BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan dan penelitian terhadap permasalahan yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini, maka penulis
akhirnya sampai pada suatu kesimpulan dari pembahasan dan penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam poin-poin
sebagai berikut : 1.
Pandangan Undang-undang No 1 Tahun 1975 tentang Perkawinan secara tegas telah menentukan bahwa suatu perkawinan adalah sah apabila dilakukan
menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu Pasal 2 ayat 1 dan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku Pasal 2 ayat 2. Ketentuan Pasal 2 ayat 1 dan 2 tersebut merupakan syarat kumulatif. Oleh karena itu, suatu perkawinan yang
dilakukan menurut hukum agama tanpa dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah PPN, belum dianggap sebagai perkawinan yang sah menurut hukum positif
yang berlaku di Indonesia yaitu Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
2. Perkawinan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum Islam yakni
perkawinan yang merujuk kepada ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Dimana perkawinan tersebut dilaksanakan dengan kebulatan hati yang bertujuan untuk
hidup bahagia dan kekal berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan nikah mut’ah dipandang tidak sejalan dengan tujuan perkawinan
Universitas Sumatera Utara
dan program pembentukan keluarga sakinah. Walaupun syarat dan rukunnya telah terpenuhi menurut ajaran agama Islam, akan tetapi nikah mut’ah tidak
sah menurut hukum positif dan MUI juga telah mengeluarkan Fatwa yang menetapkan bahwa nikah mut’ah hukumnya haram, karena perkawinan
merupakan hal yang sakral, suatu ikatan lahir dan batin dengan tidak ada batasan waktu lamanya perkawinan berlangsung kecuali maut yang
memisahkan. 3.
Akibat hukum dari perkawinan apabila dilihat dari teori hukum adalah suatu tindakan yang dilakukan menurut hukum baru dapat dikatakan sebagai
perbuatan hukum. Dengan demikian akibat hukum dari perkawinan yang dilaksanakan menurut ketentuan Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan akan menimbulkan hak dan kewajiban antara suami dan isteri. Diantaranya kewajiban suami untuk menggauli isterinya, memberi nafkah dan
hak mewarisi. Sedangkan nikah mut’ah tidak memiliki akibat hukum, tetapi mempunyai dampak terhadap anak dan isteri. Apabila terjadi sesuatu hal yang
berhubungan dengan hukum positif di Indonesia, maka perkawinan tersebut akan mengalami kesulitan, seperti membuat akta kelahiran bagi anak hasil
nikah mut’ah.
B. Saran