88
5.3.9. Perayaan Hari Besar Islam
Kegiatan ini biasanya meliputi perayaan Maulid dan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini rutin dilakukan setiap tahunnya oleh Ikatan
Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS kebun Aek Loba. Maulid Nabi Muhammad SAW dilakukan secara terpusat di wilayah perkebunan secara
bergantian di tiap-tiap Divisi. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan masing- masing Divisi tersebut membuat kegiatan sendiri di wilayahnya. Sedangkan Isra’
Mi’raj Nabi Muhamad SAW tidak diadakan oleh Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS, selain karena minimnya biaya juga karena terlalu dekat dengan
bulan suci Ramadhan sehingga digantikan dengan kegiatan Safari Ramadhan. Dari berbagai program yang telah dilaksanakan lembaga Ikatan
Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS untuk membangun hubungan sosial dengan masyarakat sekitar perkebunan PT. Socfindo kebun Aek Loba ternyata
membuat lembaga ini sudah tidak asing lagi di kenal oleh masyarakat sekitar. Hal ini dikarenakan hubungan baik yang dilakukan IPMS membuat masyarakat
mengapresiasikan kegiatan yang dibuat oleh IPMS sehingga tujuan yang diharapkan lembaga ini sesuai dengan visi dan misi yang telah dibuat. Selain itu
hubungan dan interaksi antara masyarakat perkebunan dengan masyarakat sekitar semakin baik dengan adanya kegiatan-kegiatan yang dibuat oleh IPMS.
Secara sosiologis peneliti mengaitkan teori interaksi sosial yang dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies. Menurut Ferdinand Tonnies dalam
Soerjono Soekanto, 2001:144-146 bahwa “suatu masyarakat memiliki hubungan- hubungan positif satu sama lainnya. Adapun bentuk hubungan tersebut dibedakan
atas dua yaitu paguyuban gemeinschaft dan patembayan Gesellschaft.”
89
Paguyuban Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggota- anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta
bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Dalam hasil penelitian yang dilakukan ternyata
maksud dan tujuan lembaga Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS adalah untuk menciptakan hubungan silaturrahmi yang bersifat kekeluargaan antara
masyarakat perkebunan dengan masyarakat sekitar yang secara umum sebagian masyarakat memandang bahwa masyarakat perkebunan lebih tertutup daripada
masyarakat sekitar. Akan tetapi peneliti menganalisis bahwa hal tersebut tidak semuanya benar. Karena dengan adanya Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo
IPMS, lembaga ini menjadi suatu alat penghubung antara masyarakat sekitar dengan masyarakat perkebunan. Sehingga secara alami menumbuhkan rasa
kepedulian antar sesama umat beragama yang saling tolong menolong dalam menjalani kehidupan sosial. Hal ini sesuai dengan pernyataan bapak Budi Hartono
selaku masyarakat sekitaran perkebunan yang merasakan langsung dampak dari kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo
IPMS kebun Aek Loba sebagai berikut :
“Sudah banyak manfaat dari kegiatan-kegiatan yang diadakan IPMS ini untuk masyarakat sekitar, selain sebagai penunjang ekonomi juga sebagai
sarana interaksi antara masyarakat perkebunan dengan kami masyarakat desa di sekitarnya. Masyarakat desa juga jadi merasa seperti ada ikatan
batin karena sering terbantu, misalnya sunatan massal tiap tahun itu. Dan akhirnya membuat kami merasa takut untuk berbuat jahat di perkebunan
itu.
90
Sumber : Wawancara 15 Juni 2013 Sedangkan kalau dilihat pada konsep patembayan Gesellschaft
merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam fikiran belaka imaginary serta strukturnya
bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk Gesellschaft terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan
ikatan timbal balik. Dalam konsep ini dapat dijelaskan bahwa kegiatan IPMS berlangsung dengan bantuan masyarakat sekitar dengan tujuan untuk
mensukseskan kegiatan yang sifatnya hanya sementara dan tidak untuk melakukan proses dalam jangka waktu yang panjang agar hubungan antara masyarakat
perkebunan dan masyarakat sekitar dapat terjaga.
5.4. Interaksi Sosial Masyarakat Perkebunan Dengan Masyarakat Sekitar Dalam Mengikuti Kegiatan Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo
IPMS Kebun Aek Loba
Dalam suatu masyarakat senantiasa terjalin interaksi sosial, artinya sebagai makhluk hidup yang memiliki sifat saling ketergantungan sudah tentu manusia
saling memerlukan satu sama lain. Oleh karena itulah kemudian interaksi sosial sudah menjadi hal mutlak dalam pergaulan masyarakat sehari-hari. Mulai dari
lingkungan keluarga sampai kepada masyarakat yang lebih luas. Masyarakat terbentuk dari manusia satu dengan manusia lainnya.
