Pengaruh langsung yang diterima oleh rumahtangga tersebut dari setiap kenaikan neraca eksogen di sub sektor tanaman pangan adalah sebesar 0.112 atau
sekitar 57.3 persen persentase Global Effect. Pengaruh langsung tersebut dihasilkan melalui jalur sub sektor tanaman pangan ke faktor produksi tenaga
kerja bukan penerima upah nonpertanian yang memiliki pengaruh langsung sebesar 0.140. Dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa pengolahan sektor
pertanian di Provinsi Sulawesi Tengah lebih banyak dikelolah dengan menggunakan tenaga kerja yang berasal dari rumahtangga pertanian itu sendiri.
6.1.2. Sub Sektor Tanaman Perkebunan
Jalur dasar sub sektor tanaman perkebunan ke rumahtangga secara umum juga menunjukkan pola yang sama. Jalur dasar tersebut seperti terlihat pada Tabel
14 dan Gambar 14. Tabel 14. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Sub Sektor
Tanaman Perkebunan ke Rumahtangga, Tahun 2008
Jalur Asal Jalur Dasar
Jalur Tujuan
Rumahtangga
Global Effect
Direct Effect
Path Multi
-plier
Total
Effect Persentase
Pengaruh Global
Sub Se kt
or
T an
am an
P er
ke bunan
Perkebunan -TK pertanian – Buruh Tani
Buruh Tani 0.012
0.001 1.167
0.001 11.1
Perkebunan -TK pertanian – RT Pertanian Desa Rendah
RT Pertanian Desa Rendah
0.097 0.024
1.176 0.028
29.1
Perkebunan – TK Pertanian – RT Pertanian Desa Tinggi
RT Pertanian Desa Tinggi
0.068 0.026
1.157 0.031
45.3 Perkebunan – TK Pertanian –
RT Non Pertanian Desa Rendah RT Non
Pertanian Desa Rendah
0.055 0.020
1.161 0.023
42.9
Perkebunan – TK Pertanian – RT Non Pertanian Desa Tinggi
RT Non Pertanian Desa
Tinggi 0.021
0.008 1.153
0.009 42.9
Perkebunan – TK Pertanian – RT Pendapatan Rendah di Kota
RT Pendp. Rendah kota
0.090 0.032
1.164 0.037
41.5
Perkebunan – TK Pertanian – RT Pendapatan Tinggi di Kota
RT Pendp. Tinggi kota
0.113 0.041
1.162 0.047
41.8 Perkebunan
- TK bukan
penerima upah nonpertanian
– RT Pertanian Desa Rendah RT Pertanian
Desa Rendah 0.043
1.156 0.050
51.3 Perkebunan – Modal – RT Non
Pertanian Desa Tinggi RT Non
Pertanian Desa Tinggi
0.004 1.117
0.005 22.5
Sumber : Lampiran 9 diolah
Pengaruh global yang dipancarkan ke rumahtangga pertanian pendapatan tinggi sebesar 0.068 atau sekitar 45.3 persen tambahan pendapatan rumahtangga
pertanian pendapatan tinggi melewati jalur dasar tersebut. Pengaruh langsung yang diterima rumahtangga pertanian pendapatan tinggi sebesar 0.026. Nilainya
memberi makna bahwa setiap stimulus ekonomi sebesar 1 milyar rupiah yang ditujukan ke sub sektor tanaman perkebunan, pengaruh secara langsung yang
diterima rumahtangga pertanian pendapatan tinggi sebesar 0.026 milyar rupiah. Kemudian dari sub sektor tanaman perkebunan, pengaruh stimulus menuju faktor
produksi tenaga kerja menghasilkan pengaruh langsung terhadap peningkatan pendapatan tenaga kerja sebesar 0.152 milyar rupiah.
Bila dilihat secara keseluruhan kemana dampak paling besar dari jalur sub sektor perkebunan, ternyata rumahtangga pertanian pendapatan rendah di desa
yang memiliki persentase pengaruh global yang paling tinggi, yang terlebih dahulu melewati faktor produksi tenaga kerja bukan penerima upah nonpertanian.
Dalam jalur ini setiap diberikan stimulus 1 milyar rupiah ke sub sektor tanaman perkebunan, pengaruh langsung yang diterima oleh rumahtangga pertanian
pendapatan rendah sebesar 0.043 milyar rupiah. Nilai tersebut lebih besar daripada pengaruh langsung
terhadap rumahtangga lainnya. Dampak stimulus juga melewati sektor-sektor lain yang membentuk jalur sirkuit sehingga
menghasilkan pengganda jalur sebesar 1.156. Jalur tersebut berdampak kembali pada peningkatan pendapatan rumahtangga pertanian pendapatan rendah dengan
menghasilkan pengaruh total sebesar 0.050 milyar rupiah atau sekitar 51.3 persen dari pengaruh global.
Selain melewati faktor produksi tenaga kerja bukan penerima upah nonpertanian, stimulus ekonomi yang menuju ke rumahtangga juga melewati
faktor produksi modal. Dalam jalur tersebut, rumahtangga nonpertanian pendapatan tinggi di perdesaan menerima persentase pengaruh global paling
tinggi sebesar 22.5 persen atau pengaruh total 0.005 milyar. Stimulus ekonomi
menghasilkan pengaruh langsung sebesar 0.004 milyar rupiah.
