rumahtangga perdesaan merupakan kunci dari sisi permintaan yang mengendalikan industrialisasi di negara-negara sedang berkembang yang
berpendapatan rendah. Dalam rangka meningkatkan kinerja industri pengolahan hasil pertanian,
indikator-indikator yang berhubungan dengan faktor produksi dan non faktor produksi perlu mendapat perhatian utama karena kedua faktor tersebut saling
terkait satu dengan lainnya. Ketersediaan bahan baku dengan harga yang terjangkau, ketersediaan modal yang cukup, dan upah yang sesuai merupakan
indikator yang berhubungan dengan konstruk faktor produksi yang perlu mendapat perhatian untuk meningkatkan kinerja industri. Sementara itu, indikator
skala usaha yang berhubungan dengan konstruk non faktor produksi juga perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan kinerja industri pengolahan hasil
pertanian Djaimi, 2006.
5.2. Analisis Dekomposisi
Nilai yang menunjukkan besarnya pengaruh global yang ditransmisikan dari suatu sektor terhadap sektor-sektor lain akibat adanya injeksi yang ditujukan
pada suatu sektor disebut dengan koefisien pengganda neraca atau Ma. Pengaruh global ini tidak terjadi begitu saja melalui nilai pengganda Ma, melainkan
melalui beberapa tahapan.
Menurut Roland et .
al. 2000, dekomposisi nilai pengganda dibagi menjadi tiga komponen yang dapat memberikan makna secara ekonomi, ketiga
komponen itu adalah : 1. Pengganda transfer own effect yang menggambarkan dampak pengganda
netto yang dialami sekumpulan neraca tertentu akibat adanya tambahan
transfer dari neraca eksogen terhadap neraca tersebut. Dalam memahami pengganda transfer ini kita seolah-olah berasumsi bahwa injeksi pada suatu
sektor hanya berpengaruh terhadap sektor-sektor lain dalam satu blok yang sama, dan tidak terhadap sektor-sektor yang berada pada blok yang lain.
2. Pengganda silang atau open loop yang menangkap dampak silang cross effect antar neraca yang berbeda. Dengan kata lain, kenaikan pendapatan
pada blok sektor produksi misalnya dilakukan injeksi terhadap salah satu sektor produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan blok faktor produksi,
selanjutnya kenaikan pendapatan blok faktor produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan blok institusi.
3. Pengganda closed-loop yang menjelaskan dampak pengganda dari adanya aliran neraca eksogen pada neraca endogen dan kemudian kembali ke neraca
semula. Dengan kata lain, satu putaran dari blok sektor produksi kembali ke blok sektor produksi ini disebut pengaruh closed loop di sektor produksi,
begitu juga untuk blok faktor produksi dan blok institusi. Dekomposisi nilai pengganda terhadap injeksi investasi melalui neraca
kapital di sektor pertanian dan industri pengolahan pertanian dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 menunjukkan tiga blok efek own effect, open loop effect,
closs loop effect yang menjadi aliran penerimaan perekonomian sektor pertanian ketika neraca eksogen diberi injeksi. Dimisalkan adanya injeksi di sektor
pertanian pada sub sektor perkebunan PTP sebesar 1 milyar rupiah maka sektor yang merasakan dampak pertama adalah sub sektor perkebunan PTP itu sendiri,
pada putaran awalnya penerimaan sub sektor perkebunan akan naik sebesar 0.0681 milyar rupiah.