Aristoteles mendefinisikan bahwa manusia adalah Zoon Politicon, artinya pada dasarnya manusia adalah makhluk yang selalu ingin bergaul dan berkumpul
dengan manusia yang lainnya dan jadi makhluk yang bermasyarakat. Dari sifat
91
suka bergaul dan bermasyarakat itulah manusia dikenal sebagai makhluk sosial. Aristoteles seorang filsuf Yunani terkenal dengan gagasannya tentang manusia
sebagai makhluk sosial, makhluk yang hidup bersama manusia yang lain, dan makhluk yang ada dan berelasi dengan manusia yang lain. Secara kodrati manusia
adalah makhluk yang memiliki kecenderungan untuk hidup dalam kebersamaan dengan yang lain untuk belajar hidup sebagai manusia.
Senada dengan hal di atas, masyarakat perkebunan juga merupakan bagian dari makhluk sosial yang tentu saja memiliki rasa ketergantungan antara yang satu
dengan yang lain. Sedikit memiliki perbedaan, masyarakat perkebunan merupakan sebuah komunitas yang diatur oleh pihak-pihak tertentu yang berkepentingan di
dalamnya. Dalam berinteraksi, masyarakat perkebunan juga tidak jauh berbeda dengan masyarakat lain pada umumnya. Di perkebunan PT. Socfindo kebun Aek
Loba misalnya, para pekerja berinteraksi sebagaimana mestinya, hanya saja intensitasnya sedikit bila dibandingkan dengan masyarakat desa di sekitarnya. Hal
ini dikarenakan para pekerja perkebunan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja.
Dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, masyarakat perkebunan PT. Socfindo kebun Aek Loba terbilang cukup kurang. Hanya jika ada
kepentingan-kepentingan tertentu saja mereka berinteraksi. Misalnya dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS
kebun Aek Loba, barulah mereka saling berinteraksi. Masyarakat perkebunan di PT. Socfindo kebun Aek Loba cenderung tertutup dan kurang berinteraksi bukan
karena mereka tidak mau bergaul, hanya saja karena mereka pada umumnya bekerja hingga seharian bahkan hingga malam hari, jadi waktu untuk berada di
92
rumah dan bergaul dengan warga sekitar menjadi kurang. Hal ini telah menunjukkan suatu pergeseran antara masyarakat paguyuban gemeinscaft
menjadi masyarakat patembayan gesellscaft yang disebabkan oleh tuntutan pekerjaan yang harus dilakukan masyarakat perkebunan setiap harinya. Dengan
kata lain interaksi-interaksi yang terjadi ada dikarenakan sebuah kepentingan. Dalam hal ini kegiatan yang diadakan oleh Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo
IPMS kebun Aek Loba sebagai fasilitator akan interaksi yang terjadi antara masyarakat perkebunan dengan masyarakat sekitarnya. Akan tetapi hal ini tidak
membuat kualitas pergaulan di antara keduanya menjadi buruk dan tidak harmonis. Seperti yang dikatakan oleh bapak Budi Hartono sebagai berikut :
“Orang kebun baik-baik semuanya kok, cuma saja kalau berinteraksi ya jarang, karena mereka orang kebun kan harus bekerja sesuai prosedur dari
perusahaan, jadi kalau tidak ada kegiatan yang mengaharuskan keduanya untuk bertemu ya sangat jarang bertemu. Tapi bukan berarti sama sekali
tidak pernah berinteraksi.”
Sumber : Wawancara 18 Juni 2013 Pernyataan bapak Budi di atas juga diperkuat oleh pernyataan bapak
Suherman sebagai berikut :
“Saya sebagai camat kalau melihat interaksi masyarakat desa dengan masyarakat kebun terbilang sudah lumayan baik. Apalagi pemukiman
keduanya saling berdekatan. Perumahan karyawannya juga banyak yang bersebelahan langsung dengan masyarakat desa. Tapi ya mungkin mereka
jarang bertemu, karena orang kebun kan harus bekerja.”
93
Sumber : Wawancara 21 Juni 2013 Dari hasil wawancara dengan dua informan di atas dapat dilihat bahwa
masyarakat perkebunan menjadi kurang berinteraksi dengan masyarakat desa di sekitarnya dikarenakan mereka harus bekerja sesuai dengan prosedur waktu yang
sudah ditentukan oleh pihak perusahaan. Dan hasilnya adalah mereka jadi kurang pergaulan sehingga membuat mereka terlihat tertutup dengan masyarakat luar.
Akan tetapi hal ini tidak semata-mata membuat kualitas hubungan mereka menjadi tidak harmonis, hanya intensitasnya saja yang kurang. Selain itu juga
bukan berarti sama sekali tidak ada interaksi di antara masyarakat perkebun dengan masyarakat sekitarnya jika di luar kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
Interaksi di antara keduanya tetap terjalin dengan baik walaupun di luar kegiatan- kegiatan sosial kemasyarakatan yang ada.
Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS kebun Aek Loba sebagai lembaga sosial keagamaan kemudian mencari solusi dengan mengadakan
kegiatan-kegiatan sosial yang turut mengikutsertakan masyarakat desa di sekitarnya. Melalui pemerintah kecamatan, Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo
IPMS kebun Aek Loba kemudian berhubungan dengan masyarakat sekitar. Salah satu kegiatan andalan dari Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS
kebun Aek Loba adalah sunat massal yang diadakan setiap setahun sekali. Dalam memberitahukan kepada masyarakat sekitar tentang adanya kegiatan sunat massal
ini pengurus Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS kebun Aek Loba kemudian menghubungi pemerintah kecamatan Aek Kuasan yang selanjutnya
pihak kecamatan menyurati kepala desa untuk selanjutnya diumumkan kepada masyarakat desa. Organisasi pemerintahan merupakan garis penghubung
94
masyarakat perkebunan dengan masyarakat desa sekitarnya. Tanpa adanya organisasi pemerintahan mustahil kegiatan-kegiatan Ikatan Persaudaraan Muslim
Socfindo IPMS kebun Aek Loba dapat berjalan dengan lancar. Pihak pemerintah kecamatan juga tidak mempersulit akan masyarakat perkebunan yang ingin
berbaur dengan masyarakat desa melalui kegiatan-kegiatan positifnya tersebut. Dengan kata lain organisasi perkebunan saling bekerja sama dengan organisasi
pemerintahan agar tercipta hubungan yang harmonis di antara kedua lapisan masyarakat tersebut. Hal ini seperti yang diterangkan oleh bapak Kresno sebagai
berikut :
“IPMS mengadakan kegiatan-kegiatan sosial seperti ini supaya masyarakat sekitar juga turut menikmati kegiatan yang diadakan oleh orang-orang
perkebunan. Supaya bisa saling berbaur dan merasa seperti saudara satu sama lainnya.”
Sumber : Wawancara 15 Juni 2013 Pernyataan dari bapak Kresno juga diperkuat oleh pernyataan dari bapak
Edyana sebagai berikut :
“Sunat massal ini diadakan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan bagi masyarakat sekitarnya. IPMS inilah yang kemudian
menjadi wadah untuk tindakan sosial perkebunan agar kehadiran kami dirasakan oleh mereka. Jadi diharapkan mampu memberikan kontribusi
positif bagi mereka yang bukan karyawan juga.”
Sumber : Wawancara 20 Juni 2013
95
Seperti yang peneliti lihat secara langsung pada saat observasi kegiatan sunat massal bulan Juni 2013 lalu, terlihat antusiasme masyarakat sangat luar
biasa. Jumlah peserta pada tahun 2013 ini lebih banyak daripada tahun 2012 lalu. Jika tahun 2013 jumlah seluruh peserta adalah 170 orang, maka tahun 2013
bertambah menjadi 210 orang. Dengan presentase 40 adalah masyarakat perkebunan dan 60 adalah masyarakat desa sekitarnya. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat desa sudah mulai merasakan kehadiran masyarakat perkebunan dalam ikatan emosional mereka.
Masyarakat desa yang ikut dalam kegiatan sunat massal ini mengaku sangat senang, karena selain sunat massal tidak dipungut biaya sedikitpun mereka
dibekali dengan obat untuk perawatan di rumah juga diberi santunan berupa bingkisan berisi sajadah, sarung, dan buku serta uang sejumlah Rp 50.000, - untuk
biaya perawatan peserta sunat massal. Mereka mengaku cukup terbantu dengan adanya kegiatan ini. Akan tetapi hal ini tidak semerta-merta membuat masyarakat
merasa tergantung dengan kegiatan sunat massal gratis dan bingkisan serta uang yang diberikan secara cuma-cuma tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan
observasi peneliti secara langsung ketika mengikuti kegiatan sunat massal, para peserta tidak ada yang berdesak-desakan untuk mendapatkan bingkisan, mereka
mengikuti dengan tertib acara yang telah terkonsep. Sebagai bahan perbandingan bahwa tahun-tahun sebelumnya panitia sunat massal Ikatan Persudaraan Muslim
Socfindo IPMS kebun Aek Loba tidak pernah memberikan bantuan uang kepada para peserta sunat massal, akan tetapi masyarakat yang mengikuti kegiatan ini
juga luar biasa banyaknya. Itu artinya, diberi ataupun tidak diberi bingkisan mereka tetap antusias mengikuti sunat massal ini. Dengan kegiatan ini juga
96
kemudian mereka mengenal masyarakat perkebunan yang sebelumnya tidak mereka kenal. Seperti pernyataan seorang informan bernama ibu Watini yang
langsung peneliti wawancarai ketika kegiatan sunat massal sedang berlangsung sebagai berikut :
“Saya pribadi ya sangat senang dengan adanya kegiatan IPMS ini, sunat massalnya gratis, sudah gitu anaknya yang sunat dikasih hadiah yang isinya
sajadah dan buku, terus ada uangnya juga di amplop yang lumayan untuk berobat anak, sarung untuk sunat anak juga dikasih baru sama mereka.
