) : min 50% Kehalusan (lolos saringan 25 mesh) : min 80%

K MOP (KCl) K2O : 60%

Mg Kieserit MgO :26% ; S :21%

Dolomit MgO :min 18%

CaO: min 30%

Al2O3 + Fe2O3 : maks 3% SiO2 : maks 5%

Kadar air : maks 5% Ni : maks 5 ppm

Kehalusan (lolos saringan 100 mesh) Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 1997

Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005), pemupukan pada tanaman kelapa sawit tidak mengikuti formula pemupukan yang umum. Jenis tanah, tingkat kesuburan, sifat kimia dan fisika tanah, faktor iklim dan lain-lain bervariasi antar lokasi tanaman yang satu dengan yang lain, sehingga formula pupuknya akan


(18)

7

berbeda-beda dan bersifat spesifik untuk tiap lokasi. Disamping itu potensi genetik, umur tanaman dan cara kultur teknik yang diterapkan juga turut mempengaruhi jenis dan dosis pupuk untuk suatu periode tertentu.

2.1.5 Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Indonesia

Perkembangan areal pertanaman kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang pesat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1980 areal pertanaman kelapa sawit mencapai 294 560 hektar dengan total produksi sebesar 721 172 ton minyak sawit. Kemudian tahun 1990 meningkat menjadi 1 126 677 hektar dengan total produksi sebesar 2 412 612 ton minyak sawit dan sampai tahun 2000 terus meningkat menjadi 3 174 726 hektar dengan total produksi sebesar 7 001 000 ton. Bahkan Indonesia menjadi Negara produsen kelapa sawit terbesar dengan luas areal 7.07 juta hektar dan produksi CPO mencapai 18.46 juta ton pada tahun 2009 dengan rincian adalah sebagai berikut 2 565 000 hektar merupakan perkebunan rakyat (PR) dengan produksi 5 085 000 ton minyak sawit, 687 000 hektar merupakan perkebunan besar Negara (PBN) dengan produksi sebesar 2 314 000 ton minyak sawit, serta 3 358 000 hektar perkebunan besar swasta (PBS) dengan produksi sebesar 8 990 000 ton minyak sawit (Direktorat Jendral Perkebunan, 2009).

2.2 Bahan Humat

Humus merupakan hasil perombakan bahan organik yang memegang peranan penting pada sifat tanah. Humus merupakan suatu campuran kompleks yang relatif resisten, bersifat koloidal dan berasal dari dekomposisi dan sintesis mikroba serta mempunyai sifat fisik yang sangat berpengaruh terhadap tanah dan tumbuhan (Brady, 1990). Kononova (1966) mengelompokkan humus menjadi 2 bagian. Kelompok pertama merupakan senyawa benar-benar humus, meliputi humat, fulvat, hamatomelanat dan humin. Kelompok kedua merupakan hasil dekomposisi lanjutan sisa-sisa bahan organik yang bersifat protein, kerbohidrat, lignin dan lemak.


(19)

2.2.1 Karakteristik Bahan Humat

Tan (1993) menggolongkan fraksi humat ke dalam (1) asam humat, yakni fraksi yang larut dalam basa, tidak larut dalam asam dan alkohol; (2) asam fulvat, merupakan fraksi yang larut dalam air; dan (3) humat, yakni bagian yang tidak larut dan inert. Senyawa ini bersifat amorf, berwarna kuning sampai coklat hitam dan memiliki molekul tinggi. Bahan humat dikenal juga sebagai ulmat, sementara humin dikenal juga sebagai ulmin, untuk asam krenat dan apokrenat dikenal sebagai asam fulvat.

Senyawa humat terdiri atas senyawa makromolekul aromatik kompleks asam amino, peptida, termasuk juga ikatan antar kelompok aromatik yang juga terdiri atas fenolik OH bebas, struktur quinon, nitrogen dan oksigen pada cincin aromatik. Kandungan bahan humat tanah yaitu C, H, N, O, S dan P serta unsur lain seperti Na, K, Mg, Mn, Fe dan Al. Mekanisme pembentukan asm humat diperlihatkan pada Gambar 1. Arsiati (2002) menambahkan kandungan bahan humat yaitu 56.2% C, 35.5% O, 47% H, 3.2% N dan 0.8% S. Prosedur yang paling umum untuk ekstraksi asma humat ditunjukkan pada Gambar 1.


(20)

9

dengan asam 

disesuaikan ke pH 4.8

dengan alkali

dengan alkohol

dengan garam netral 

Gambar 1. Diagram Alur Pemisahan Senyawa Humat Menjadi Berbagai Fraksi Humat (Tan, 1993)

2.2.2 Peranan Bahan Humat

Bahan humat berpengaruh langsung pada pertumbuhan tanaman, diantaranya meningkatnya penyerapan air, mempercepat perkecambahan benih, merangsang pertumbuhan akar, mempercepat pertumbuhan tunas dan akar tanaman jika diberikan dalam jumlah yang tepat (Brady and Weil, 2002). Pemberian asam humat terhadap semaian padi berpengaruh pada pertumbuhan tinggi dan panjang akar semaian tanaman padi. Penggunaan asam humat dengan konsentrasi tinggi dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Lestari, 2006).

Pembentukan kompleks metal-organik memegang peranan penting dalam mengontrol konsentrasi dan jumlah logam-logam berat dalam tanah. Dengan pembentukan kompleks, kadar suatu logam berat dapat diturunkan hingga ke taraf non toksik (Stevenson, 1982). Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah

Bahan organik tanah 

Bahan humat (larut)  Humin + Bahan bukan humat  

(tidak larut) 

Asam fulvat (larut)  Bahan humat (tidak larut) 

Asam fulvat  

     (larut) 

Bahan humat  

 (tidak larut) 

   Humus β   (tidak larut) 

Asam himatomelanik 

(larut) 

Humat coklat  

      (larut) 

Humus kelabu  


(21)

dilakukan oleh Wardani (2002), yang mengemukakan bahwa asam humat nyata menurunkan 8 kadar timbal (Pb) tersedia dalam tanah, sehingga mampu meningkatkan bobot kering tanaman dan menurunkan serapan timbal oleh tanaman.

Senyawa humat bersamaan dengan liat memiliki peranan yang penting dalam sejumlah reaksi di dalam tanah dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Asam humat dapat digunakan sebagai pupuk, bahan amelioran dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung senyawa ini memberikan pengaruh yang sangat menguntungkan terhadap perkembangan tanaman baik secara fisika, kimia, maupun biologi tanah (Tan, 1993).

Menurut Schnitzer (1978), satu dari karakteristik yang paling khas dari senyawa humat adalah kemampuannya untuk berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidroksida, mineral, dan organik, termasuk zat pencemar beracun lainnya. Sejumlah senyawa organik dalam tanah mampu mengikat ion-ion logam yang berlebih, sehingga jumlahnya menjadi lebih sedikit dalam larutan tanah sebagaimana dibutuhkan oleh tanaman. Disamping itu, khelat logam-organik (organo-metal) yang terbentuk memiliki sifat tidak larut. Fenomena ini sangat penting dalam menjaga kualitas lingkungan, dengan mengurangi bahaya toksisitas logam berat terhadap tanaman, ternak, dan manusia (Orlov,1985).

Selain berperan dalam memperbaiki sifat kimia tanah, dari segi fisik humus atau senyawa humat mempunyai peranan penting dalam meningkatkan agregasi tanah karena dapat memperbaiki aerasi dan perkolasi serta merangsang pembentukan struktur tanah yang baik dan mudah diolah. Humus atau senyawa humat dari bahan organik dapat berinteraksi dengan partikel tanah, membentuk granulasi menjadi pengikat antar partikel tanah, sehingga dapat mengurangi terjadinya dispersi butir tanah.

2.3 Zeolit

2.3.1 Definisi Zeolit

Zeolit merupakan mineral kristalin dari kelompok tektosilikat, yaitu alumino-silikat dengan kation alkali tanah seperti kalium, natrium, kalsium dan


(22)

11

magnesium yang mengisi ronga-ronga kerangka alumino-silikat dan mempunyai struktur tiga dimensi. Susunan strukturnya adalah (Si,Al)O4 tetrahedral , memiliki pori yang berisi molekul air dan kation yang dapat dipertukarkan. Zeolit dicirikan oleh kemampuannya menyerap dan mengeluarkan air serta menukarkan bagian kationnya tanpa mengubah struktur kristalnya (Mumpton, 1977).

2.3.2 Sifat Fisik dan Kimia

Sifat fisik zeolit antara lain kerapatan isi, warna, kadar air, volume, rongga, dan kekerasan. Kerapatan isi zeolit berkisar 1.9-2.4 g/cm3, bobot isi sangat erat kaitannya dengan volume rongga dalam zeolit. Volume rongga berkisar 20-50% dari volume zeolit (Suwardi, 1997).