Tabel 12. Dekomposisi Multiplier Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan Hasil Pertanian di Provinsi Sulawesi Tengah
Dampak
Keterangan
Tan. Pangan
Perke- bunan
Peter- nakan
Kehu- tanan
Peri- kanan
Industri Makanan
dan Minuman
Industri Kulit
Industri Hasil
Hutan
Injeksi Awal
1.0000 1.0000
1.0000 1.0000
1.0000 1.0000
1.0000 1.0000
1.0000
O w
n E
ffe c
t
M a
tr ix
N 1
= M
1
TKPRT 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 TKNPRT
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
MDL 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 RTBRH
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
RTPPGR 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 RTPPGT
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
RTNPGR 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 RTNPGT
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
RTPKGR 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 RTPKGT
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
ISTL 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 DSPS
0.0949 0.0681
0.0308 0.0418
0.0503 0.0789
0.0240 0.1920
DSPL 0.4190
0.4480 0.4590
0.4552 0.5002
1.0425 0.4656
0.6370 TOTAL
0.5139 0.5161
0.4898 0.4970
0.5505 1.1215
0.4896 0.8290
O pe
n L o
o p
E ffe
c t M
a tr
ix
N 2
= M
2 –
1 x
M 1
TKPRT 0.0570
0.0729 0.0576
0.0650 0.0653
0.0872 0.0644
0.0771 TKNPRT
0.0248 0.0301
0.0263 0.0280
0.0317 0.0608
0.0286 0.0458
MDL 0.1675
0.2094 0.1735
0.1861 0.2045
0.3392 0.1913
0.2711 RTBRH
0.0027 0.0035
0.0028 0.0031
0.0033 0.0050
0.0031 0.0042
RTPPGR 0.0202
0.0253 0.0209
0.0229 0.0245
0.0398 0.0231
0.0321 RTPPGT
0.0164 0.0207
0.0168 0.0186
0.0194 0.0293
0.0187 0.0245
RTNPGR 0.0129
0.0163 0.0133
0.0147 0.0153
0.0234 0.0147
0.0194 RTNPGT
0.0051 0.0064
0.0052 0.0057
0.0060 0.0090
0.0057 0.0075
RTPKGR 0.0210
0.0264 0.0215
0.0238 0.0249
0.0383 0.0239
0.0317 RTPKGT
0.0261 0.0329
0.0268 0.0296
0.0311 0.0480
0.0297 0.0397
ISTL 0.0413
0.0516 0.0428
0.0459 0.0504
0.0837 0.0472
0.0669 DSPS
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
DSPL 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 0.0000
0.0000 TOTAL
0.3950 0.4955
0.4075 0.4434
0.4764 0.7637
0.4504 0.6200
Tabel 12. Lanjutan
C lo
se L
o o
p E
ffe c
t M a
tr ix
N 3
= M
3 –
1 x
M 2
x M
1 Keterangan
Tan. Pangan
Perke- bunan
Peter- nakan
Kehu- tanan
Peri- kanan
Industri Makanan
dan Minuman
Industri Kulit
Industri Hasil
Hutan
TKPRT 0.0202
0.0254 0.0208
0.0229 0.0239
0.0360 0.0230
0.0301 TKNPRT
0.0086 0.0108
0.0088 0.0097
0.0102 0.0152
0.0098 0.0128
MDL 0.0596
0.0746 0.0612
0.0673 0.0704
0.1053 0.0677
0.0884 RTBRH
0.0010 0.0012
0.0010 0.0011
0.0012 0.0017
0.0011 0.0014
RTPPGR 0.0071
0.0089 0.0073
0.0080 0.0084
0.0126 0.0081
0.0106 RTPPGT
0.0058 0.0073
0.0060 0.0066
0.0069 0.0103
0.0066 0.0087
RTNPGR 0.0046
0.0057 0.0047
0.0052 0.0054
0.0081 0.0052
0.0068 RTNPGT
0.0018 0.0022
0.0018 0.0020
0.0021 0.0032
0.0020 0.0027
RTPKGR 0.0074
0.0093 0.0076
0.0084 0.0088
0.0132 0.0084
0.0110 RTPKGT
0.0092 0.0116
0.0095 0.0104
0.0109 0.0164
0.0105 0.0137
ISTL 0.0147
0.0184 0.0151
0.0166 0.0174
0.0260 0.0167
0.0218 DSPS
0.0063 0.0045
0.0024 0.0011
0.0040 0.0105
0.0024 0.0036
DSPL 0.1007
0.1298 0.1076
0.1198 0.1228
0.1815 0.1196
0.1564 TOTAL
0.2470 0.3097
0.2538 0.2791
0.2924 0.4400
0.2811 0.3680
Sumber : Lampiran 5 diolah Pencapaian kenaikan sub sektor perkebunan sudah tentu membutuhkan
bahan baku dari sektor produksi lainnya, oleh karena itu sektor produksi lainnya yang menerima dampak dari adanya injeksi di sub sektor perkebunan sebesar
0.4480 milyar rupiah. Selain sektor pertanian, sektor industri pengolahan hasil pertanian juga memperoleh aliran penerimaan perekonomian ketika neraca
eksogen diberi injeksi, seperti pada sektor Industri Makanan dan Minuman IMM. Jika dimisalkan ada injeksi sebesar 1 milyar rupiah, maka sektor yang
merasakan dampak pertama adalah sektor industri makanan dan minuman IMM itu sendiri yang ditunjukkan oleh Tabel 12 DSPS, pada putaran awal
penerimaannya akan naik sebesar 0.0789 milyar rupiah. Pencapaian kenaikan
tersebut, sudah tentu industri makanan dan minuman membutuhkan bahan baku dari sektor produksi lainnya, contohnya dari produksi tanaman pangan yang
menyediakan bahan baku bawang untuk dijadikan bawang goreng khas palu, dari sektor perikanan yang menyediakan ikan segar untuk dibuat ikan asinan.
