Kehilangan gaya prategang akibat gesekan pada tendon P Kehilangan gaya prategang akibat slip pada angkur ANC

b. Kehilangan gaya prategang akibat gesekan pada tendon P

s Menurut rumus 2.5 yang mengacu pada SNI 03-2847-2002, kehilangan tegangan akibat friksi pada tendon pasca tarik harus dihitung dengan rumus : P s = P o e K Lx + µα Po = gaya prestress yang terjadi akibat jacking = 74908,396 kN K = Koefisien Wooble = 0,0020 Tabel 2.3 hal. 19 Lx = panjang kabel yang ditinjau = 22,5 m panjang tendon bagian 1 µ = koefisien friksi = 0,20 Tabel 2.3 hal. 19 α = perubahan sudut akibat pengaruh kelengkungan α = maka, K L x + µα = 0,0020 x 22,5 + 0,20 x 0,485 = 0,142 0,3 sehingga didapat, P s = 78287,056 kN Maka, kehilangan tegangan yang terjadi adalah : Loss = P s – P o P o x 100 = 4,51 4,51 x 1862 = 83,9762 MPa

c. Kehilangan gaya prategang akibat slip pada angkur ANC

Kehilangan gaya prategang ini terjadi pada saat transfer gaya pendongkrak ke angker. Tarikan mesin pendongkrak akan mendorong baji masuk ke dalam konus dan setelah jacking dilepas, kabel akan menarik baji lebih rapat ke dalam konus. Panjang atau besar slip tergantung pada tipe baji dan tegangan pada kawat tendon. Universitas Sumatera Utara Harga rata-rata panjang slip akibat pengangkuran adalah 2,5 mm, dapat dihitung dengan rumus 2.7 sebagai berikut : f c = tegangan pada penampang = 1862,14 Mpa E s = modulus elastisitas baja tendon = 200.000 Mpa Dengan rata-rata tiap slip 2,5 mm, maka persentase kehilangan gaya prategang akibat slip angkur adalah : ANC = 2,5558,642 x 100 = 0,4475 Maka, besarnya kehilangan prategang yang terjadi adalah B. Analisis Kehilangan Gaya Prategang Berdasarkan Fungsi Waktu a. Kehilangan gaya prategang akibat rangkak beton CR Prategang yang terus menerus pada beton suatu batang prategang dapat mengakibatkan rangkak pada beton yang secara efektif mengurangi tegangan pada baja bermutu tinggi. Kehilangan tegangan pada baja prategang akibat rangkak dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu cara regangan rangkak batas dan cara koefisien rangkak. Dengan koefisien rangkak, besarnya kehilangan tegangan pada baja prategang akibat rangkak dapat ditentukan dengan mangacu pada rumus 2.9 seperti berikut : K cr = koefisien rangkak = 2,0 untuk pratarik dan 1,6 untuk pasca tarik E c = modulus elastisitas beton saat umur beton 28 hari E s = modulus elastisitas baja prategang Universitas Sumatera Utara = tegangan pada beton pada level pusat baja segera setelah transfer = tegangan pada beton akibat beban mati tambahan setelah prategang diberikan n = rasio modulus E s E c √ √ A c = 7,479 x 10 6 mm 2 I c = 6,6535 x 10 12 mm 4 e = 785,65 mm r 2 = mm 2 M D = momen maksimum akibat beban sendiri = 85485,164 x 10 6 Nmm 93844800 N Mpa M MA = momen akibat beban mati tambahan = 12592,342 x 10 6 Nmm Rasio modulus, n = MPa | | = 132,641 Mpa Universitas Sumatera Utara

b. Kehilangan gaya prategang akibat susut beton SH