Dari hasil beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan zeolit alam dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, seperti (1) menaikkan KTK tanah, (2) menurunkan keasaman tanah, (3) menaikkan kadar Ca2+ dan K4, (4) menurunkan kandungan Al dan (5) mampu menyerap air untuk mempertahankan kelembaban tanah (Husaini, 1998)

Menurut Winarna dan Sutarta (2005), zeolit memiliki pori berukuran 2A-12A (A=Angstrom) dan dapat terisi molekul air dengan volume 20-30% dari total voulme mineral zeolit. Keadaan ini menyebabkan zeolit mudah menahan air dan melepaskannya pada proses timbal balik adsorbsi dan dehidrasi. Di samping itu, zeolit memiliki muatan listrik negatif baik di permukan maupun dalam porinya dan umumnya memiliki nilai KTK berkisar 115-150 me/100g (bahkan dapat mencapai 545me/100g ), sehingga dapat berperan sebagai penukar kation (khusunya kation yang berdiameter lebih kecil dari pori zeolit), pengadsorbsi dan sebagai katalis. Luas permukaan zeolit diperkirakan 900 m2/g

2.3.3 Penggunaan di Bidang Pertanian

Pemberian zeolit pada tanaman padi menurut Suwardi (2002) dapat berpengaruh pada lambatnya pertumbuhan vegetatif padi, tetapi pada pertumbuhan padi menunjukan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik dan mempunyai jumlah anakan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian zeoilt.


(23)

Suwardi (2002) menyatakan bahwa zeolit tidak banyak mengandung unsur hara kecuali kalium. Oleh karena itu, agar memberikan hasil lebih besar, zeolit perlu diberikan dalam bentuk campuran dengan bahan lain. Pernyataan ini memperkuat penelitian Suwardi (1998) yang menyatakan bahwa pencampuran zeolit dengan pupuk nitrogen dan kemudian dibuat bentuk tablet tebukti dapat meningkatkan produksi padi.


(24)

13

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2011 pada tanaman kelapa sawit berumur 6 tahun di Blok 26, Afdeling 1 PTPN VIII perkebunan kelapa sawit di Cimulang, Bogor. Perkebunan tersebut terletak di Desa Cindali, Kecamatan Ranca Bungur, Kabupaten Bogor (Gambar 2). Jarak tempuh lokasi penelitian dapat dijangkau ± 20menit dengan menggunakan kendaraan bermotor, atau setara dengan ± 45menit dengan menggunakan angkutan umum dari Kampus IPB Dramaga.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

Bahan induk dari tanah tersebut diduga berasal dari abu volkan yang dihasilkan oleh Gunung Salak, dengan curah hujan yang sangat tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari Gambar 3 berikut ini.


(25)

Gambar 3. Data Curah Hujan Lokasi Penelitian 2010-2011 (Sumber: Sub Afdeling Cimulang, PTPN VIII)

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Rancangan Percobaan

Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menentukan lokasi yang akan digunakan sebagai tempat penelitian. Lokasi penelitian ini berada di Blok 26, Afedeling II, Kebun Cimulang, PT. Perkebunan Nusantara VIII. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan 12 perlakuan dari kombinasi 4 dosis bahan humat (0 liter/ha (H0), 5 liter/ha (H1), 10 liter/ha (H2), dan 15 liter/ha (H3) dan 3 dosis zeolit sebagai carrier: 0 kg zeolit/liter bahan humat (Z0), 10 kg zeolit/liter bahan humat (Z1), 20 kg zeolit/liter bahan humat (Z2) (Tabel Lampiran 1). Setiap perlakuan diulang tiga kali, sehingga tanaman yang diberikan perlakuan berjumlah 108 tanaman.

Model matematika yang digunakan dalam rancangan ini adalah : Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

dimana Yijk adalah nilai pengamatan pada faktor bahan humat taraf ke-i, faktor zeolit taraf ke-j dan ulangan ke k, (μ, αi, βj) merupakan komponen aditif dari rataan, pengaruh utama faktor bahan humat dan pengaruh utama faktor zeolit, (αβ)ij merupakan komponen interaksi dari faktor bahan humat


(26)

15

dan faktor zeolit sedangkan εijk merupakan pengaruh acak yang menyebar normal.

3.2.2Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit pada Tanaman

Bahan humat yang digunakan berbentuk cair dan diberikan sesuai dengan perbandingan dalam perlakuan, lalu dicampurkan dengan zeolit dalam bentuk butir ukuran 2-5 mm. Pencampuran tersebut dilakukan secara manual, dengan mencampurkan bahan humat dan zeolit sesuai dengan dosis yang telah ditentukan sampai kedua bahan tersebut tercampur menjadi satu (Gambar 4). Setelah bahan-bahan siap, pemberian bahan humat dengan carrier zeolit dilakukan dengan cara menabur bahan tersebut secara merata di dalam piringan tanaman kelapa sawit.

Gambar 4. Proses Pencampuran Bahan Humat dan Zeolit

3.2.3 Pengamatan Jumlah Tandan dan Bobot Tandan

Pada penelitian ini, data yang tersaji merupakan data yang didapat selama 6 bulan, dengan rotasi panen 1 minggu sekali. Rotasi panen adalah selang waktu antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada satu ancak panen. Sistem ancak panen tergantung pada keadaan topografi lahan dan ketersediaan tenaga kerja (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).

Jumlah tanaman kelapa sawit setiap perlakuan ada 9 pohon dengan jarak tanam 9m x 9m x 9m sehingga jumlah total kelapa sawit ada 12 x 9 pohon atau 108 pohon. Pemanenan sawit di blok 26 Afdeling II, PTPN VIII dilakukan setiap 6 hari sekali. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah tandan


(27)

dan bobot buah setiap tandan yang diukur setiap minggu selama 6 bulan. Produksi dihitung berdasarkan jumlah tandan dan bobot tandan dalam satu tahun.

Jumlah tandan merupakan banyaknya tandan yang didapat setiap panen. Sedangkan bobot tandan adalah bobot dari setiap tandan yang dipanen. Bobot tandan dihitung pada setiap kali panen dengan cara ditimbang, diamati, lalu dicatat (Gambar 5).

Gambar 5. Pengukuran Dilakukan Berbarengan pada Saat Panen.

3.2.4 Cara Menghitung Potensial Tandan Buah Segar

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan software Microsoft Excel. Data yang didapat dalam penelitian ini dihitung berdasarkan cara hitung yang digunakan pada perusahaan. Cara tersebut adalah sebagai berikut:

Rata-rata tandan /hari = ∑ tandan / banyak pengamatan

*misal H2Z0 = 75 /22

= 3.41 tandan/hari ….(1)

Akp (Angka Kerapatan panen) = (1) /jumlah sampel

= 3.41 /9

= 0.378 …..(2)

Potensi TBS = (2) x RBT x Pohon/ha x rotasi panen (1 tahun)

= 0.38 x 10 x 135 x 48


(28)

17

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan

Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan yang dihasilkan oleh kelapa sawit (Tabel Lampiran 2), dan pada Tabel 2 juga tidak terlihat adanya suatu trend yang diakibatkan oleh pemberian bahan humat dengan carrier zeolit. Jumlah tandan paling rendah dihasilkan oleh tanaman yang diberi perlakuan H2Z1 dengan jumlah tandan 61 buah, sedangkan jumlah tandan paling tinggi dihasilkan dari tanaman yang diberi perlakuan H0Z2 yaitu 100 buah.

Banyaknya tandan yang dipanen setiap minggu antara 30 – 50 tandan dari 108 pohon yang digunakan sebagai sampel (Tabel Lampiran 7). Banyaknya tandan yang dihasilkan ini bervariasi setiap panen, dikarenakan matang atau tidaknya tandan tersebut (Gambar Lampiran 1 dan 2). Parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang panen adalah perubahan warna dan membrodolnya buah dari tandan. Proses perubahan warna yang terjadi pada tandan adalah dari hijau ke kehitaman kemudian berubah menjadi merah mengkilat atau orange (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006).

Jumlah tandan yang didapatkan dalam penelitian ini baik yang diberi perlakuan ataupun tidak, masih dibawah jumlah tandan maksimum yang dapat dihasilkan oleh kelapa sawit (Tabel 2). Pada umumnya jumlah maksimum tandan tersebut sama dengan jumlah pelepah, walaupun tidak setiap pelepah menghasilkan buah. Tanaman kelapa sawit menghasilkan 2 pelepah perbulan (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 1997). Dengan demikian dalam 6 bulan kelapa sawit berpotensi menghasilkan 12 tandan atau setara dengan 24 tandan/tahun. Hal tersebut tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi, diantaranya nutrisi dalam tanah, iklim, dan manajemen pemeliharaan. Apabila nutrisi yang tersedia dalam tanah memadai dan iklim dari areal perkebunan baik, serta ditunjang dengan menejemen yang baik maka memungkinkan kelapa sawit menghasilkan jumlah tandan yang optimum.