6.1.3. Sub Sektor Peternakan
Jalur dasar sub sektor peternakan ke rumahtangga secara umum dapat dilihat pada Tabel 15. Perhitungan pengaruh sub sektor peternakan pada faktor
produksi, akan dijelaskan hanyalah jalur dasar yang memiliki persentase Global Effect GE paling tinggi. Pengaruh global yang dipancarkan ke rumahtangga
pertanian pendapatan tinggi sebesar 0.061, dimana sekitar 36.3 persen tambahan
Sub Se kt
o r
T a
n a
m a
n P
e r
ke bun
a n
RT Pert. Pendapatan Rendah
RT Pert. Pendapatan Tinggi
RT Non Pert. Pendapatan Rendah
RT Non Pert. Pendapatan Tinggi Desa
RT Pendapatan Rendah Kota
RT Pendapatan Tinggi Kota
TK Pertanian
Modal
TK bukan penerima upah
nonpertanian RT Pert. Pendapatan
Rendah Desa
RT Non Pert. Pendapatan Tinggi Desa
Sumber : Lampiran 9 diolah Gambar 14. Jalur Dasar Sub Sektor Tanaman Perkebunan ke Rumahtangga
45.3 42.9
42.9 41.5
41.8 51.3
29.1
0.152 0.002
0.002 0.002
0.023 0.050
0.023
22.5 0. 002
0.634 0.1
68 0.131
0.012
Buruh Tani
0.002 11.1
pendapatan rumahtangga pertanian pendapatan tinggi melewati jalur dasar tersebut. Pengaruh langsung yang diterima pertanian pendapatan tinggi sebesar
0.020. Artinya, setiap stimulus ekonomi sebesar 1 milyar rupiah yang ditujukan ke sub sektor peternakan, pengaruh secara langsung yang diterima rumahtangga
pertanian pendapatan tinggi sebesar 0.020 milyar rupiah. Tabel 15. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Sub Sektor
Peternakan ke Rumahtangga, Tahun 2008
Jalur Asal Jalur Dasar
Jalur Tujuan
Rumahtangga
Global Effect
Direct Effect
Path Multi
-plier
Total
Effect Persentase
Pengaruh Global
Sub Se kt
or
P et
e rn
ak an
Peternakan -TK pertanian – RT Pertanian Desa Rendah
RT Pertanian Desa Rendah
0.091 0.018
1.143 0.020
22.4
Peternakan – TK Pertanian – RT Pertanian Desa Tinggi
RT Pertanian Desa Tinggi
0.061 0.020
1.125 0.022
36.3
Peternakan – TK Pertanian – RT Non Pertanian Desa
Rendah RT Non
Pertanian Desa Rendah
0.049 0.015
1.128 0.017
34.6
Peternakan – TK Pertanian – RT Non Pertanian Desa
Tinggi RT Non
Pertanian Desa Tinggi
0.019 0.006
1.122 0.006
34.4
Peternakan – TK Pertanian – RT Pendapatan Rendah di Kota
RT Pendp. Rendah kota
0.082 0.024
1.132 0.027
33.1
Peternakan – TK Pertanian – RT Pendapatan Tinggi di Kota
RT Pendp. Tinggi kota
0.103 0.030
1.138 0.035
33.5 Peternakan
- TK bukan
penerima upah nonpertanian
– RT Pertanian Desa Rendah RT Pertanian
Desa Rendah 0.045
1.120 0.051
55.4 Pertanian Tan. Pangan – Modal
– RT Pertanian Desa Tinggi RT Pertanian
Desa Tinggi 0.014
1.088 0.015
25.2
Sumber : Lampiran 9, diolah. Bila dilihat pada Gambar 15, pengaruh stimulus menuju faktor produksi
tenaga kerja pertanian dari sub sektor peternakan menghasilkan pengaruh langsung terhadap peningkatan pendapatan tenaga kerja sebesar 0.133 milyar
rupiah. Secara keseluruhan kemana dampak paling besar dari jalur sub sektor
peternakan, ternyata rumahtangga pertanian pendapatan rendah di desa yang memiliki persentase pengaruh global yang paling tinggi, yang terlebih dahulu
melewati faktor produksi tenaga kerja bukan penerima upah nonpertanian. Dalam jalur ini setiap diberikan stimulus 1 milyar rupiah ke sub sektor peternakan,
pengaruh langsung yang diterima oleh rumahtangga pertanian pendapatan rendah sebesar 0.045 milyar rupiah. Nilai tersebut lebih besar daripada pengaruh
langsung terhadap rumahtangga lainnya.
Dampak stimulus juga melewati sektor-sektor lain yang membentuk jalur sirkuit sehingga menghasilkan pengganda jalur sebesar 1.120 sehingga berdampak
kembali pada peningkatan pendapatan rumahtangga pertanian pendapatan rendah dengan menghasilkan pengaruh total sebesar 0.051 milyar rupiah atau sekitar
55.4 persen dari pengaruh global. Selain melewati jalur faktor produksi tenaga kerja bukan penerima upah nonpertanian, stimulus ekonomi yang menuju
ke rumahtangga juga melewati faktor produksi modal. Dalam jalur tersebut, rumahtangga nonpertanian pendapatan tinggi di perdesaan menerima persentase
Sub Se kt
o r
P et
ern a
k a
n
RT Pert. Pendapatan Rendah
RT Pert. Pendapatan Tinggi
RT Non Pert. Pendapatan Rendah Desa
RT Non Pert. Pendapatan Tinggi Desa
RT Pendapatan Rendah Kota
RT Pendapatan Tinggi Kota
TK Pertanian
Modal
TK bukan penerima upah nonpertanian
RT Pert. Pendapatan Rendah Desa
RT Non Pert. Pendapatan Tinggi Desa
Sumber : Lampiran 9 diolah Gambar 15. Jalur Dasar Sub Sektor Peternakan ke Rumahtangga
36.3 34.6
34.4 33.1
33.5 55.4
22.4
0.113 0.012
0.011 0.010
0.003 0.015
0.002
25.2 0. 025
0.707 0.16
8 0.138
0.053
pengaruh global paling tinggi sebesar 25.2 persen atau pengaruh totalnya 0.015 milyar rupiah. Stimulus ekonomi menghasilkan pengaruh langsung sebesar 0.014
milyar rupiah.
