49
Artinya: “Telah menceritakan kepada Ali bin Bahr telah menceritakan
kepada kami Isa bin Yunus telah menceritakan kepada kami Abdul hamid bin Ja’far telah mengabarkan kepadaku ayahku
dari kakekku yaitu Rafi bin Shinan bahwa ia telah masuk Islam sedangkan isterinya menolak untuk masuk Islam. Kemudian
wanita tersebut datang kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam dan berkata; anak wanitaku ia masih menyusu -atau
yang serupa dengannya. Rafi berkata; ia adalah anak wanitaku. Beliau berkata kepada wanita tersebut; duduklah di
pojok. Dan mendudukkan anak kecil tersebut diantara mereka berdua, kemudian beliau berkata; panggillah ia. Kemudian
anak tersebut menuju kepada ibunya. Lalu Nabi shallallahu alaihi wasallam berdoa: Ya Allah, berilah dia petunjuk
kemudian anak tersebut menuju kepada ayahnya. kemudian Rafi bin Sinan membawa anak tersebut. HR. Ahmad
c. Ijma’ Ulama
Ulama sepakat bahwa syarat seseorang dapat mengasuk anak adalah sebagai berikut:
1 Berakal sehat.
2 Dewasa baligh
3 Memiliki kemampuan untuk mengasuh, merawat dan mendidik
anak. 4
Dapat dipercaya amanah dan berbudi pekerti yang baik. 5
Beragama Islam. Apabila salah satu persyaratan tidak terpenuhi, maka yang
bersangkutan tidak berhak untuk mengasuh anak dan hak asuh berpindah pada anggota keluarga yang muslim dan memenuhi
ketentuan persyaratan orang yang akan mengasuh anak tersebut diatas.
50
Akan tetapi dari persyaratan diatas ulama fikih berbeda pendapat mengenai syarat seseorang yang mengasuh beragama Islam. Berpendapat
kalangan dari ulama Hanafiyah dan Malikiyah tidak disyaratkan orang yang memelihara anak harus beragama Islam akan tetapi jika non muslim
itu kitabiyah atau ghairu kitabiyah boleh menjadi hadhanah baik itu sendiri maupun orang lain.
6
Kemudian ulama berbeda pendapat juga dipemasalahan ketika hak itu merupakan hak anak mahdun. Menurut
sebagian mazhab Hanafi hadhanah adalah hak anak karena anak dapat menentukan pilihannya ia akan di didik dan dipelihara dengan baik atau
tidak. Jika ia menginginkannya tentulah itu baik, jika ia tidak ingin dipelihara oleh hadhin maka hadin tidak boleh untuk memaksanya karena
hak hadhanah itu milik si anak.
7
Mazhab Syafi‘iyah dan Mazhab Hanabilah berpendapat bahwa h
ādinlah yang berhak atas itu, apabila hādin tidak bersedia melaksanakan hadhanah, maka ia tidak dapat dipaksa untuk melakukan atau tidak. Oleh
karena itu apabila mengasuh seorang anak dilakukannya dengan secara paksa, maka dikhawatirkan anak akan terlantar pendidikan dan
pemeliharaannya B.
Dalil 1.
Al-Qur’an
Surat al-Baqarah ayat 233:
6
Wahbah Az-zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jlid 10, Penerjemah Abdul Hayyie Al-Katani, dkk:, h. 67
7
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, Ilmu Fikih, Jilid 2, Jakarta: IAIN, 1983, h.212.
51
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian
kepada Para ibu dengan cara maruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang
ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
apabilakeduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada
dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat
apa yang kamu kerjakan.” QS. al-Baqarah : 233 Pada ayat ini MUI mengambiil Istinbatul ahkam dari sepenggal ayat
yaitu:
Penulis berpendapat pada potongan ayat tersebut sudah dapat diketahui bahwa wajib bagi orang tua memberikan nafkah dari rizki yang halal.
Kewajiban tersebut dapat diketahui dari lafaz ‘ala yang diantaranya
memberikan faidah lilisti’la dan littaukid artinya wajib dilaksanakan