(29)

Tabel 2. Jumlah Tandan yang Dihasilkan Setiap Panen

Perlakuan Panen ke- Jumlah Tandan

(buah/9 pohon)

Rata-rata Tandan/ Pohon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

H0Z0 0 2 5 4 1 4 2 4 1 3 4 4 3 4 5 4 4 9 6 4 1 1 75 8

H0Z1 1 3 3 2 2 3 4 4 2 7 5 7 3 2 6 8 3 2 5 5 3 2 82 9

H0Z2 0 2 6 6 3 7 6 8 5 8 7 5 6 5 3 5 2 1 5 4 3 3 100 11

H1Z0 0 2 1 1 1 5 3 4 5 5 6 3 3 4 4 4 4 3 4 5 3 4 74 8

H1Z1 0 1 2 1 1 4 3 3 1 4 3 4 4 5 4 2 4 3 4 7 6 5 71 8

H1Z2 2 3 5 0 3 5 4 1 1 5 6 2 3 4 4 3 4 4 4 4 5 4 76 8

H2Z0 1 1 0 1 0 0 5 5 6 7 6 6 3 5 4 3 5 3 2 3 3 5 74 8

H2Z1 0 4 1 1 1 0 2 2 2 3 5 3 3 6 2 1 5 4 2 4 3 7 61 7

H2Z2 0 5 3 6 5 4 4 5 3 2 5 1 2 6 2 4 7 6 3 7 5 4 89 10

H3Z0 1 1 3 3 4 3 6 2 5 4 5 4 1 4 0 0 6 2 0 2 8 4 68 8

H3Z1 0 0 2 1 1 1 5 4 6 4 6 4 2 4 6 2 2 2 4 4 4 3 67 7

H3Z2 0 2 2 3 5 1 4 5 2 3 2 4 3 6 1 2 1 4 3 6 3 4 66 7

Ket:

• H0: 0 liter bahan humat/ ha; H1: 5 liter/ha; H2: 10 liter/ha; H3: 15 liter/ha;

Z0: 0 kg zeolit/liter bahan humat; Z1: 10 kg zeolit/liter bahan humat; Z2: 20 kg zeolit/liter bahan humat • 1 ha : 130 pohon

• Penelitian dilakukan selama 6 bulan • Panen dilakukan setiap seminggu sekali


(30)

19

4.2 Pengaruh Pemberian Bahan humat dengan Carrier Zeolit terhadap Bobot Tandan

Parameter kedua yang diamati dalam perlakuan ini adalah bobot tandan kelapa sawit. Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit juga tidak memberikan pengaruh yang cukup nyata terhadap bobot tandan (Tabel Lampiran 4), namun pada Table 3 dapat dilihat bahwa bobot tandan pada tanaman yang diberi perlakuan terlihat menunjukkan kecenderungan peningkatan, terutama pada tanaman yang diberi perlakuan H2. Pada perlakuan H2Z2, bobot tandan tanaman mencapai nilai tertinggi, sebesar 977.5 kg/9 pohon atau setara dengan tandan buah segar (TBS) 32.0 ton/ha/tahun. Nilai ini mengalami rata-rata peningkatan sebesar 30% dibandingkan dengan kontrol (Tabel 4).  

Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit juga tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata bobot tandan (RBT), namun berdasarkan Tabel 4, pemberian bahan humat dengan carrier zeolit cenderung meningkatkan rata-rata bobot tandan (RBT). Pola fluktuasi rata-rata bobot tandan tidak sama dengan pola fluktuasi tandan buah segar (Gambar 6). Rata-rata bobot tandan adalah nilai bobot tandan dibagi dengan jumlah tandan. Perlakuan H1 dan H2 memberikan rata-rata bobot tandan yang sama yaitu 11.8 kg sedangkan perlakuan H0 menghasilkan tanaman dengan nilai RBT paling rendah yaitu 9.6 kg.

Gambar 6. Hubungan Antara Pemberian Perlakuan dengan Rata-rata Bobot Tandan (RBT) dan Tandan Buah Segar (TBS)


(31)

Tabel 3. Bobot Tandan yang Dihasilkan Setiap Panen

Ket:

• H0: 0 liter bahan humat/ ha; H1: 5 liter/ha; H2: 10 liter/ha; H3: 15 liter/ha;

Z0: 0 kg zeolit/liter bahan humat; Z1: 10 kg zeolit/liter bahan humat; Z2: 20 kg zeolit/liter bahan humat • 1 ha : 130 pohon

• Penelitian dilakukan selama 6 bulan • Panen dilakukan setiap seminggu sekali

Perlakuan Panen ke-

Bobot Tandan (kg/(pohon) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

H0Z0 0.0 17.5 32.5 46.0 10.50 44.0 21.0 30.5 9.5 25.0 51.5 41.5 33.0 47.5 59.0 33.5 38.0 86.0 55.0 41.5 13.0 15.0 751.0

H0Z1 12.5 32.0 30.0 17.5 25.50 34.5 39.0 40.5 20.0 57.0 51.5 71.0 25.5 21.0 62.0 76.5 32.0 24.5 43.0 56.0 21.5 19.5 812.5

HOZ2 0.0 16.0 52.5 58.0 33.00 63.0 51.0 70.5 49.0 70.0 73.5 55.5 55.5 37.0 31.0 40.0 17.0 13.5 35.5 32.0 22.0 22.0 897.5

H1Z0 0.0 29.5 13.0 16.0 16.00 49.5 51.0 58.5 43.0 52.0 63.0 29.5 35.5 49.0 49.0 41.0 48.5 27.5 58.5 78.0 29.0 44.0 881.0

H1Z1 0.0 12.5 10.5 9.0 11.50 54.0 20.0 27.0 10.5 33.5 23.5 43.5 67.5 65.0 54.0 23.5 52.0 33.5 47.0 97.0 77.0 54.5 826.5

H1Z2 26.2 29.0 53.5 0.0 41.00 55.0 53.0 11.0 11.5 48.0 72.0 27.5 43.5 51.0 52.0 48.0 46.0 44.5 34.5 46.0 71.0 45.0 909.2

H2Z0 12.0 15.0 0.0 14.5 0.00 0.0 56.0 50.0 70.5 91.5 79.5 78.5 35.5 67.5 58.0 41.5 66.5 34.5 21.5 36.0 37.0 48.5 914.0

H2Z1 0.0 56.0 12.5 18.5 10.00 0.0 24.0 26.5 23.0 33.5 64.0 23.0 39.0 78.0 31.0 15.0 68.0 45.0 14.0 55.0 36.0 58.0 730.0

H2Z2 0.0 41.5 33.0 53.0 52.00 44.0 47.0 54.5 30.0 26.0 58.5 9.5 18.5 76.0 22.0 57.0 83.0 54.5 27.0 71.0 71.0 48.5 977.5

H3Z0 14.0 12.5 31.5 31.0 40.50 23.5 55.5 21.5 46.5 44.5 52.5 41.0 10.5 37.0 0.0 0.0 56.0 24.5 0.0 19.0 71.5 47.0 680.0

H3Z1 0.0 0.0 18.5 13.5 7.50 17.5 56.0 37.5 77.5 49.0 67.5 52.0 25.5 41.0 64.0 17.5 20.5 22.5 53.0 43.0 44.5 36.0 764.0


(32)

21

Tabel 4. Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap

Jumlah Tandan, Bobot Tandan, Rata-rata Bobot Tandan, dan Potensial Tandan Buah Segar Kelapa Sawit

Perlakuan Jumlah Tandan (Buah/9 pohon) Bobot Tandan (kg/9 pohon) Rata-rata Bobot Tandan (kg) Potensial Tandan Buah Segar (ton/ha/tahun) Presentase Peningkatan TBS (%)