6.1.4. Sub Sektor Kehutanan
Jalur dasar sub sektor kehutanan ke rumahtangga secara umum dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Sub Sektor Kehutanan ke Rumahtangga, Tahun 2008
Jalur Asal Jalur Dasar
Jalur Tujuan
Rumahtangga
Global Effect
Direct Effect
Path Multi
-plier
Total
Effect Persentase
Pengaruh Global
Sub Se kt
or
K ehut
an an
Kehutanan -TK pertanian – RT Pertanian Desa Rendah
RT Pertanian Desa Rendah
0.081 0.017
1.168 0.020
24.7
Kehutanan – TK Pertanian – RT Pertanian Desa Tinggi
RT Pertanian Desa Tinggi
0.057 0.019
1.147 0.022
37.7
Kehutanan – TK Pertanian – RT Non Pertanian Desa Rendah
RT Non Pertanian Desa
Rendah 0.045
0.014 1.150
0.017 36.8
Kehutanan – TK Pertanian – RT Non Pertanian Desa Tinggi
RT Non Pertanian Desa
Tinggi 0.018
0.005 1.142
0.006 35.4
Kehutanan – TK Pertanian – RT Pendapatan Rendah di Kota
RT Pendp. Rendah kota
0.075 0.023
1.155 0.026
35.1
Kehutanan – TK Pertanian – RT Pendapatan Tinggi di Kota
RT Pendp. Tinggi kota
0.094 0.029
1.158 0.034
35.7 Kehutanan
- TK bukan
penerima upah nonpertanian
– RT Pertanian Desa Rendah RT Pertanian
Desa Rendah
0.035 1.144
0.040 49.5
Kehutanan – Modal – RT Pertanian Desa Tinggi
RT Pertanian Desa Tinggi
0.014 1.106
0.015 26.0
Sumber : Lampiran 9 diolah Perhitungan pengaruh sub sektor kehutanan pada faktor produksi, akan
dijelaskan hanyalah jalur dasar yang memiliki persentase Global Effect GE paling tinggi. Pengaruh global yang dipancarkan ke rumahtangga melalui tenaga
kerja pertanian, menunjukkan bahwa rumahtangga pertanian desa memiliki pengaruh global paling tinggi sebesar 0.057 dimana sekitar 37.7 persen
tambahan pendapatan rumahtangga pertanian pendapatan tinggi melewati jalur dasar tersebut. Pengaruh langsung yang diterima rumahtangga pertanian
pendapatan tinggi sebesar 0.019. Artinya, setiap stimulus ekonomi sebesar 1 milyar rupiah yang ditujukan ke sub sektor kehutanan, pengaruh secara
langsung yang diterima rumahtangga tersebut sebesar 0.019 milyar rupiah. Jika dilihat secara keseluruhan kemana dampak paling besar dari jalur sub
sektor kehutanan, ternyata rumahtangga pertanian pendapatan rendah di desa yang memiliki persentase pengaruh global yang paling besar, yang terlebih dahulu
melewati faktor produksi tenaga kerja bukan penerima upah nonpertanian. Dalam
jalur ini setiap diberikan stimulus 1 milyar rupiah ke sub sektor kehutanan, pengaruh langsung yang diterima oleh rumahtangga pertanian pendapatan rendah
di desa sebesar 0.035 milyar rupiah. Nilai tersebut lebih besar daripada pengaruh langsung
terhadap rumahtangga lainnya.
Sub Se kt
o r
K e
hut a
na n
RT Pert. Pendapatan Rendah
RT Pert. Pendapatan Tinggi
RT Non Pert. Pendapatan Rendah
RT Non Pert. Pendapatan Tinggi
RT Pendapatan Rendah Kota
RT Pendapatan Tinggi Kota
TK Pertanian
Modal
TK bukan penerima upah
nonpertanian
RT Pert. Pendapatan Rendah Desa
RT Pert. Pendapatan Tinggi Desa
Sumber : Lampiran 9 diolah Gambar 16. Jalur Dasar Sub Sektor Kehutanan ke Rumahtangga
37.7
36.8
35.4 35.1
35.7 49.5
24.7
0.180 0.001
0.002 0.001
0.050 0.001
0.002
26.0 0. 011
0.673 0.1
68 0.107
0.055
Dampak stimulus juga melewati sektor-sektor lain yang membentuk jalur sirkuit sehingga menghasilkan pengganda jalur sebesar 1.144.
Jalur tersebut berdampak kembali pada peningkatan pendapatan rumahtangga pertanian
pendapatan rendah di desa dengan menghasilkan pengaruh total sebesar 0.040 milyar rupiah atau sekitar 49.5 persen dari pengaruh global. Selain melewati
jalur faktor produksi tenaga kerja bukan penerima upah non pertanian, stimulus ekonomi yang menuju ke rumahtangga juga melewati faktor produksi modal.
Dalam jalur tersebut, rumahtangga nonpertanian pendapatan tinggi di perdesaan menerima persentase pengaruh global paling tinggi sebesar 26.0 persen atau
pengaruh total 0.015 milyar. Stimulus ekonomi menghasilkan pengaruh langsung sebesar 0.014 milyar rupiah.
