perkawinan akan diperoleh suatu kebahagiaan, baik materil maupun spirituil. Kebahagian yang ingin dicapai bukanlah kebahagian yang sifatnya sementara
saja, tetapi kebahagian yang kekal, karenanya perkawinan yang diharapkan juga adalah perkawinan yang kekal, yang hanya dapat berakhir dengan kematian salah
satu pasangan tersebut.
95
Pemutusan karena sebab-sebab yang lain dari pada kematian, diberikan suatu pembatasan yang ketat. Sehingga suatu pemutusan yang berbentuk
perceraian hidup akan merupakan jalan terakhir, setelah jalan lain tidak dapat ditempuh lagi.
96
Pembentukan keluarga yang bahagia itu erat hubungannya dengan keturunan, dimana pemeliharaan dan pendidikan anak-anak menjadi hak dan
kewajiban orang tua. Dengan demikian yang menjadi tujuan perkawinan menurut perundangan adalah untuk kebahagian suami isteri, untuk mendapatkan keturunan
dan menegakkan keagamaan, dalam kesatuan keluarga yang bersifat parental ke- orangtua-an.
97
Selanjutnya dinyatakan dengan tegas bahwa pembentukan keluarga yang bahagia dan kekal itu, haruslah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai
asas pertama dalam Pancasila.
98
2. Tujuan Melakukan Perkawinan Dalam Hukum Islam
Tujuan perkawinan menurut hukum agama, juga berbeda antara agama yang satu dengan yang lain. Menurut hukum Islam tujuan perkawinan ialah
95
Asmin SH, Op.Cit., hlm.19-20
96
K.Wantjik Saleh SH, Hukum Perkawinan Indonesia, Cetakan keempat, Ghalia Indonesia, 1976, Jakarta, hlm.15
97
Prof. H. Hilman Hadikusuma SH, Op,Cit., hlm.21
98
K.Wantlijk Saleh SH, Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
menurut perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur.
99
Selain itu pula ada pendapat yang mengatakan bahwa tujuan perkawinan dalam Islam selain untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani
manusia, juga sekaligus untuk membentuk keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan dalam menjalani hidupnya di dunia ini, juga mencegah
perzinahan, agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat.
100
Secara rinci tujuan perkawinan yaitu sebagai berikut :
101
a. Menghalalkan hubungan kelamin untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat
kemanusiaan b.
Membentuk rumah tangga keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
c. Memperoleh keturunan yang sah
d. Menumbuhkan kesungguhan berusaha mencari rezeki penghidupan yang
halal, memperbesar rasa tanggungjawab e.
Membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah Keluarga yag tentram, penuh cinta, kasih, dan kasih sayang QS. ar-Rum ayat 21
Ikatan perkawinan sebagai mitsaqan ghalizan sekaligus mentaati perintah Allah SAW bertujuan untuk membentuk dan membina tercapainya ikatan lahir
batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami isteri dalam kehidupan rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan syariat hukum Islam.
99
Prof. H. Hilman Hadikusuma SH, Op.Cit., hlm.24
100
Mohd. Idris Ramulyo,SH.MH, Op.Cit., hlm.26-27
101
Mardani, Op.Cit., hlm.11
Universitas Sumatera Utara
BAB III PELAKSANAAN PERKAWINAN TERHADAP NIKAH MUT’AH
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ISLAM
A. Hukum Melakukan Perkawinan