H0Z0 75a 751.0a 10.0a 24.6 100

H0Z1 82a 812.5a 9.9a 26.6 108

H0Z2 100a 897.5a 9.0a 29.4 120

H1Z0 74a 881.0a 11.9a 28.8 117

H1Z1 71a 826.5a 11.6a 27.0 110

H1Z2 76a 909.2a 12.0a 29.8 121

H2Z0 74a 914.0a 12.4a 29.9 122

H2Z1 61a 730.0a 12.0a 23.9 97

H2Z2 89a 977.5a 11.0a 32.0 130

H3Z0 68a 680.0a 10.0a 22.3 91

H3Z1 67a 764.0a 11.4a 25.0 102

H3Z2 66a 769.5a 11.7a 25.2 102

Rata-rata H0 86 820.3 9.6 26.8 109

Rata-rata H1 74 872.2 11.8 28.5 116

Rata-rata H2 75 873.8 11.8 28.6 116

Rata-rata H3 67 737.8 11.0 24.1 98

Ket: - H0: 0 liter bahan humat/ ha; H1: 5 liter/ha; H2: 10 liter/ha; H3: 15 liter/ha; Z0: 0 kg zeolit/liter bahan humat; Z1: 10 kg zeolit/liter bahan humat; Z2: 20 kg zeolit/liter bahan humat

‐ Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda

nyata berdasarkan uji sidik ragam α 5%

Arisinda (2011) melakukan penelitian mengenai pemupukan dan bahan humat terhadap kelapa sawit yang terdiri dari lima perlakuan yaitu : P1 merupakan pemupukan standard PPKS (kontrol), P2 merupakan 50% dosis pemupukan standard PPKS dan bahan humat 100 ml/pohon, P3 merupakan pemupukan berdasarkan hasil analisa tanah laboratorium IPB dan bahan humat 100 ml/pohon, P4 merupakan pemupukan berdasarkan hasil analisa tanah laboratorium IPB, bahan humat 50 ml/pohon, dan plant catalyst 2006 dengan dosis 50 gr/pohon, dan P5 merupakan 50% dosis pemupukan berdasarkan hasil analisa tanah laboratorium IPB dan bahan humat 100 ml/pohon. Rekomendasi dosis pemupukan tersebut diformulasikan berdasarkan beberapa faktor seperti produksi TBS, umur tanaman, status nutrisi tanaman (analisis daun dan observasi lapangan), sejarah pemupukan, kesuburan tanah, data curah hujan, dan hasil


(33)

percobaan pupuk. Faktor-faktor tersebut harus dianalisis dengan cermat untuk menjamin produksi TBS maksimal (Pahan, 2008).

Hasil penelitian Arisinda (2011) menunjukkan bahwa perlakuan yang paling banyak berpengaruh pada faktor produksi di Kebun Rimbo Satu dan Kebun Rimbo Dua adalah perlakuan P5, dengan peningkatan peresentase tandan buah segar per blok sampel antara 83.08-150.28% untuk Kebun Rimbo Satu dan 94.87-150.53% untuk Kebun Rimbo Dua. Sedangkan perlakuan yang paling banyak berpengaruh pada faktor produksi di Kebun Batanghari adalah perlakuan P3 dengan peningkatan persentase antara 81.03-138.92% per blok sampel. Hasil dari keseluruhan kebun menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk dan bahan humat memiliki pengaruh yang berbeda-beda pada setiap blok, bergantung pada kondisi lokasi tanam dan umur kelapa sawit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) bahwa pemupukan pada tanaman kelapa sawit tidak mengikuti formula pemupukan yang umum. Jenis tanah, tingkat kesuburan dan faktor iklim bervariasi antar lokasi tanaman yang satu dengan yang lain, sehingga formula pupuknya akan berbeda-beda dan bersifat spesifik untuk tiap lokasi. Di samping itu potensi genetik, umur tanaman dan cara kultur teknik yang diterapkan juga turut mempengaruhi jenis dan dosis pupuk untuk suatu periode tertentu.

Produktivitas tanaman dipengaruhi umur tanaman. Tanaman tua berumur lebih dari 15 tahun memiliki tandan yang lebih berat dibandingkan dengan tanaman yang muda. Di atas 10 tahun berat tandan rata-rata sama untuk setiap tahun. Aplikasi pupuk di lapangan harus dijamin tepat dosis. Semua pupuk harus diaplikasi dengan menggunakan takaran yang telah dibakukan. Setiap pohon harus mendapatkan pupuk sesuai dosis yang direkomendasikan agar pertumbuhan kelapa sawit baik dan seragam (Pahan, 2008).

Tanaman kelapa sawit adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat dan jagur serta menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan kondisi lingkungan tertentu. Menurut Hoffer dan Krants (1941), produksi erat hubungannya dengan keberadaan unsur hara yang tersedia. Kemampuan tanaman untuk mengabsorbsi unsur hara sangat ditentukan oleh faktor iklim dan faktor edafik. Hal yang sama juga disampaikan Geus (1967) yang


(34)

23

menyatakan bahwa, produksi ditentukan oleh 3 faktor, yaitu potensi tanaman itu sendiri yang bersifat genetis, iklim dan tanah, dan pemupukan yang tepat. Sehubungan dengan itu tanaman akan memberikan respon yang berbeda sebagai akibat dari perbedaan lingkungan, walaupun tingkat kesuburan tanah dan potensi genetik yang sama. Sudah lama diketahui bahwa bahwa kekurangan suatu unsur hara akan menekan perkembangan dan pertumbuhan salah satu atau beberapa organ tanaman.

Secara genetis bibit kelapa sawit yang digunakan dalam penelitian ini seragam, yaitu dari jenis Avros. Avros, memiliki potensi produksi TBS 30 ton perhektar pertahun dan minyak 7.8 ton perhektar pertahun. (Anonim, 2011). TBS yang dihasilkan pada blok ini dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6.

Tabel 6.Curah Hujan Lokasi Penelitian (mm)

Bulan Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Januari 231 413 545 324 194 364 760 182

Februari 301 397 315 361 375 272 494 109

Maret 229 341 203 195 409 243 378 130

April 495 235 206 340 371 325 142 248

Mei 249 308 229 145 220 549 338 91

Juni 111 766 164 191 104 387 227 36

Juli 133 137 95 75 214 90 158

-Agustus 106 154 184 290 195 70 196

-September 391 225 23 96 130 202 345

-Oktober 278 330 122 183 409 740 246

-Nopember 449 79 303 315 390 790 339

-Desember 492 317 530 437 227 530 120

-TOTAL 3465 3702 2919 2952 3238 4562 3743

-Sumber: PT. Perkebunan Nusantara VIII

Data belum diperoleh

Kemampuan tanaman menyerap hara dipengaruhi juga oleh kondisi iklim. Semakin banyak air yang tersedia, maka semakin cepat masa panennya serta semakin tinggi nilai RBT-nya (Anonim,2007). Lokasi penelitian yang terletak di Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor berada dalam satu wilayah zona iklim. Tingginya curah hujan di lokasi penelitian dengan kisaran curah hujan 2500-4000 mm, membuat suplai air untuk tanaman tercukupi (Tabel 6).


(35)

Bahan humat adalah amelioran tanah yang dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat unsur hara antara tanah dengan pupuk yang digunakan (Anonym, 2009). Kandungan C-organik tanah setelah diberi perlakuan bahan humat dengan carrier zeolit menunjukkan peningkatan hasil yang cukup tinggi terutama pada dosis H2Z1 dan H3Z1 yaitu sebesar 4.02% dan 3.02% (Wijaya, 2011). Kandungan C-organik pada kedua dosis tadi tergolong tinggi berdasarkan kriteria Pusat Penelitian Tanah (1983). Tingginya kandungan C-organik pada contoh tanah yang diberi perlakuan sangat mungkin dipengaruhi oleh tingginya kandungan bahan organik yang terdapat pada senyawa bahan humat yang digunakan. Menurut Tan (1994), bahan humat mempunyai kandungan C, N, dan S yang lebih tinggi dari bahan asalnya. (Wijaya, 2011).

Selain karbon, pemberian bahan humat dengan carrier zeolit cenderung meningkatkan serapan hara terutama N, P, dan K oleh tanaman. Pada perlakuan H2Z2, kandungan N, P, dan K yang terdapat pada jaringan tanaman sebesar 0.98 %, 0.26 %, 1.75 % (Wijaya, 2011). Kadar nitrogen tanaman pada seluruh perlakuan tergolong rendah (Gambar 7). Hal tersebut dikemukakan oleh Von Uexkull (1992) dalam Pahan (2008), kadar nitrogen tanaman kurang dari 2.3% tergolong rendah.

Gambar 7. Grafik Kandungan Nitrogen pada Tanaman setelah Diberi Perlakuan

Secara umum, perlakuan menghasilkan nilai fosfor yang relatif seragam dan tergolong tinggi menurut kriteria Von Uexkull (1992) dalam Pahan (2008).