6.1.5. Sub Sektor Perikanan
Perhitungan pengaruh sub sektor perikanan yang melalui faktor produksi dan berakhir di institusi rumahtangga, akan dijelaskan hanyalah jalur dasar yang
memiliki persentase Global Effect GE paling tinggi. Jalur dasar sub sektor perikanan ke rumahtangga secara umum ditunjukkan pada Tabel 17.
Pengaruh global yang dipancarkan ke rumahtangga pertanian pendapatan rendah sebesar
0.095 dimana sekitar 23.8 persen tambahan pendapatan rumahtangga pertanian pendapatan rendah melewati jalur dasar tersebut. Pada jalur tersebut pengaruh
langsung yang diterima pertanian pendapatan rendah sebesar 0.019. Artinya, setiap stimulus ekonomi sebesar 1 milyar rupiah yang ditujukan ke sub sektor
perikanan, pengaruh secara langsung yang diterima rumahtangga pertanian pendapatan rendah sebesar 0.019 milyar rupiah. Secara keseluruhan kemana
dampak paling besar dari jalur sub sektor perikanan, ternyata rumahtangga
pertanian pendapatan rendah di desa yang memiliki persentase pengaruh global yang paling besar dan terlebih dahulu melewati faktor produksi tenaga kerja
bukan penerima upah nonpertanian. Dalam jalur ini setiap diberikan stimulus 1 milyar rupiah ke sub sektor perikanan, pengaruh langsung yang diterima oleh
rumahtangga pertanian pendapatan rendah sebesar 0.044 milyar rupiah. Nilai tersebut lebih besar daripada pengaruh langsung
terhadap rumahtangga lainnya. Tabel 17. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Sub Sektor
Perikanan ke Rumahtangga, Tahun 2008
Jalur Asal Jalur Dasar
Jalur Tujuan
Rumahtangga
Global Effect
Direct Effect
Path Multi
-plier
Total
Effect Persentase
Pengaruh Global
Sub Se kt
or
P eri
k an
an
Perikanan -TK pertanian – RT Pertanian Desa Rendah
RT Pertanian Desa Rendah
0.095 0.019
1.167 0.022
23.8
Perikanan – TK Pertanian – RT Pertanian Desa Tinggi
RT Pertanian Desa Tinggi
0.064 0.021
1.148 0.024
38.4
Perikanan – TK Pertanian – RT Non Pertanian Desa Rendah
RT Non Pertanian Desa
Rendah 0.052
0.016 1.151
0.019 36.3
Perikanan – TK Pertanian – RT Non Pertanian Desa Tinggi
RT Non Pertanian Desa
Tinggi 0.019
0.006 1.144
0.007 36.5
Pertanian Tan. Pangan – TK Pertanian
– RT Pendapatan Rendah di Kota
RT Pendp. Rendah kota
0.085 0.026
1.156 0.030
34.0
Perikanan – TK Pertanian – RT Pendapatan Tinggi di Kota
RT Pendp. Tinggi kota
0.107 0.033
1.159 0.038
35.3 Perikanan
- TK bukan
penerima upah nonpertanian
– RT Pertanian Desa Rendah RT Pertanian
Desa Rendah 0.044
1.144 0.050
53.1
Perikanan – Modal – RT Non Pertanian Desa Tinggi
RT Non Pertanian Desa
Tinggi 0.004
1.102 0.005
23.3
Sumber : Lampiran 9 diolah Dampak stimulus juga melewati sektor-sektor lain yang membentuk jalur
sirkuit sehingga menghasilkan pengganda jalur sebesar 1.144. Jalur tersebut berdampak kembali pada peningkatan pendapatan rumahtangga pertanian
pendapatan rendah dengan menghasilkan pengaruh total sebesar 0.050 milyar rupiah atau sekitar 51.3 persen dari pengaruh global. Selain melewati jalur faktor
produksi tenaga kerja bukan penerima upah non pertanian, stimulus ekonomi yang
menuju ke rumahtangga juga melewati faktor produksi modal. Dalam jalur tersebut, rumahtangga nonpertanian pendapatan tinggi di perdesaan menerima
persentase pengaruh global paling tinggi sebesar 23.3 persen atau pengaruh total 0.005 milyar rupiah. Stimulus ekonomi menghasilkan pengaruh langsung sebesar
0.004 milyar rupiah.
6.2. Jalur Transmisi Pengaruh Sektor Industri Pengolahan Hasil Pertanian ke Rumahtangga
6.2.1. Sektor Industri Makanan dan Minuman
Jalur dasar sektor industri makanan dan minuman disajikan pada Tabel 18 dan Gambar 18.
Jalur dasar pada industri makanan dan minuman sebelum menuju rumahtangga terlebih dahulu melewati faktor produksi tenaga kerja pertanian,
Sub Se kt
o r
P e
r ika
na n
RT Pert. Pendapatan Rendah
RT Pert. Pendapatan Tinggi
RT Non Pert. Pendapatan Rendah
Desa RT Non Pert.
