2. BEBAN MATI TAMBAHAN
Berat lapisan aspal surface   Tebal aspal x lebar lantai kenderaan x Bj aspal
0,05 m x 7 m x 2200 kgm
3
= 770 kgm   Berat trotoar
Tebal trotoar x lebar trotoar x Bj beton x jumlah 0,25 m x 1 m x 2400 kgm
2
x 2 = 1200 kgm
  Berat kerb tebal kerb x lebar kerb x Bj beton x jumlah
0,25 m x 0,2 m x 2400 kgm
3
x 2 = 240 kgm
  Berat tiang sandaran dan penerangan asumsi = 250 kgm
  Berat air hujan 5 cm 0,05 m x 7 m x 1000 kgm
3
= 350 kgm + Total beban mati tambahan P
MA
= 2810 kgm = 2,81Tm
3. BEBAN LAJUR “D” TD
Beban  lajur  “D”  terdiri  dari  beban  terbagi  merata  Uniformly  Distributed Load , UDL dan beban garis Knife Edge Load KEL.
a. Beban Terbagi Merata BTR
Intensitas dari beban terbagi merata ini daoat dihitung menggunakan rumus 2.12  dan  2.13  yang  mengacu  pada  peraturan  RSNI  T-02-2005  Pasal  6.3.1  ayat  2.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, dengan panjang bentang jembatan 60 m intensitas beban terbagi merata dapat dihitung dengan menggunakan rumus 2.13 seperti berikut :
  Sepanjang 5,5 m 37,125 kNm
  Sepanjang B-2-5,5 m = 1,5 m 5,0625 kNm
Total beban terbagi merata yang bekerja sepanjang 60 m bentang jembatan adalah qBTR = 37,125 +5,0625 = 42,1875 kNm.
b. Beban Garis BGT
Menurut  peraturan  RSNI  T-02-2005  Pasal  6.3.1  ayat  3,  beban  garis ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas jembatan. Besar intensitas beban
garis adalah 49,0 kNm. Faktor beban dinamis untuk bentang 60 m menurut rumus 2.16,
FBD = 0,4 – 0,0025 L-50
Maka, faktor beban dinamis yang didapat FBD = 0,375   L = 5,5 m
P
TD
= 49 x 1+FBD x lebar lajur x 100 = 49 x 1+0,375 x 5,5 x 100  =370,5625 kN
  L = 1,5 m P
TD
= 49 x 1+FBD x lebar jalur x 50 = 49 x 1+0,375 x 1,5 x 50  = 50,53125 kN
Universitas Sumatera Utara
Jadi,  BGT  total  =  370,5625  +  50,53125  =  421,09375  kN  terpusat  di  tengah bentang.
4. BEBAN PEJALAN KAKI TP
Trotoar  direncanakan  dengan  tebal  25  cm  dan  lebar  100  cm.  Dengan  luas  bidang trotoar sebesar120 m
2
, maka beban hidup  yang dipikul  areal  trotoar adalah sebesar 2 kPa RSNI T-02-2005 pasal 6.9.
5. BEBAN ANGIN EW
Beban  angin  pada  jembatan  merupakan  beban  merata  yang  bekerja  pada  bidang horizontal dan tegak lurus dengan sumbu memanjang jembatan. Beban angin yang bekerja
pada gelagar utama jembatan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dimana : Vw = kecepatan angin rencana mdt untuk keadaan batas yang ditinjau
Cw  =  koefisien  seret  yang  besarnya  tergantung  dari  perbandingan  dari  lebar  total jembatan dengan tinggi bangunan atas termasuk tinggi bagian sandaran yang masif
bd Untuk  nilai  Cw,  diperoleh  dengan  menginterpolasi  nilai  bd  yang  terdapat  pada
tabel 27 RSNI T-02-2005.
Universitas Sumatera Utara
Dengan  perbandingan  bd  sebesar  2,34  maka  diperoleh  nilai  koefisien  seret  Cw =1,478  interpolasi.  Asumsi  kecepatan  angin  rencana  adalah  30  ms  karena  diasumsikan
jembatan jauh dari pantai. Maka,
Dengan  asumsi  tinggi  kenderaan  2  m  dan  jarak  antara  roda  kenderaan  1,75  m,  maka besarnya beban angin yang ditransfer ke lantai jembatan adalah :
Dimana : x = jarak antara roda kenderaan h = tinggi kenderaan
6. BEBAN GEMPA EQ
Gaya gempa vertikal pada balok dihitung dengan menggunakan percepatan vertikal ke bawah sebesar 0,1 G dengan percepatan gravitasi adalah 9,81 ms
2
. Gaya gempa vertikal rencana
W
t
= berat total struktur yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan =
Maka, didapat gaya gempa vertikal sebesar
Universitas Sumatera Utara
kN
kNm
Resume pembebanan yang terjadi pada box girder 1.
Berat sendiri box girder P
MS
= 186,975 kNm 2.
Beban mati tambahan P
MA
= 28,1 kNm 3.
Beban lajur “D”   Beban Terbagi Rata BTR
qBTR = 42,1875 kNm   Beban Garis terpusat BGT
qBGT = 421,0938 kNm 4.
Beban Pejalan kaki T
TP
Q
TP
= 2 kNm 5.
Beban Angin T
EW
Q
EW
= 1,824 kNm 6.
Beban Gempa T
EQ
Q
EQ
= 21,5075 kNm Kombinasi  beban  untuk  pembebanan  jembatan  didasarkan  pada  RSNI  T-02-2005  yakni
sebagai berikut : 1.
P
MS
+ P
MA
+ BTR + BGT 2.
P
MS
+ P
MA
+ BTR + BGT + Q
TP
Universitas Sumatera Utara
3. P
MS
+ P
MA
+ BTR + BGT + Q
EW
4. P
MS
+ P
MA
+ Q
EQ
Dengan bantuan program SAP 2000 versi 14, maka akan didapat momen yang terjadi pada box girder dan hasilnya dapat dilihat pada lampiran.
3.5.3 Gaya Prestress, Eksentrisitas dan Jumlah Tendon A.Gaya Prestress
1. Kondisi Awal Saat Transfer