(36)

25

Kadar fosfor yang tinggi ini sangat dimungkinkan oleh tingginya ketersediaan fosfor di dalam tanah dan tingginya respon tanaman dalam menyerap unsur tersebut (Tabel 7). Fosfor berperan penting bagi pertumbuhan biji, dan banyak dijumpai di dalam buah dan biji. Selain itu jumlah fosfor yang cukup akan mempercepat pertumbuhan akar. Fosfor juga merupakan unsur yang sangat penting dalam proses transfer energi. Kekurangan fosfor jelas sekali menghambat pertumbuhan tanaman. Sama seperti nitrogen, fosfor juga merupakan unsur yang mobil di dalam tanaman. Peningkatan produksi kelapa sawit sangat mungkin dipengaruhi oleh kandungan fosfor tanaman yang tinggi dikarenakan fungsi dari fosfor dalam membantu proses pertumbuhan tanaman. Sedangkan kandungan unsur K pada tanaman tergolong sedang sampai tinggi berdasarkan kriteria kecukupan hara untuk tanaman kelapa sawit menurut Von Uexkull (1992) dalam Pahan (2008). Kalium berperan dalam pembelahan sel, pembukaan stomata, fotosintesis (pembentukan karbohidrat), translokasi gula, reduksi nitrat dan selanjutnya sintesis protein dan dalam aktivitas enzim.

Tabel 7. Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat-sifat Kimia Tanah (Wijaya, 2011)*

Perlakuan pH

H2O

C-organik Walkley&Bl ack N-Total Kjeldhal P tersedia Bray 1

N NH4OAc pH 7.0

Mg Ca K Na KTK

(%) (%) ppm ---(me/100g)---

H0Z0 5.23 1.95 0.13 21.39 9.10 14.98 0.23 0.14 13.31

H0Z1 5.33 2.40 0.17 27.48 4.41 11.27 0.23 0.15 14.47

H0Z2 5.20 2.09 0.15 30.23 6.56 11.10 0.24 0.16 14.77

H1Z0 5.40 1.99 0.13 52.21 8.58 13.61 0.26 0.17 14.36

H1Z1 5.37 1.84 0.14 25.33 10.76 16.20 0.26 0.15 13.67

H1Z2 5.27 1.99 0.16 28.12 12.63 19.81 0.21 0.15 13.89

H2Z0 5.27 1.82 0.17 56.22 8.79 11.59 0.17 0.14 13.74

H2Z1 5.30 4.02 0.19 29.50 5.13 8.35 0.19 0.15 13.49

H2Z2 5.23 2.27 0.17 42.40 7.81 13.12 0.19 0.13 13.56

H3Z0 5.37 1.93 0.17 44.53 12.42 23.31 0.18 0.12 13.77

H3Z1 5.47 3.02 0.17 49.76 9.27 14.85 0.20 0.13 15.43

H3Z2 5.63 2.23 0.26 44.88 15.98 25.71 0.22 0.17 18.72

Ket: * Belum dipublikasikan

H0: 0 liter asam humat/ ha; H1: 5 liter/ha; H2: 10 liter/ha; H3: 15 liter/ha; Z0: 0 kg/liter asam humat; Z1: 10 kg/liter asam humat; Z2: 20 kg/liter asam humat

 

Selain berperan penting dalam tanah, bahan humat juga mempunyai pengaruh yang sangat menguntungkan terhadap pertumbuhan tanaman. Bahan


(37)

humat dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui peranannya dalam mempercepat respirasi, meningkatkan permeabilitas sel, serta meningkatkan penyerapan air dan hara. Bahan humat dapat digunakan sebagai pupuk, bahan amelioran dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman. Bahan humat juga berpengaruh langsung pada tanaman, diantaranya meningkatkan penyerapan air, mempercepat perkecambahan benih, merangsang pertumbuhan akar, mempercepat pemanjangan sel akar (Tan, 1992).

Pada penelitian ini, zeolit digunakan sebagai carrier bahan humat. Pemberian zeolit tidak memberikan pengaruh nyata baik terhadap jumlah tandan, bobot tandan, dan rata-rata bobot tandan (RBT). Selain itu, interaksi yang dihasilkan antara zeolit dan humat juga tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal tersebut mungkin disebabkan karena dosis zeolit dan humat yang diberikan kurang banyak (Tabel 2, 3, dan 4). Walaupun zeolit yang ditambahkan sangat sedikit jumlahnya, penggunaan zeolit sebagai carrier meningkatkan bobot tandan tanaman kelapa sawit. Hal ini terlihat pada Tabel 4, dimana bobot tandan tanaman yang tidak diberi bahan humat (H0) persentase tandan buah segar dapat meningkat sebesar 8% dengan pemberian zeolit sebesar 10 kg zeolit/liter asam humat dan 20% dengan pemberian zeolit sebesar 20 kg zeolit/liter asam humat. Zeolit memiliki sifat adsorben, sifatnya yang adsorben dimungkinkan karena struktur zeolit yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya. Kation-kation yang dapat dipertukarkan ataupun molekul air yang terdapat pada zeolit tidak terikat secara kuat dalam kerangka karena dapat dipertukarkan secara mudah dengan cara pencucian dengan larutan yang mengandung kation lain (Mumpton, 1984).

Dosis pemberian perlakuan bahan humat dengan carrier zeolit yang paling baik adalah pemberian bahan humat sebanyak 10 liter/ha dicampur dengan 20 kg zeolit per liter bahan humat sebagai carrier. Tanaman yang diberi perlakuan H2Z2 tandan buah segarnya meningkat sebesar 30% dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut dikarenakan bahan humat mampu meningkatkan kadar bahan organik dalam tanah, dan sifat adsorben zeolit sehingga dapat memegang bahan humat dan kemudian melepaskan kembali secara perlahan.


(38)

28

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Bahan humat dapat meningkatkan produktsi kelapa sawit melalui peningkatan bobot tandan. Zeolit dapat berfungsi sebagai carrier bahan humat dan sekaligus dapat ikut meningkatkan produktivitas kelapa sawit. 2. Dosis yang paling baik untuk menghasilkan produksi paling tinggi adalah

dengan pemberian bahan humat sebanyak 10 liter/ha dicampur dengan 20 kg zeolit per liter bahan humat sebagai carrier yang mampu menghasilkan tandan buah segar sebesar 32.0 ton/ha/tahun meningkat 30% dibandingkan dengan kontrol.

5.2 Saran

1. Perlu diadakannya penelitian lanjutan tentang dosis optimal yang telah didapatkan dari penelitian ini.

2. Untuk aplikasinya di lapangan, penelitian perlu dilakukan di lahan yang lebih luas, dimana masing-masing perlakuan dapat diuji pada lahan seluas satu hektar.


(39)

VI.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Pengelolaan Air untuk Peningkatan Ketersediaan Air Tanaman Kelapa Sawit di PTPN VIII Cimulang, [online],

(http://balitklimat.litbang.deptan.go.id/index2.php?option=com_content&d o_pdf=1&id=117), diakses tanggal 23 Agustus 2011.

Anonim, 2009. Asam Humat Tingkatakan Panen dan Perbaiki Kondisi Tanah, [online], (http://pupukhemat.blogspot.com/2009/07/asam-humat-tingkatkan-panen-dan-kondisi.html), diakses tanggal 6 September 2010. Anonim, 2011. PPKS Medan Rilis 2 Varietas Sawit Unggulan, [online],

(http://harianmedanbisnis.com/2011/07/PPKS-rilis-2-varietas-sawit-unggulan.html), diakses tanggal 19 Juli 2011.

Anonim, 2011. Laporan Produksi Tahunan PT. Perkebunan Nusantara VIII. PTPN VIII. Bogor.

Arisinda, A. 2011. Pengaruh Pemberian Kombinasi dan Bahan Humat terhadap Produksi Tandan Buah Segar Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis). IPB. Bogor.

Brady, N. C. 1990. The Nature and Properties of Soils. 10th ed. The Macmillan Co. New York.

Brady, N.C. and Weil R.R 2002. The Nature and Properties of Soils. 13th ed. Prentice Hall. New Jersey.

Buana, L., D. Siahaan, dan S. Adiputra. 2000. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Direktorat Jendral Perkebunan [Ditjenbun]. 2009. Statistik. www.ditjenbun.deptan.go.id.

Geus, J.G.D.E (1967). Fertiliser guide for tropical and subtropical farming, 305. Haryadi, P. Dkk. 2003. Kumpulan Abstrak Hasil Riset industri Hilir Kelapa

Sawit. Menristek dan Maksi. Jakarta.

Hoffer, G.N. dan Krantz, B.A. (1941) : Deficiency symptoms of corn and small Grains. In hunger Signs in crops. p. 59-105. The American Society of Agronomy And the National Fertilizer Association Washington D.C.

Husaini. 1998. Multiguna Zeolit Alam dan Teknik Pengolahannya. Pusat Penelituan dan Pengembangan Teknologi Mineral. Bandung.