Pendapatan Tinggi Desa RT Pendapatan
Rendah Kota RT Pendapatan
Tinggi Kota
TK Pertanian
Modal
TK bukan penerima upah
nonpertanian RT Pert. Pendapatan
Rendah Desa
RT Non Pert. Pendapatan Tinggi Desa
Sumber : Lampiran 9 diolah Gambar 17. Jalur Dasar Sub Sektor Perikanan ke Rumahtangga
45.3 42.9
42.9 41.5
41.8 51.3
29.1
0.152 0.009
0.007 0.008
0.002 0.009
0.012
23.3 0. 008
0.634 0.1
68 0.131
0.036 Buruh Tani
0.001 11.1
tenaga kerja bukan penerima upah nonpertanian dan modal. Pengaruh stimulus terbesar dari keenam golongan rumahtangga adalah rumahtangga nonpertanian
pendapatan tinggi di desa yang melalui faktor produksi tenaga kerja pertanian. Tabel 18. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Sektor
Industri Makanan dan Minuman ke Rumahtangga, Tahun 2008
Jalur Asal Jalur Dasar
Jalur Tujuan
Rumahtangga
Global Effect
Direct Effect
Path Multi
-plier
Total
Effect Persentase
Pengaruh Global
Se kt
or I
ndus tr
i
M ak
an an
dan M
inum a
n
Inds. Mak. dan Min. -TK pertanian
– RT Pertanian Desa Rendah
RT Pertanian Desa Rendah
0.073 0.002
1.183 0.003
3.6
Inds. Mak. dan Min – TK Pertanian
– RT Pertanian Desa Tinggi
RT Pertanian Desa Tinggi
0.050 0.002
1.164 0.003
5.6
Inds. Mak. dan Min – TK Pertanian
– RT Non Pertanian Desa Rendah
RT Non Pertanian Desa
Rendah 0.041
0.002 1.169
0.002 5.3
Inds. Mak. dan Min – TK Pertanian
– RT Non Pertanian Desa Tinggi
RT Non Pertanian Desa
Tinggi
0.015 0.002
1.229 0.002
12.2 Inds. Mak. dan Min – TK
Pertanian – RT Pendapatan
Rendah di Kota RT Pendp.
Rendah kota 0.067
0.003 1.171
0.003 5.1
Inds. Mak. dan Min – TK Pertanian
– RT Pendapatan Tinggi di Kota
RT Pendp. Tinggi kota
0.084 0.004
1.173 0.004
5.2
Inds. Mak. dan Min – TK bukan penerima upah
nonpertanian – RT Pertanian
Desa Rendah RT Pertanian
Desa Rendah 0.002
1.162 0.002
3.4
Inds. Mak. dan Min – Modal – RT Pertanian Desa Tinggi
RT Pertanian Desa Tinggi
0.001 1.132
0.001 2.3
Sumber : Lampiran 9 diolah Tabel 18 menunjukkan pengaruh global bagi rumahtangga nonpertanian
pendapatan tinggi di desa sebesar 0.015. Sektor industri makanan dan minuman pada jalur tersebut menerima pengaruh langsung sebesar 0.002. Dampaknya
menghasilkan pengganda jalur sebesar 1.229, sehingga dapat diartikan jika sektor industri makanan dan minuman menerima peningkatan output sebesar 1 milyar
rupiah akan meningkatkan penerimaan pendapatan nonpertanian pendapatan tinggi di desa sebesar 0.015 milyar rupiah dimana sekitar 12.2 persen tambahan
pendapatan tersebut mengikuti jalur dasar dari sektor industri makanan dan minuman yang terlebih dahulu menuju faktor produksi tenaga kerja pertanian dan
berakhir di rumahtangga nonpertanian pendapatan tinggi di desa. Kelompok tersebut menerima pengaruh global sekitar lima kali lipat dibanding pengaruh
yang diterima rumahtangga pertanian pendapatan tinggi di desa yang melalui faktor produksi modal, seperti yang terlihat pada Gambar 18.
Rumahtangga pertanian pendapatan tinggi dengan melalui faktor produksi
modal menerima pengaruh terkecil, pada jalur dasar industri makanan dan minuman menuju rumahtangga pertanian pendapatan tinggi, pengaruh langsung
yang diterima rumahtangga pertanian pendapatan tinggi sebesar 0.001 dan dampak dari jalur sirkuit akan menghasilkan pengganda jalur sebesar 1.132
sehingga pengaruh total yang diterima rumahtangga pertanian pendapatan tinggi
Indus tr
i M a
ka n
a n
da n Mi
nu m
a n
RT Pert. Pendapatan Rendah
RT Pert. Pendapatan Tinggi
RT Non Pert. Pendapatan Rendah
RT Non Pert. Pendapatan Tinggi
RT Pendapatan Rendah Kota
RT Pendapatan Tinggi Kota
TK Pertanian
Modal
TK bukan penerima upah nonpertanian
RT Non Pert. Pendapatan Rendah Desa
RT Non Pert. Pendapatan Tinggi Desa
Sumber : Lampiran 9 diolah Gambar 18. Jalur Dasar Sektor Industri Makanan dan Minuman
ke Rumahtangga
5.6
5.3
12.2 5.1
5.2 3.4
3.6
0.133 0.019
0.023 0.016
0.005 0.031
0.037
2.3 0. 002
0.639 0.16
8 0.123
0.005
sebesar 0.001. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman dalam pengembangannya masih sedikit tersentuh oleh modal dan belum
mengarah pada kelompok rumahtangga golongan rendah di sektor pertanian buruh tani dan petani kecil. Selain itu ada keeratan hubungan antara industri
makanan dan minuman dengan tenaga kerja di sektor pertanian. Atau dengan kata lain keterlibatan tenaga kerja di sektor pertanian dalam aktivitas produksi industri
makanan dan minuman lebih tinggi dibandingkan keterlibatan tenaga kerja bukan penerima upah non pertanian.