Selain kedua sektor tersebut terdapat juga sektor produksi lainnya yang terkena dampak dari adanya injeksi di sektor industri makanan dan minuman
1.0425 milyar rupiah. Penjelasan lainnya juga dapat dilihat pada industri hasil hutan, jika ada
injeksi sebesar 1 milyar rupiah maka penerimaan industri hasil hutan akan naik sebesar 0.1920 milyar rupiah dan dampak terhadap sektor lainnya 0.6370 milyar
rupiah. Penerimaan dari sektor industri hasil hutan paling tinggi, mengingat Provinsi Sulawesi Tengah merupakan daerah penghasil industri kayu yang dikenal
dengan kayu eboni dan rotan. Dengan demikian total kenaikan penerimaan yang dipancarkan own effect dari kedua sektor industri tersebut masing-masing
sebesar 1.1215 milyar rupiah dan 0.8290 milyar rupiah. Dengan adanya injeksi terhadap sektor produksi seperti yang dikemukakan
di atas juga berakibat langsung terhadap penerimaan variabel-variabel ekonomi yang berada pada blok lain. Dalam blok ini misalnya faktor produksi yang terdiri
dari Tenaga Kerja Pertanian TKPRT, Tenaga Kerja Bukan Penerima Upah Nonpertanian TKNPRT dan Modal MDL serta neraca institusi yang terdiri dari
atas tujuh kelompok rumahtangga yaitu : Rumahtangga Buruh Tani RTBRH, Rumahtangga Pertanian Pendapatan Rendah RTPPGR, Rumahtangga Pertanian
Pendapatan Tinggi RTPPGT, Rumahtangga Desa Nonpertanian Pendapatan Rendah RTNPGR, Rumahtangga Desa Nonpertanian Golongan Tinggi
RTNPGT, Rumahtangga Perkotaan Pendapatan Golongan Rendah RTPKGR,
dan Rumahtangga Perkotaan Pendapatan Golongan Tinggi RTKPGT serta Institusi Lainnya ISTL. Interaksi antarvariabel dengan blok lain dengan melalui
sistem akan memberi pengaruh pada peningkatan sektor industri makanan dan minuman, industri hasil hutan, serta sektor-sektor ekonomi lainnya dalam blok
produksi. Putaran efek selanjutnya memberi pengaruh terhadap penerimaan di blok lain begitu seterusnya dan selalu terbuka antarblok sehingga dinamakan open
loop effect. Total open loop effect yang dikemukakan pada Tabel 12 menunjukkan
adanya injeksi 1 milyar rupiah pada neraca eksogen, dampaknya pada Industri Hasil Hutan IKH sebesar 0.6200 milyar rupiah yang didistribusikan pada
penerimaan modal 0.2711 milyar rupiah, rumahtangga pertanian golongan rendah 0.0321 milyar rupiah, tenaga kerja pertanian 0.0771 milyar rupiah dan tenaga
kerja bukan penerima upah nonpertanian 0.0458 milyar rupiah. Untuk sub sektor perkebunan, jika dimisalkan ada injeksi 1 milyar rupiah pada neraca eksogen
maka dampak pada sub sektor perkebunan 0.4955 milyar rupiah, yang didistribusikan pada penerimaan tenaga kerja pertanian sebesar 0.0729 milyar
rupiah, penerimaan modal sebesar 0.2094 milyar rupiah, rumahtangga pertanian golongan rendah sebesar 0.0253 milyar rupiah, rumahtangga nonpertanian
pendapatan rendah di perdesaan sebesar 0.0163 milyar rupiah dan rumahtangga pendapatan rendah diperkotaan sebesar 0.0264 milyar rupiah.
Dalam analisis dekomposisi closed loop effect dari penerimaan sektor produksi industri hasil hutan mendapat tambahan 0.0036 milyar rupiah akibat
dari injeksi terhadap sektor industri hasil hutan tersebut. Produksi lainnya mendapat penerimaan sebesar 0.1564 milyar rupiah, faktor produksi tenaga kerja
pertanian 0.0301 milyar, tenaga kerja nonpertanian 0.0128 milyar rupiah, dan
modal 0.0884 milyar rupiah dan untuk tambahan penerimaan institusi rumahtangga sebesar 0.0549 milyar rupiah serta institusi lainnya sebesar
0.1564 milyar rupiah. Total closed loop effect yang terlihat dalam perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah di sektor industri hasil hutan sebesar 0.3680 milyar
rupiah.
VI. ANALISIS JALUR STRUKTURAL