(40)

30

Kononova, M. 1966. Soil Organic Matter: Its Nature, Its role in Soil Formation and Soil Fertility. Perganom Press. London.

Lestri, A. 2006. Studi Pemanfaatan Asam Humat Hasil Ekstraksi dari Andosol dan Gambut dalam Pertumbuhan Semaian Padi. [Skripsi]. Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Pematang Siantar.

Mangoensoekarjo, S. dan A.T. Tojib. 2005. Manajemen Budidaya Kelapa Sawit. Dalam: S. Mangoensoekarjo dan H. Semangun (Editor). Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada University Press. Yogyakarta hal 1-318.

Mumpton, F. A. 1977. Mineralofy and Geology of Natural Zeolites. Mineralogical Society af America.

Mumpton, F. A. 1984. Natural Zeolites. in W. G. Pond and F. A. Mumpton (ed.) Zeo-Agriculture: Use of Natural Zeolites In Agriculture and Aquaculture. West View Press, Boulder, Colorado.

Orlov, D. S. 1985. Humus Acid of Soil. Moscow University Publisher. Moscow. 378pp.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal.

Petebang, Edi. 2011. Kolonisasi Baru: Perkebunan Sawit..!!, [online], (http:// Kolonisasi-Baru-Perkebunan-Sawit/kompasiana.com), diakses tanggal 20 Mei 2011.

Poeloengan, Z., M. I. Fadli, Winarna, S. Rahutomodan E. S. Sutarta. 2003. Permasalahan Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit, hal 67-80. Dalam W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Medan.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 1997. Pengenalan Bahan Tanaman Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Pusat Penelitian Tanah. 1983. Jenis dan Macam Tanah di Indonesia untuk Keperluan Survey dan Pemetaan Tanah Transmigrasi. Pusat Penelitian Tanah. Bogor.


(41)

Riwandi. 2002. Rekomendasi Pemupukan Kelapa Sawit Berdasarkan Analisis Tanah dan Tanaman. Akta Agrosia 5 (1) : 27-34.

Schnitzer, M and S. Khan U. 1978. Soil Organic Matter. Elsevier Scientific Publising Compani. Amsterdam.

Stevenson, F. J 1982. Humus Chemistry : Genesis, Composition, Reactions. A Willey & Sons, Inc.New York.

Suwardi. 1997. Studies on Agricultural Utilization of Natural Zeolites In Indonesia (Disertasi). Tokyo University of Agriculture.

Suwardi. 1998. Pemanfaatan Mineral Zeolit di Bidang Pertanian. Jurnal Zeolit Indonesia. 4(2) : 1 – 9.

Suwardi. 2002. Pemanfaatan Zeolit untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Pangan, Peternakan, dan Perikanan. Makalah Seminar Teknologi Aplikasi Pertanian. Bogor. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Tan, K. H. 1993. Principles of Soil Chemistry. Marcel Dekker Inc., New York. Tan, K. H. 1994. Environmental Soil Science. Marcel Dekker, Inc. New York. Wahid, M.B. dan C. K. Weng. 2005. Konferensi Asosiasi Industri Pupuk

Internasional [makalah]. hhtp://www.kapanlagi.com/h/0000067230.html (3 Desember 2009).

Wardani, N. 2002. Pengaruh Pemberian Asam Humat Sebagai Bahan Amelioran Tanah terhadap Pertumbuhan dan Serapan Timbal Tanaman Bayam pada Tanah yang Tercemar Logam Berat Timbal (Pb). [Skripsi]. Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Winarna dan Sutarta, E. S. 2005. Perbaikan Medium Tanaman dan Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit melalui Aplikasi Zeolit. Jurnal Zeolit Indonesia. 4 (1) : 25 – 3.

Wijaya, M. 2011. Pengaruh Pemberian Asam Humat dan Carrier Zeolit terhadap Sifat-sifat Kimia Tanah dan Kandungan Unsur Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). IPB. Bogor. (belum dipublikasikan).


(42)

32


(43)

Tabel Lampiran 1. Rincian Perlakuan

Perlakuan Keterangan H0Z0 0 liter asam humat /ha dan 0 kg zeolit/liter asam humat H0Z1 0 liter asam humat /ha dan 10 kg zeolit/liter asam humat H0Z2 0 liter asam humat /ha dan 20 kg zeolit/liter asam humat H1Z0 5 liter asam humat /ha dan 0 kg zeolit/liter asam humat H1Z1 5 liter asam humat /ha dan 10 kg zeolit/liter asam humat H1Z2 5 liter asam humat /ha dan 20 kg zeolit/liter asam humat H2Z0 10 liter asam humat /ha dan 0 kg zeolit/liter asam humat H2Z1 10 liter asam humat /ha dan 10 kg zeolit/liter asam humat H2Z2 10 liter asam humat /ha dan 20 kg zeolit/liter asam humat H3Z0 15 liter asam humat /ha dan 0 kg zeolit/liter asam humat H3Z1 15 liter asam humat /ha dan 10 kg zeolit/liter asam humat H3Z2 15 liter asam humat /ha dan 20 kg zeolit/liter asam humat

Tabel Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam Pemberian Perlakuan terhadap Jumlah Tandan

Sumber

keragaman db JK RJK F-hit

F-tab 0,05 0,01

FK 1 256678,5 256678,5

H 3 1046,0 348,7 0,3 2,7 3,99

Z 2 3153,5 1576,8 1,5 3,15 4,48

HxZ 6 4788,2 798,0 0,8 3,46 4,93

Galat 96 99327,7 1034,7

Total 108 364994,0

Tabel Lampiran 3. Analisis Sidik Ragam Pemberian Perlakuan terhadap Bobot Tandan

Sumber

keragaman db JK RJK F-hit

F-tab

0,05 0,01

FK 1 256678,5 256678,5

H 3 1046,0 348,7 0,34 2,7 3,99

Z 2 3153,5 1576,8 1,52 3,15 4,48

HxZ 6 4788,2 798,0 0,77 3,46 4,93

Galat 96 99327,7 1034,7


(44)

34

Tabel Lampiran 4. Analisis Sidik Ragam Pemberian Perlakuan terhadap Rata- rata Bobot Tandan (RBT)

Sumber

keragaman db JK RJK F-hit

F-tab 0,05 0,01

FK 1 3354,2 3354,2

H 3 6,1 2,0 0,16 2,7 3,99

Z 2 6,3 3,1 0,25 3,15 4,48

HxZ 6 24,2 4,0 0,32 3,46 4,93

Galat 96 1213,6 12,6

Total 108 4604,5

Tabel Lampiran 5. Kriteria Penilaian Data Analisis Tanah

Sifat Kimia Tanah Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi

N-total (%) < 0.10 0.1-0.2 0.21-0.5

0.51-0.75 > 0.75

C-org (%) <1 1.0-2.0 2.01-3.0 3.01-5.0 > 5.0

P-tersedia (ppm) <4 5.0-7.0 8.0-10.0

10.01-16.0 > 16

KTK (me/100gr) <5 5.0-16.0 17-24

24.01-41 > 41

Basa-basa dapat dipertukarkan (me/100gr)

K <0.1 0.1-0.3 0.4-0.7 0.8-1.0 > 1.0

Ca <2.0 2.0-5.0 6.0-10.0

11.0-20.0 > 20

Mg <0.3 0.4-1.0 1.1-2.0 2.1-8.0 > 8.0

Na <0.1 0.1-0.3 0.4-0.7 0.8-1.0 > 1.0

KB (%) <20 20-35 35-50 51-70 > 70

Reaksi Tanah Sangat

Masam Masam

Agak

Masam Netral

Agak

alkalin Alkalin

pH (H2O) < 4.5 4.5-5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 7.6-8.5 > 8.5

Sumber : Pusat Penelitian Tanah (1983) Jenis dan Macam Tanah di Indonesia Untuk Keperluan


(45)