Jika membandingkan dari ketiga jalur faktor produksi tersebut, jalur yang melewati faktor produksi tenaga kerja pertanian akan menghasilkan pengaruh
global terbesar bagi rumahtangga non pertanian golongan tinggi di desa. Jalur yang melewati modal sebagai perantara pada kenyataannya memberikan pengaruh
langsung kepada rumahtangga non pertanian golongan rendah di desa yang lebih kecil dibandingkan jalur yang dilewati industri makanan dan minuman pada faktor
produksi lainnya.
6.2.2. Sektor Industri Kulit
Jalur struktural sektor industri kulit disajikan pada Tabel 19 dan Gambar 19. Nilai pengaruh terbesar yang dipancarkan adalah dari sektor
industri kulit ke rumahtangga pendapatan tinggi di perkotaan dengan nilai sebesar 0.116. Pengaruh yang dipancarkan ke rumahtangga tersebut melewati tiga jalur
dasar. Jalur pertama melewati tenaga kerja pertanian, jalur kedua melewati faktor produksi tenaga kerja bukan penerima upah nonpertanian dan jalur ketiga
melewati faktor produksi modal terlebih dahulu baru kemudian menuju rumahtangga.
Tabel 19. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Sektor Industri Kulit ke Rumahtangga, Tahun 2008
Jalur Asal Jalur Dasar
Jalur Tujuan
Rumahtangga
Global Effect
Direct Effect
Path Multi
-plier
Total
Effect Persentase
Pengaruh Global
S ek
tor In
d u
st ri Ku
lit
Industri Kulit - TK pertanian – Buruh Tani
Buruh Tani 0.012
0.002 1.121
0.002 16.4
Industri Kulit - TK pertanian – RT Pertanian Desa Rendah
RT Pertanian Desa Rendah
0.084 0.038
1.132 0.043
51.6
Industri Kulit – TK Pertanian – RT Pertanian Desa Tinggi
RT Pertanian Desa Tinggi
0.075 0.042
1.112 0.047
62.4
Industri Kulit – TK Pertanian – RT Non Pertanian Desa
Rendah RT Non
Pertanian Desa Rendah
0.057 0.032
1.116 0.036
62.9
Industri Kulit – TK Pertanian – RT Non Pertanian Desa
Tinggi RT Non
Pertanian Desa Tinggi
0.023 0.012
1.108 0.014
57.9
Industri Kulit – TK Pertanian – RT Pendapatan Rendah di Kota
RT Pendp. Rendah kota
0.094 0.051
1.120 0.057
61.2
Industri Kulit – TK Pertanian – RT Pendapatan Tinggi di Kota
RT Pendp. Tinggi kota
0.116 0.065
1.123 0.073
63.2 Industri Kulit – TK bukan
penerima upah nonpertanian – RT Pertanian Desa Rendah
RT Pertanian Desa Rendah
0.017 1.120
0.019 22.9
Industri Kulit –
TK Nonpertanian
– RT Non Pertanian Desa Tinggi
RT Non Pertanian Desa
Tinggi 0.004
1.074 0.005
20.2
Sumber : Lampiran 9 diolah Secara keseluruhan dampak paling besar dari jalur sektor industri kulit
ke institusi rumahtangga adalah rumahtangga pendapatan tinggi di perkotaan memiliki persentase pengaruh global yang paling besar, yang terlebih dahulu
melewati tenaga kerja pertanian. Dalam jalur ini setiap diberikan stimulus 1 milyar rupiah ke sektor industri kulit, pengaruh langsung yang diterima oleh
rumahtangga pendapatan tinggi di perkotaan sebesar 0.065 milyar rupiah. Nilai tersebut lebih besar daripada pengaruh langsung
terhadap rumahtangga lainnya. Dampak stimulus juga melewati sektor-sektor lain yang membentuk jalur sirkuit
sehingga menghasilkan pengganda jalur sebesar 1.123. Jalur tersebut berdampak kembali pada peningkatan pendapatan rumahtangga pendapatan tinggi
di perkotaan dengan menghasilkan pengaruh total sebesar 0.073 milyar rupiah atau sekitar 63.2 persen dari pengaruh global.
Sebagaimana yang dijelaskan bahwa ketiga jalur yang melewati faktor produksi tersebut, pengaruh total terbesar terdapat pada jalur yang melewati
tenaga kerja pertanian ke rumahtangga pendapatan tinggi di perkotaan. Berdasarkan nilai pengaruhnya, maka manfaat secara langsung pengembangan
sektor industri kulit lebih banyak mengarah ke golongan rumahtangga pendapatan tinggi di perkotaan, bukan ke buruh tani maupun petani kecil.
Sejalan dengan jalur tujuan yang mengarah pada rumahtangga pendapatan tinggi di perkotaan, jalur tersebut juga melewati modal sebagai perantara.
Dengan demikian pengembangan sektor industri kulit akan memberikan nilai tambah kepada faktor produksi modal yang dampak akhirnya akan dinikmati
terutama oleh rumahtangga pendapatan tinggi di perkotaan sebagai penyedia
Indu st
r i
K u
lit
RT Pert. Pendapatan Rendah
RT Pert. Pendapatan Tinggi
RT Non Pert.
