Tabel 3 Perkiraan kandungan nitrogen dari berbagai jaringan tumbuhan dan perbandingannya dengan binatang Mattson 1980, dalam Speight dan
Wylie 2001
Bagian tumbuhan Kisaran kandungan nitrogen berat kering
Cairan xylem kayu 0,0003
– 0,1 Cairan floem kulit
0,006 – 0,93
Kayu 0,05
– 0,13 Daun Gymnosperma
0,91 – 5,83
Kambium 1 - 8
Daun Angiosperma 1,6
– 8,4 Biji
1 - 9 Binatang
8 - 33
Kandungan N pada kayu adalah sekitar 0,2 berdasarkan berat kering. Protoplasma pada sel kambium kaya akan enzim, peptida dan asam amino tetapi
karena sebagai dinding sel sekunder berkembang dan terjadi lignifikasi, kebanyakan sel ini mati dan N dan nutrisi lain yan bermanfaat diedarkan kembali
ke bagian lain dari pohon. Kandungan N yang relatif tinggi ada pada daun. Pada jenis pohon daun
lebar yang gugur daun kadar N sekitar 2 – 4 biasanya lebih tinggi dari pada
kandungan N pada daun konifer yang hanya sekitar 1 – 2 .
Bunga sering dimakan serangga dan tepungsari polen yang dikandungnya merupakan sumber yang kaya akan N. Biji juga dapat mengandung N dengan
kadar yang tinggi.
2.2.3 Kehidupan serangga dalam kaitannya dengan makanan
Pada umumnya, serangga yang memakan jaringan pohon yang mempunyai kualitas nutrisi yang rendah, misalnya kayu, cenderung mempunyai siklus hidup
yang panjang dan merupakan konsumen yang rakus. Karbohidrat yang merupakan sumber energi utama bagi serangga herbivora cukup berlimpah pada tumbuhan.
Tetapi kebanyakan karbohidrat itu berada dalam bentuk kompleks selulosa polisakarida yang tidak mampu diuraikan oleh serangga karena serangga itu tidak
mempunyai enzim selulase. Banyak serangga yang tergantung pada organisme simbiotik yang mampu mencerna selulosa. Serangga pemakan kayu biasanya
mengandung organisme mikro tertentu di dalam ususnya walaupun beberapa
serangga membawa cendawan simbiotik yang menginfeksi dan melapukkan kayu di sekitar liang gerek serangga Speight dan Wainhouse 1989. Neotermes
tectonae famili Kalotermitidae, ordo Isoptera, yang disebut inger-inger, merupakan hama penting pada hutan jati di P. Jawa. Seperti umumnya rayap N.
tectonae ini memakan selulosa pada batang pohon jati. Untuk mencerna selulosa yang dimakannya, rayap N. tectonae mengadakan simbiose dengan beberapa jenis
protozoa yang dapat mencerna selulsoa tersebut. Adanya variasi jumlah dan kualitas makanan yang tersedia menurut waktu
merupakan penyebab penting terjadinya fluktuasi populasi serangga Speight dan Wainhouse 1989. Serangga pemakan biji menghadapi masalah yang akut karena
biji, yang biasanya tersedia pada pohon dewasa, dapat tidak ada sama sekali pada musimtahun tertentu. Oleh karena itu serangga pemakan biji sering mengalami
diapase yang lama untuk bertahan hidup pada saat kekurangan biji. Serangga yang memakan daun muda dari pohon gugur daun juga memanfaatkan sumber makanan
yang tidak bisa diramalkan, bukan karena masalah kelimpahan daun muda dari tahun ke tahun, tetapi pada waktu yang tepat daun muda itu ada penurunan
kualitas nutrisi yang cepat dengan semakin menuanya daun. Ulat daun jati, Hyblaea puera famili Hyblaeidae, ordo Lepidopetara sering meledak
populasinya pada awal musim hujan, pada saat hutan jati menghasilkan sejumlah daun muda setalah gugur daun pada musim kemarau yang panjang.
Kualitas makanan mempengaruhi reproduksi dan dispersal serangga. Laju reproduksi aphid Drepanosiphum platanoidis famili Aphididae, ordo Homoptera
mempunyai dua puncak musiman yang berbeda dalam kaitannya dengan kandungan N-amino pada cairan floem pohon sycamore Dixon 1970, dalam
Speight dan Wainhouse 1989. Pada musim semi kandungan N larut adalah tinggi pada saat nutrisi itu ditranslokasikan dalam floem ke daun yang sedang tumbuh.
Aphid itu menyelesaikan perkembangannya pada awal tahun dan mulai berbiak selama periode ketersediaan N yang tinggi. Reproduksi mencapai suatu puncak
dan kemudian menurun pada saat daun menjadi tua. Pada musim gugur, pada saat nutrisi dari daun yang akan gugur berkurang, reproduksi meningkat kembali
sampai suatu puncak, kemudian menurun pada saat daun gugur.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tentang identifikasi komponen kimia kulit dan kayu pohon sengon yang dimakan X. festiva ini dilakukan di Laboratorium Kimia Kayu
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan selama dua bulan. Analisis kandungan bagian pohon sengon yang dimakan X. festiva dilakukan pada bulan April sampai bulan Juni 2010.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan penelitian untuk analisis bagian pohon sengon yang dimakan X. festiva adalah berupa serbuk gerek yang menempel pada permukaan kulit
batang pohon sengon, serbuk gerek yang menempel di dalam kulit batang sengon, dan bagian kayu gubal yang utuh tidak diserang. Bahan kimia yang digunakan
untuk analisis kandungan selulosa, hemiselulosa, holoselulosa, zat pati dan protein pada bagian pohon sengon adalah sodium klorit NaClO
2
kristal, asam asetat CH
3
COOH glasial, asam asetat 10 , larutan NaoH 17,5 , larutan NaOH 8 dan air destilata.
Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah erlenmeyer 250 ml, pengaduk kaca, pipet volume, water bath, glass filter, timbangan, oven
dan alat tulis.
3.3 Cara Pelaksanaan Penelitian
Pengamatan serangan X. festiva dilakukan pada tanaman sengon milik rakyat di daerah Jasinga, Bogor. Tanaman sengon yang ada tidak terlalu luas ± 1
ha dan pada saat pemeriksaan pada awal bulan April 2010 hanya ada dua batang pohon sengon yang terserang X. festiva. Kedua batang pohon sengon yang
terserang itu digunakan untuk bahan penelitian ini. Dari batang pohon sengon yang terserang tersebut diambil 1 serbuk gerek yang menempel pada permukaan
kulit batang, 2 serbuk gerek yang menempel di dalam kulit batang, 3 bagian kulit batang yang terserang di dalamnya ada kerusakan kayu, 4 bagian kulit