Tabel Lampiran 6. Data Produksi Blok 26

Bulan Nomor

Blok Tahun Tanam Luas (Ha) Jumlah Pohon Yang Dipanen

Tandan TBS (kg) Tandan/Pohon

Bulan ini S/D Bulan Ini Bulan ini S/D Bulan Ini Bulan ini S/D Bulan Ini

Apr-08 26 2005 25.18 2.066 765 765 2.569 2.569 0.37 0.37

Mei-08 26 2005 25.18 2.066 1.872 2.637 6.079 8.648 0.91 1.28

Jun-08 26 2005 25.18 2.066 4.760 7.417 13.667 22.315 2.31 3.59

Jul-08 26 2005 25.18 2.066 4.116 11.533 11.458 33.773 1.99 5.58

Agust-08 26 2005 25.18 2.066 5.411 16.994 16.335 50.108 2.62 8.20

Okt-08 26 2005 25.18 2.066 7.090 28.320 23.189 87.443 3.43 13.70

Nop-08 26 2005 25.18 2.066 4.717 33.037 19.111 106.554 2.28 15.99

Des-08 26 2005 25.18 2.066 2.566 35.603 10.529 117.083 1.24 17.23

Jan-09 26 2005 25.18 2.069 8.404 8.404 35.107 35.107 4.06 4.06

Feb-09 26 2005 25.18 2.069 7.302 15.706 31.960 67.067 3.53 7.59

Mar-09 26 2005 25.18 2.069 9.249 24.995 39.140 106.207 4.47 12.80

Apr-09 26 2005 25.18 2.069 8.814 33.769 40.290 146.497 4.28 16.32

Mei-09 26 2005 25.18 2.069 11.075 44.844 52.530 199.027 5.35 21.68

Jun-09 26 2005 25.18 2.069 4.377 49.221 21.060 220.087 2.12 23.79

Jul-09 26 2005 25.18 2.069 4.680 53.901 23.410 243.497 2.26 26.05

Agust-09 26 2005 25.18 3.272 4.045 57.946 20.250 263.747 1.24 17.71

Sep-09 26 2005 25.18 3.272 6.075 64.021 29.540 293.267 1.86 19.57

Okt-09 26 2005 25.18 3.272 6.405 70.426 32.400 325.687 1.96 21.52

Nop-09 26 2005 25.18 3.272 6.548 76.974 33.730 359.417 2.00 23.53

Des-09 26 2005 25.18 3.272 10.076 87.050 53.670 413.087 3.06 26.60

Jan-10 26 2005 25.18 3.272 8.451 8.451 59.650 59.650 4.10 4.10

Feb-10 26 2005 25.18 3.272 7.650 16.101 52.500 112.150 3.70 7.80

Mar-10 26 2005 25.18 3.272 8.197 24.288 61.800 173.950 4.00 11.80

Apr-10 26 2005 25.18 3.272 9.114 33.412 67.100 186.400 4.40 16.20

Mei-10 26 2005 25.18 3.272 11.283 44.695 82.350 323.400 3.30 13.10

Jun-10 26 2005 25.18 3.272 11.235 55.930 78.760 402.160 3.40 17.10

Jul-10 26 2005 25.18 3.272 8.530 64.460 56.100 458.260 2.60 19.70

Agust-10 26 2005 25.18 3.272 5.094 69.554 28.950 487.210 1.60 21.30

Sep-10 26 2005 25.18 3.272 4.736 74.290 29.150 516.360 1.40 22.70

Okt-10 26 2005 25.18 3.272 5.507 79.797 36.230 548.560 1.68 24.39

Nop-10 26 2005 25.18 3.272 7.121 86.918 42.700 591.260 3.45 27.84

Des-10 26 2005 25.18 3.272 7.037 95.569 43.350 645.110 2.20 29.20

Jan-11 26 2005 25.18 3.411 4.936 4.936 35.210 35.210 1.45 1.45

Feb-11 26 2005 25.18 3.411 7.319 12.255 51.310 86.520 2.15 3.59

Mar-11 26 2005 25.18 3.411 7.458 19.713 50.120 136.640 2.19 5.78

Apr-11 26 2005 25.18 3.411 8.426 28.139 51.600 171.900 2.50 8.20

Mei-11 26 2005 25.18 3.411 8.091 36.230 58.100 254.950 2.40 10.60


(46)

36

Tabel Lampiran 7. Data Bobot Tiap Panen (kg) Perlakuan 1

Pohon 28-Jan 2-Feb 8-Feb 14-Feb 20-Feb 26-Feb 4-Mar 10-Mar

T1 T1 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2

1 15

2 8.5

3 4.5

4 8 5 6

5 8.5 14 15 7.5 8

6 13.5 7.5

7 10 12 2 8

8

9 13 3.5 2.5 13 10.5 6.5

Jumlah 0 17.5 30 2.5 44 2 10.5 0 44 0 21 0 30.5 0

Perlakuan 2

Pohon

10 12.5 8.5 10 15 12.5 11

11 12

12 11

13 7.5 9 10.5 4 9

14 15

16 11 12.5 13.5 14

17 8.5

18 12.5 6.5 10.5 10

Jumlah 12.5 32 30 0 17.5 0 25.5 0 24 10.5 39 0 30.5 10


(47)

Lanjutan Tabel Lampiran 4. Perlakuan 1

pohon 16-Mar 22-Mar 28-Mar 3-Apr 9-Apr 15-Apr 21-Apr 27-Apr 3-May

T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2

1 5 5

2 12 13 10 9 14

3 10.5 9 10.5 9.5 12 10.5 12

4 12 13

5 5 13 15 10

6 9.5 8.5

7 8 8 8

8 8.5 14 13 8

9 15 14 14

Jumlah 9.5 0 25 0 51.5 0 41.5 0 33 0 47.5 59 33.5 38

Perlakuan 2

Pohon

10 8 8 11.5 10 3 6

11 8.5 12 15

12 8.5 10.5 10.5

13 12 10 8.5 12 8

14 14 13.5 4.5 12 10.5

15 13 14 5 8.5

16 8 10 14 15

17 7 8.5 6 10.5 10.5 8 15 8.5

18 7 8 10 6 7.5

Jumlah 20 0 40.5 16.5 51.5 0 71 0 25.5 0 21 62 76.5 32


(48)

38

Lanjutan Tabel Lampiran 4. Perlakuan 1

Pohon 9-May 15-May 21-May 27-May 2-Jun

Total

T1 T2 T1 T1 T2 T1 T2 T1 T2

1 13.5 12 15

2 15 43.5

3 10 11 14 34.5

4 11 13 19

5 11 8.5 8 71

6 7 7.5 39

7 7 6.5 8.5 12 40

8 8 11 8.5

9 8 8 92

Jumlah 68.5 17.5 55 41.5 0 13 0 15 0 751

Perlakuan 2 0

Pohon 0

10 11 11 107

11 13 32.5

12 10 30

13 7 10 70.5

14 8.5 32

15 12 7.5 14 0

16 8 5.5 69

17 12.5 9 51

18 8.5 11 6 64.5

Jumlah 24.5 0 43 56 0 21.5 0 19.5 0 812.5


(49)

Lanjutan Tabel Lampiran 4. Perlakuan 3

Pohon 28-Jan 2-Feb 8-Feb 14-Feb 20-Feb 26-Feb 4-Mar 10-Mar

T1 T1 T1 T2 T1 T2 T3 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2

19 7.5 6.5 9 7.5

20 7 8

21 10 10

22

23 8.5 10 13.5 13 5.5 14

24 11.5 11.5 10.5 8.5 9 8

25 13 8 13 10 14.5

26 3.5 7.5 9.5 7.5 6 8 10 8

27 8 8.5 8 6.5 5.5

Jumlah 0 16 52.5 0 58 0 0 33 0 57 6 51 0 54.5 16

Perlakuan 4

Pohon

28 7

29

30

31 13 16 16 11 12.5 15

32 13 25 25

33 17.5

34 12

35 9.5 9 13.5 12.5

36 6

Jumlah 0 29.5 13 0 16 0 0 16 0 40.5 9 51 0 58.5 0


(50)

40

Lanjutan Tabel Lampiran 4. Perlakuan 3

Pohon 16-Mar 22-Mar 28-Mar 3-Apr 9-Apr 15-Apr 21-Apr 27-Apr 3-May

T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T1 T1 T1

19 7.5 9.5

20 13.5 8 8.5 13 10 12 5.5

21 11 6 10 11.5 9.5 8 13 8.5

22 8 12

23 8.5 10.5 13.5 10 10

24 8.5 12 14.5

25 6 13 10 4 3 4 7.5

26 10 7 8.5 9.5 5.5 6 8

27 9 8 8.5 8 9.5

Jumlah 49 0 51.5 18.5 63.5 10 55.5 0 44.5 0 37 31 40 17

Perlakuan 4

Pohon

28 3 10.5

29 2.5 6 5 7.5 7 5 8

30 7.5 7 10 8.5 5 9 9.5

31 16 16 15 12.5

32 14 17

33

34 9.5 10.5 8.5 13 9 10

35 9.5 10 13 13 14 13

36 16 19.5 22 18.5

Jumlah 43 0 39 13 63 0 29.5 0 35.5 0 49 49 41 48.5


(51)