Pendapatan
Rendah Desa RT Non Pert. Pendapatan
Tinggi Desa RT Pendapatan
Rendah Kota
RT Pendapatan Tinggi Kota
TK Pertanian
Modal
TK bukan penerima upah nonpertanian
RT Non Pert. Pendapatan Rendah Desa
RT Non Pert. Pendapatan Tinggi Desa
Sumber : Lampiran 9 diolah Gambar 19. Jalur Dasar Sektor Industri Kulit ke Rumahtangga
62.4 62.9
57.9 61.2
63.2 22.9
51.6
0.274 0.008
0.009 0.008
0.002 0.010
0.013
20.2 0. 003
0.824 0.1
68 0.079
0.031
Buruh Tani
0.002 16.4
modal. Jalur dasar pada Gambar 19 tersebut juga menunjukkan bahwa faktor
produksi modal sebagai perantara menerima pengaruh langsung sebesar 0.824, tenaga kerja pertanian menerima 0.274, tenaga kerja bukan penerima upah
nonpertanian menerima 0.079, dari nilai-nilai pengaruh langsung tersebut, faktor produksi modal menerima pengaruh terbesar.
6.2.3. Sektor Industri Hasil Hutan
Jalur struktural pada sektor industri hasil hutan disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Sektor
Industri Hasil Hutan ke Rumahtangga, Tahun 2008
Jalur Asal Jalur Dasar
Jalur Tujuan
Rumahtangga
Global Effect
Direct Effect
Path Multi
-plier
Total
Effect Persentase
Pengaruh Global
Se kt
or I
ndus tr
i
Has il Hu
tan
Indst. Hasil Hutan - TK pertanian
– RT Pertanian Desa Rendah
RT Pertanian Desa Rendah
0.080 0.021
1.326 0.027
34.1
Indst. Hasil Hutan – TK Pertanian
– RT Pertanian Desa Tinggi
RT Pertanian Desa Tinggi
0.064 0.023
1.302 0.030
46.6 Indst. Hasil Hutan – TK
Pertanian – RT Non Pertanian
Desa Rendah RT Non
Pertanian Desa Rendah
0.050 0.017
1.306 0.023
45.7
Indst. Hasil Hutan – TK Pertanian
– RT Non Pertanian Desa Tinggi
RT Non Pertanian Desa
Tinggi 0.020
0.007 1.297
0.009 43.6
Indst. Hasil Hutan – TK Pertanian
– RT Pendapatan Rendah di Kota
RT Pendp. Rendah kota
0.081 0.027
1.311 0.036
44.3
Indst. Hasil Hutan – TK Pertanian
– RT Pendapatan Tinggi di Kota
RT Pendp. Tinggi kota
0.101 0.035
1.314 0.046
45.3
Indst. Hasil Hutan – TK bukan penerima upah nonpertanian
– RT Pertanian Desa Tinggi RT Pertanian
Desa Tinggi 0.016
1.305 0.021
26.4
Indst. Hasil Hutan – Modal – RT Pendapatan Rendah di Kota
RT Pendp. Rendah kota
0.002 1.252
0.003 15.7
Sumber : Lampiran 9 diolah Perhitungan pengaruh sektor industri hasil hutan pada faktor produksi,
akan dijelaskan hanyalah jalur dasar yang memiliki persentase Global Effect GE paling tinggi. Berbeda halnya pada jalur struktural pada sektor industri kulit,
jalur dasar sektor industri hasil hutan pengaruh terbesarnya mengarah pada
rumahtangga pertanian pendapatan tinggi di perdesaan, pengaruh langsung yang dipancarkan ke rumahtangga tersebut sebesar 0.023 dengan pengaruh total
sebesar 0.030 atau sekitar 46.6 persen dari pengganda global. Tabel 20 menunjukkan bahwa dalam jalur ini setiap diberikan stimulus
1 milyar rupiah ke sektor industri hasil hutan, pengaruh langsung yang diterima oleh rumahtangga pertanian pendapatan tinggi sebesar 0.023 milyar rupiah.
Dampak stimulus juga melewati sektor-sektor lain yang membentuk jalur sirkuit sehingga menghasilkan pengganda jalur sebesar 1.302. Jalur tersebut berdampak
kembali pada peningkatan pendapatan rumahtangga pertanian pendapatan tinggi dengan menghasilkan pengaruh total sebesar 0.030 milyar rupiah atau sekitar
46.6 persen dari pengaruh global. Nilai tersebut paling besar diantara pengaruh langsung yang diterima rumahtangga pada jalur yang lain. Selain jalur yang
melewati tenaga kerja, pengaruh yang dipancarkan ke rumahtangga juga melewati modal sebagai perantara. Pada jalur yang melewati modal, pengaruh terbesar
diterima rumahtangga pendapatan rendah di kota dengan pengaruh langsung sebesar 0.002 dan pengaruh total sebesar 0.003 atau 15.7 persen dari pengganda
global. Selain penjelasan pada Tabel 20, jalur struktural industri hasil hutan dapat
dilihat pada Gambar 20. Jalur dasar yang melewati faktor produksi modal akan memberikan pengaruh langsung terhadap modal sebesar 0.723, tenaga kerja
pertanian sebagai perantara akan menerima pengaruh sebesar 0.205, tenaga kerja bukan penerima upah nonpertanian akan menerima pengaruh langsung sebesar
0.105. Artinya pengembangan sektor industri hasil hutan akan menghasilkan pengaruh peningkatan nilai tambah terhadap modal yang lebih besar dibandingkan
nilai tambah yang diterima oleh faktor produksi tenaga kerja pertanian maupun tenaga kerja bukan penerima upah nonpertanian.
Hasil analisis jalur di sektor pertanian dan sektor industri pengolahan hasil pertanian yang telah di kemukakan di atas memiliki efek pancaran yang berbeda
terhadap tujuan akhir yaitu institusi rumahtangga. Sektor pertanian mengarah kepada rumahtangga pertanian berpendapatan rendah di desa dengan melalui
faktor produksi tenaga kerja bukan penerima upah nonpertanian sedangkan sektor industri pengolahan hasil pertanian mengarah kepada rumahtangga pertanian
pendapatan tinggi yang terlebih dahulu melalui faktor produksi tenaga kerja pertanian.
