3. Kawat batangan bars, biasanya digunakan untuk baja prategang pada beton
prategang dengan sistem pratarik. Kawat batangan ini mengacu pada spesifikasi ASTM A 722 yang diameternya berkisar antara 8-35 mm dan tegangan tariknya
f
p
adalah antara 1000-1100 Mpa. 4.
Tulangan biasa, sering digunakan untuk tulangan non-prategang tidak ditarik, seperti tulangan memanjang, sengkang, tulangan untuk pengangkuran
dan lain-lain. Tulangan biasa ini dapat berupa bentuk batangan bars, kawat atau kawat yang dilas wire mesh. Tulangan biasa yang dipakai harus sesuai
dengan persyaratan ASTM A 615, A 616, A 617, A 706. Diameter yang umum adalah antara 6-32 mm dengan tegangan tarik antara 320-400 Mpa.
2.2.4 Analisa Prategang
Tegangan yang disebabkan oleh prategang umumnya merupakan tegangan kombinasi yang disebabkan oleh beban langsung dan lenturan yang dihasilkan oleh beban yang
ditempatkan secara eksentris.
a. Tendon Konsentris
Gambar 2.9 Prategang Konsentris
Sumber : Beton Pratekan, N. Krishna Raju Gambar di atas menunjukkan sebuah beton prategangan tanpa eksentrisitas, tendon berada
pada garis berat beton cental grafity of concrete,c.g.c. Prategang seragam pada beton = FA yang berupa tekan pada seluruh tinggi balok. Pada umumnya beban-beban yang
Universitas Sumatera Utara
dipakai dan beban mati balok menimbulkan tegangan tarik terhadap bidang bagian bawah dan ini diimbangi lebih efektif dengan memakai tendon eksentris.
b. Tendon Eksentris
Sebuah balok yang mengalami suatu gaya prategang eksentris sebesar P yang ditempatkan dengan eksentrisitas e. Tendon ditempatkan secara eksentris terhadap titik berat
penampang beton. Eksentrisitas tendon akan menambah kemampuan untuk memikul beban eksternal.
Gambar 2.10
Prategang Eksentris Sumber : Beton Pratekan, N. Krishna Raju
2.2.5 Kehilangan Prategang
Kehilangan tegangan pada beton prategang adalah berkurangnya gaya yang bekerja pada tendon dalam tahap-tahap pembebanan. Di dalam suatu sistem struktur beton prategang
selalu terdapat kehilangan gaya prategang, baik akibat sistem penegangan maupun akibat pengaruh waktu. Gaya prategang akan mengalami reduksipengurangan saat transfer
jangka pendek atau saat service jangka panjang. Kehilangan gaya prategang saat transfer terjadi sesaat setelah penarikan tendon, sedangkan kehilangan saat service terjadi
perlahan-lahan pada saat umur pelayanan beton dan karena pengaruh waktu.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5.1 Kehilangan Gaya Prategang Langsung a. Kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis ES
Pada struktur yang menggunakan kabel tunggal, tidak ada kehilangan gaya prategang akibat perpendekan beton, karena gaya pada kabel diukur setelah perpendekan terjadi.
Pada penampang yang menggunakan lebih dari satu kabel, kehilangan gaya prategang ditentukan oleh kabel yang pertama ditarik dan memakai harga setengahnya untuk
mendapatkan rata – rata semua kabel. Kehilangan gaya prategang pada struktur pasca tarik
dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
.............................................................................................2.4 Dimana :
= tegangan pada penampang P
i
= gaya prategang awal
b. Kehilangan gaya prategang akibat gesekan kabel P
s
Pada kasus batang pascatarik, apabila kabel-kabel lurus atau agak melengkung ditarik, maka gesekan terhadap dinding saluran atau kisi-kisi penyekat akan mengakibatkan
kehilangan tegangan yang makin bertambah menurut jaraknya dari dongkrak. Kehilangan tegangan akibat gesekan pada tendon sangat dipengaruhi oleh pergerakan dari selongsong
wooble .Untuk itu digunakan koefisien wooble, K, dan k oefisien kelengkungan μ.
Menurut SNI 03-2847-2002 kehilangan tegangan akibat friksi pada tendon pascatarik dapat dihitung dengan rumus :
........................................................................................................2.5 Bila K L
x
+ µα ≤ 0,3 maka kehilangan tegangan akibat friksi harus diperhitungkan dengan rumus :
Universitas Sumatera Utara
............................................................................................2.6 Dimana :
Ps = gaya prategang pada ujung angkur Px = gaya prategang pada titik yang ditinjau
K = koefisien Wobble Lx = panjang kabel yang ditinjau
µ = koefisien friksi α = perubahan sudut akibat pengaruh kelengkungan
Nilai koefisien Wobble dan koefisien friksi dapat diunduh dari Table 14 SNI 03-2847-2002 seperti tercantum pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.3 Koefisien Wobble dan Koefisien Friksi
Koefisien Wobble K 1m
Koefisien friksi µ
Tendon kawat Batang berkekuatan
tinggi Strand 7 kawat
0,0033 – 0,0049
0,0003 – 0,0020
0,0016 – 0,0066
0,15 – 0,25
0,08 – 0,30
0,15 – 0,25
T en
d o
n tan
p a
lek ata
n Ma
stic co
ated Tendon kawat
0,0033 – 0,0066
0,05 – 0,15
Strand 7 kawat
0,0033 – 0,0066
0,05 – 0,15
Pre -g
rea sed
Tendon kawat
0,0010 – 0,0066
0,05 – 0,15
Strand 7 kawat
0,0010 – 0,0066
0,05 – 0,15
Sumber : Peraturan Perencanaan Struktur Beton untuk bangunan gedung, SNI 03-2847- 2002
c. Kehilangan gaya prategang akibat slip angkur ANC