2.1.6 Pohon Inang
Sejak tahun 1888 X. festiva telah diketahui menyerang tanaman sengon, baik yang ditanam di perkebunan sebagai tanaman pelindung kopi, teh dan coklat,
maupun di kawasan hutan sebagai tanaman reboisasi di Pulau Jawa Notoatmodjo 1963. Pohon petai Parkia speciosa dan pohon jengkol Pithecelobium lobatum
yang merupakan pohon asli di Indonesia Bagian Barat Jawa dan Sumatera dilaporkan sering diserang hama ini Heyne 1987.
X. festiva menyerang berbagai jenis pohon yang tergolong famili Fabaceae polong-polongan. Menurut Notoatmodjo 1963 selain menyerang pohon sengon
X. festiva menyerang pula pohon Albizia chinensis A. stipulata, A. lebbeck, A. sumatrana, Acacia auriculiformis, Inga vera, P. lobatum dan Samanea saman.
Pada tahun 1986 hama ini pernah ditemukan menyerang Calliandra calothyrsus di Bogor dan Acacia deccurens di Sukabumi Husaeni 2001. Serangan X. festiva
pada C. calothyrsus ini ditemukan pula oleh Matsumoto 1994 di daerah Bogor dan Benakat Sumatra Selatan. Dari hasil penelitiannya antara tahun 1991
– 1994, Matsumoto 1994 menambahkan lagi jenis pohon yang diserang X. festiva
yaitu Acacia mangium, hibrid Acacia A. mangium x A. auriculiformis, A. vera, A. arabica, A. catechu, P. speciosa, P. dulce, dan Enterolobium cyclocarpum.
Sengon, jengkol dan petai merupakan tiga jenis pohon yang banyak ditanam di kebun-kebun milik rakyat dan adanya serangan X. festiva di kebun-kebun tersebut
tergantung pada adanya jenis-jenis pohon tersebut. Penularan X. festiva ke tegakan sengon di dalam kawasan hutan sering dimulai dari kebun-kebun milik rakyat
yang berdekatan dengan tegakan sengon tersebut Matsumoto 1994.
2.1.7 Cara penyerangan
Kumbang betina X. festiva meletakkan telur-telurnya secara berkelompok pada batang pohon inangnya. Setelah telur menetas, larva-larvanya juga akan
menyerang secara berkelompok. Serangan X. festiva pada hutan tanaman sengon dimulai sejak kumbang
betinanya meletakkan kelompok telurnya pada celah-celah kulit, bekas patahan cabang atau luka pada batang pohon sengon Gambar 5. Larva-larva yang baru
menetas segera memakan bagian dalam kulit pohon dan bagian luar kayu gubal, membentuk saluran-saluran gerek sedalam 0,5 cm ke arah bawah batang. Seluruh
saluran gerek tertutup oleh serbuk gerek. Saluran-saluran gerek ini saling bersambungan satu sama lain dengan arah yang tidak beraturan.
Gambar 5 Kelompok telur X. festiva pada celah-celah kulit batang pohon sengon. Untuk membuang sebagian serbuk gerek, larva-larva ini membuat lubang
kecil di permukaan kulit batang sengon. Jadi setiap saluran gerek dicirikan oleh adanya lubang kecil dan serbuk gerek pada permukaan kulit batang pohon
Gambar 6. Serbuk-serbuk gerek ini sering menempel pada permukaan kulit batang pohon sengon, seringkali juga jatuh ke tanah. Selain serbuk gerek, dari
lubang-lubang kecil pada permukaan kulit batang sengon ini seringkali keluar cairan berwarna coklat. Adanya cairan berwarna coklat dan serbuk gerek yang
menempel pada permukaan kulit batang sengon atau di permukaan tanah seringkali digunakan untuk mengetahui adanya serangan hama ini.
Pada saat akan menjadi pupa, masing-masing larva membuat liang gerek yang melengkung ke arah atas seperti huruf J di dalam kayu gubal, panjangnya
sekitar 6 – 18 cm rata-rata 12 cm. Bentuk liang gereknya oval, panjangnya
sekitar 1,5 – 2 cm dan lebarnya 0,7 cm Notoatmodjo 1983. Larva berkepompong
di ujung atas liang gerek, membungkus diri dengan kerak kapur. Kumbang yang baru terbentuk keluar dari liang gerek dengan cara
menerobos kerak kapur menuju lubang keluar, kemudian melubangi bagian kulit batang pohon yang tidak dimakan larvanya. Kumbang yang baru keluar akan
tinggal beberapa saat di dekat lubang keluarnya sebelum terbang atau merayap pada batang pohon sengon Matsumoto 1994.
Gambar 6 Gejala serangan X. festiva pada batang sengon. Ket: A Serbuk gerek yang menempel pada bagian luar kulit; B Kerusakan pada bagian
luar kayu gubal setelah kulit batang sengon dikupas. Kumbang betina X. festiva meletakkan kelompok telurnya pada berbagai
ketinggian pohon di atas permukaan tanah, mulai dari sekitar 3,5 m sampai 15 m pada batang pohon sengon. Ada kecenderungan bahwa semakin tua umur pohon,
semaikin tinggi letak tempat peletakan telurnya pada batang pohon Husaeni et al. 2006.
2.1.8 Pengaruh serangan