In d
u st
r i H
a si
l
H ut
a n
RT Pert. Pendapatan Rendah
RT Pert. Pendapatan Tinggi
RT Non Pert. Pendapatan Rendah
D RT Non Pert.
Pendapatan Tinggi Desa RT Pendapatan
Rendah Kota RT Pendapatan
Tinggi Kota TK Pertanian
Modal
TK bukan penerima upah nonpertanian
RT Pertanian Desa Tinggi
RT Pendp. Rendah kota
Sumber : Lampiran 9 diolah Gambar 20. Jalur Dasar Sektor Industri Hasil Hutan ke Rumahtangga
46.6
45.7
43.6 44.3
45.3 26.4
34.1
0.205 0.005
0.008 0.005
0.002 0.010
0.013
15.7
0. 002 0.723
0.1 68
0.105
0.019
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikemukakan bahwa untuk sektor pertanian, rumahtangga pertanian berpendapatan rendah memperoleh efek
pancaran yang paling besar dibandingkan jalur ke rumahtangga lainnya, ini berarti rumahtangga di Provinsi Sulawesi Tengah dalam mengelolah usahataninya
mengandalkan tenaga kerja yang berasal dari rumahtangga itu sendiri. Namun besarnya efek yang diperoleh tersebut belum menggambarkan tingkat
kesejahteraan rumahtangganya karena dari nilai multiplier dan analisis kemiskinan yang diperoleh pada bagian pembahasan lainnya menunjukkan
rumahtangga pertanian pendapatan rendah memiliki nilai multiplier yang rendah dan memiliki jumlah rumahtangga miskin yang sangat tinggi. Sehingga dapat
dikemukakan bahwa efek pancaran yang tinggi belum tentu menggambarkan tingkat kesejahteraannya. Menurut Sapuan dan Silitonga 1990, hal tersebut
disebabkan 1 para petani yang memiliki lahan kurang dari 0.25 ha, 2 buruh tani yang pendapatannya kurang atau cukup dikonsumsi hari itu saja, 3 nelayan
yang belum terjamah bantuan kredit lunak pemerintah, dan 4 perambah hutan dan pengangguran.
Namun ketiga sektor yang masuk dalam industri pengolahan hasil pertanian memiliki efek pengganda yang berbeda untuk masing-masing
rumahtangga. Industri makanan dan minuman, efek pengganda paling tinggi terdapat pada rumahtangga nonpertanian pendapatan tinggi di perdesaan dengan
melalui faktor produksi tenaga kerja pertanian. Industri kulit memiliki efek pengganda paling tinggi pada rumahtangga pendapatan tinggi di perkotaan dengan
melalui faktor produksi tenaga kerja pertanian dan industri hasil hutan memiliki efek pengganda paling tinggi pada rumahtangga pertanian pendapatan tinggi di
perdesaan.
VII. SIMULASI
KEBIJAKAN INVESTASI SEKTOR
PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
7.1. Dampak Investasi di Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan Hasil
Pertanian terhadap Sektor Produksi, Institusi Rumahtangga, dan Faktor Produksi
Permasalahan penting yang banyak dijumpai pada daerah
PropinsiKabupaten adalah bagaimana menggerakkan sektor ekonomi yang dominan disetiap daerah. Provinsi Sulawesi Tengah memiliki sektor pertanian
yang sangat besar terutama pada sub sektor tanaman pangan dan sub sektor perkebunan, seperti terlihat pada Tabel 21 dan Tabel 22 .
Tabel 21. Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi dan Palawija Provinsi Sulawesi Tengah, Tahun 2005 – 2008
NO. KOMODITI LUAS PANEN Ha
PRODUKSI Ton 2005
2006 2007
2008 2005
2006 2007
2008
1 Padi Sawah
168 .
869 173 .
074 195 .
715 198 .
342 701 .
239 725 .
945 837 .
426 939 .
994
2 Padi Ladang
6 .
620 6 .
004 8 .
627 8 .
564 15 .
666 13 .
831 20 .
082 23 .
204
3 Jagung
26 .
769 25 .
587 40 .
516 37 .
563 67 .
617 66 .
433 119 .
323 134 .
566
4 Kedelai
2 .
099 2 .
441 2 .
299 2 .
438 2 .
240 2 .
651 2 .
589 3 .
018
5 Kacang Tanah
6 .
347 7 .
271 7 .
312 7 .
229 9 .
201 10 .
422 10 .
808 12 .
548
6 Kacang Hijau
1 .
821 1 .
686 1 .
418 886 1 .
380 1 .
281 1 .
114 718
7 Ubi Kayu
3 .
597 3 .
762 4 .
609 3 .
770 48 .
255 52 .
791 70 .
858 63 .
331
8 Ubi Jalar
2 .
510 2 .
771 2 .
996 2 .
342 23 .
768 26 .
886 29 .
080 24 .
790
Sumber: Dinas Pertanian Daerah Provinsi Sulawesi Tengah, 2008 diolah Tabel 21 menunjukkan bahwa potensi lahan pertanian yang telah
dimanfaatkan hingga Tahun 2008 telah mencapai 261 .
134 ha luas panen dengan produksi sebesar 1
. 202
. 169 ton. Namun demikian belum seluruh potensi lahan
pertanian dimanfaatkan secara optimal. Hal itu berarti peningkatan produksi