Lanjutan Tabel Lampiran 4. Perlakuan 3

Pohon 9-May 15-May 21-May 27-May 2-Jun

Total

T1 T2 T1 T1 T2 T1 T2 T1 T2

19 6 38

20 13.5 8 5 85.5

21 7 68

22 3 8 7 0

23 11 97

24 12 7 94

25 6.5 5 8 91.5

26 100.5

27 8 10 62

Jumlah 13.5 0 35.5 32 0 22 0 22 0 886.5

Perlakuan 4

Pohon

28 13 12.5 20.5

29 4.5 14 10 21

30 15.5 10 33

31 13.5 115.5

32 17 77

33 11 17.5

34 10 11 10 40.5

35 13 16 15 8 90

36 25 8 41.5

Jumlah

27.5 0 58.5 78 0 29 0 44 0 881


(52)

42

Lanjutan Tabel Lampiran 4. Perlakuan 5

Pohon 28-Jan 2-Feb 8-Feb 14-Feb 20-Feb 26-Feb 4-Mar 10-Mar

T1 T1 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2

37 4.5 9 11

38

39 11.5 12.5 13.5 13

40 13

41 17.5

42

43 4.5 2 8

44

45 12.5 6 6

Jumlah 0 12.5 10.5 0 9 0 11.5 0 54 0 18 2 27 0

Perlakuan 6

Pohon

46 9.5 11.5 6 9.5 11

47

48 10.7 8 4 10.5 10.5

49 11.5

50

51 11.5 14

52 13.5 13 11

53 8.5 14.5 14 18.5

54 15.5 16 16

Jumlah 26.2 29 53.5 0 0 0 41 0 55 0 53 0 11 0


(53)

Lanjutan Tabel Lampiran 4. Perlakuan 5

Pohon 16-Mar 22-Mar 28-Mar 3-Apr 9-Apr 15-Apr 21-Apr 27-Apr 3-May

T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T1 T1 T1

37 6 6 8.5 5 10

38 16 14 14.5

39 10.5 13.5 11 11.5 16 10.5 14

40 13

41 13.5 25 12.5

42 15 12

43 5 9 9 7

44 18 18 13.5

45 6.5 10 19

Jumlah 10.5 0 24.5 9 23.5 0 43.5 0 57 10.5 65 54 23.5 52

Perlakuan 6

Pohon

46 8 8 9 12

47 13 11.5 11.5 13 13 14

48 11 5 10 9 9

49 11 9 12 10

50 9.5

51

52 11.5 14.5 12 13 16

53 18.5 18

54 19 16 17 21 14.5

Jumlah

11.5 0 43 5 72 0 27.5 0 43.5 0 51 52 48 46


(54)

44

Lanjutan Tabel Lampiran 4. Perlakuan 5

Pohon 9-May 15-May 21-May 27-May 2-Jun

Total

T1 T2 T1 T1 T2 T1 T2 T1 T2

37 9.5 13.5 11 8 9.5 45

38 15 17 16

39 15 113

40 12 13

41 12 22 13 11 56

42 9.5 13 7 0

43 9 18 28.5

44 14.5 11 14 10 0

45 10.5 13 11 41

Jumlah 33.5 0 47 97 0 77 0 54.5 0 826.5

Perlakuan 6

Pohon

46 7.5 10 13.5 63.5

47 10 49

48 9.5 11 15 69.7

49 10 31.5

50 13 7.5 0

51 6 10 25.5

52 13.5 13 75.5

53 14 7.5 74

54 10 12 14 82.5

Jumlah 44.5 0 34.5 46 0 37 0 45 0 875.2


(55)

Lanjutan Tabel Lampiran 4. Perlakuan 7

Pohon 28-Jan 2-Feb 8-Feb 14-Feb 20-Feb 26-Feb 4-Mar 10-Mar

T1 T1 T1 T2 T1 T2 T3 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2

55 7.5

56 12.5 9 11

57 13.5 13

58

59

60

61 12 9

62 15 14.5 10.5 9.5

63 10.5

Jumlah 12 15 0 0 14.5 0 0 0 0 0 0 56 0 39 11

Perlakuan 8

Pohon

64 10.5 10 10

65 14

66 14.5 12.5 8 13.5

67 12.5

68 13

69

70

71 14.5

72 14.5

Jumlah 56 12.5 0 18.5 0 0 10 0 0 0 24 0 26.5 0


(1)

Pohon 16-Mar 22-Mar 28-Mar 3-Apr 9-Apr 15-Apr 21-Apr 27-Apr 3-May

T1 T2 T1 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T1 T1 T1 T2

73 10 11 10 13 12

74 10 10 9 10 8.5

75 10 12 9.5 13 13

76 16 17.5 16 18.5

77 7 8.5 6 15 9.5

78

79 11

80 10 13.5 12.5 9

81 19 12 18.5

Jumlah 30 0 26 58.5 0 9.5 0 18.5 0 76 22 57 74 9

Perlakuan 10

Pohon

82

83 15 17.5 18

84 10 7 7.5 10.5 11

85 9 10.5 7 10

86 7 8.5 8.5 8

87 10 11 13 11

88 9.5 9 8.5 8 10

89

90 11 12.5 6

Jumlah


(2)

Pohon 9-May 15-May 21-May 27-May 2-Jun Total

T1 T2 T1 T1 T2 T1 T2 T1 T2

73 12 13 61

74 8 18 97

75 5 7.5 10 84

76 13.5 13 12 33.5

77 8.5 11 59

78 5.5 11 4 10 12

79 7 12 38.5

80 9.5 14 14 8

81 13 5.5 82

Jumlah 40.5 14 27 61 10 36 0 48.5 0 950

Perlakuan 10

Pohon

82 10 85.5

83 8 15 50.5

84 11 9 8 6 68

85 10 53

86 9 14 32

87 10 7.5 53.5

88 9 59

89 9 0

90 13.5 13 23.5

Jumlah


(3)

Pohon 28-Jan 2-Feb 8-Feb 14-Feb 20-Feb 26-Feb 4-Mar 10-Mar

T1 T1 T1 T2 T1 T2 T3 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2

91 11 13.5 9 7.5

92 17.5 17

93 7.5 13.5 13.5

94

95

96 3.5 13 7.5

97 9

98

99 7.5

Jumlah 0 0 18.5 0 13.5 0 0 7.5 0 17.5 0 43 13 37.5 0

Perlakuan 12

Pohon

100 4.5 6.5 4

101 11.5 12 10.5 14.5

102 8.5 13 13 12

103 12.5 12.5 9

104

105 14.5 13.5

106 13.5 11 10

107 20

108 13 9.5


(4)

Pohon 16-Mar 22-Mar 28-Mar 3-Apr 9-Apr 15-Apr 21-Apr 27-Apr 3-May

T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T1 T1

91 11 13.5 12 14 13

92 21 17 19.5 16.5 15 13

93 13.5 10 9.5 10.5 10.5

94 12 10

95 9

96 7 8.5 8 11 10.5 8 9.5

97 13 11 13

98 12 9

99 7.5 3 15 7 11

Jumlah 77.5 0 49 0 67.5 0 52 0 25.5 0 41 64 17.5 20.5

Perlakuan 12

Pohon

100 10

101 13.5 10.5 13 12.5

102 10 15 13.5

103 10.5 7 12.5 13

104

105

106 10 8 13

107 9.5 16.5 15.5

108 13 14.5 9.5 13.5 12 12

Jumlah


(5)

Pohon 9-May 15-May 21-May 27-May 2-Jun

Total

T1 T2 T1 T1 T2 T1 T2 T1 T2

91 12.5 10 91.5

92 13 11.5 123.5

93 9 78

94 12.5 16 10 12

95 17 0

96 8.5 69

97 5.5 33

98 19 0

99 10 10.5 9 9 16 15

Jumlah 22.5 0 53 34 9 44.5 0 36 0 764 Perlakuan 12 Pohon 100 9 8 15

101 12.5 72.5 102 12 13 13 71.5 103 11 14 13 64

104 9 10 13 0

105 8 14 16 28

106 11 7 14 44.5 107 10 46

108 15 73 Jumlah


(6)

Gambar Lampiran 1.

Gambar Lampiran 2.

Tanaman Setelah Diberi Perlakuan

Tanaman Setelah Diberi Perlakuan

Gambar Lampiran 3.

Pengukuran Bobot Tandan


Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis Guineensis Jacq.) Dengan Menggunakan Media Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman di Main Nursery

10 98 74

Pengaruh Pemberian Limbah Kalapa sawit (Sludge) dan Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guinsensis Jacq) di Pembibitan Awal

0 25 95

Pertumbuhan Mucuna Bracteata L. Dan Kadar Hara Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) Dengan Pemberian Pupuk Hayati

3 63 66

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT. Perkebunan Nusantara III

6 91 53

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

PENINGKATAN PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN BAHAN PEMBENAH TANAH ZEOLIT DAN BAHAN HUMAT

0 3 9