Terus juga saya jadi kenal sama orang-orang kebun di sini, kan jadi menambah teman. Siapa tau ada keperluan di luar nanti.”
Sumber : Wawancara 25 Juni 2013 Pernyataan dari ibu Wati di atas juga semakin membuat kehadiran
lembaga Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS kebun Aek Loba sangat menguntungkan masyarakat sekitarnya dan kemudian membuat kegiatan-kegiatan
Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS kebun Aek Loba menjadi sangat dinantikan oleh masyarakat desa sekitarnya. Hal ini dikarenakan selain sunat
massalnya gratis juga masyarakat diberi bantuan uang saku dan barang-barang lainnya yang tentu saja membuat mereka merasa diuntungkan dalam segi
ekonomi. Akan tetapi jika dalam sunat massal para peserta tidak diberi bingkisan, mereka tetap mau mengikuti sunat massal tersebut. Karena yang diinginkankan
masyarakat bukan bingkisannya, tetapi sunat massalnya yang gratis. Sesuai dengan pernyataan bapak Edyana pada saat peneliti mewawancarainya sebagai
berikut :
97
“Sering ada masyarakat yang bertanya pada saya kapan sunat massalnya diadakan, pengajiannya diadakan, atau perayaan-perayaan hari besar
Islamnya diadakan, bahkan mereka sendiri yang meminta untuk diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh IPMS ini.”
Sumber : Wawancara 20 Juni 2013 Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa Ikatan Persaudaraan Muslim
Socfindo IPMS kebun Aek Loba sudah berhasil menunjukkan eksistensinya sebagai lembaga sosial keagamaan yang bertanggung jawab terhadap
kemaslahatan masyarakat tidak hanya pada masyarakat perkebunan akan tetapi juga masyarakat di sekitarnya melalui kegiatan-kegiatan sosialnya. Masyarakat
desa sekitarnya juga turut merasakan manfaat positif dari kehadiran lembaga Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS kebun Aek Loba ini. Hal ini
dikarenakan kegiatan-kegiatan yang diadakan Ikatan Persudaraan Muslim Socfindo IPMS secara tidak langsung dapat meningkatkan hubungan sosial serta
ekonomi masyarakat. Bahkan bentuk antusiasme masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan yang
diadakan oleh Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS kebun Aek loba terkadang membuat panitia dan pengurus kewalahan. Seperti pada kegiatan sunat
massal tahun 2013 ini. Panitia sudah membatasi jumlah peserta sunat massal adalah sebanyak 170 orang. Akan tetapi jumlah peserta semakin bertambah dan
berlebihan sehingga membuat pengurus kewalahan. Panitia sudah mengantisipasi para orang tua yang hendak mengikutsertakan anaknya dalam kegiatan sunat
massal supaya mendaftarkan anaknya segera dan tidak pada hari dimana acara
98
berlangsung supaya tidak terjadi kesalahan administrasi. Tetapi walaupun begitu masih ada juga orang tua yang mendaftarkan anaknya di waktu yang mendesak.
Padahal panitia sunat massal sudah mengumumkan jauh hari melalui pemerintah kecamatan bahwa pendaftaran sunat massal telah dibuka dan para orang tua
dipersilahkan mendaftarkan anaknya langsung ke panitia sunat massal yaitu pengurus Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS kebun Aek Loba. Seperti
yang dikatakan oleh bapak Sugianto ketika peneliti wawancarai di kegiatan sunat massal lalu sebagai berikut :
“Saya kurang informasi dek, katanya tanggal sekian rupanya tanggal sekian, udah gitu saya juga sibuk jadi gak sempat daftarkan anak saya, tau-tau udah
hari H aja, ya mau nggak mau saya daftarkan anak saya pas di hari H nya. Awalnya panitia menolak, tapi kemudian mereka menyetujui karena ada
juga peserta yang nggak jadi disunat jadi direkap sama anak saya.”
Sumber : Wawancara 25 Juni 2013 Pernyataan bapak Sugianto di atas juga dipertegas dengan pernyataan
bapak Taufik sebagai berikut :
“Memang seperti itu budayanya, orang tuanya lalai mendaftarkan anaknya, dan akhirnya ya panitia juga yang kerepotan karena harus belanja bingkisan
tambahan lagi, kan yang sebelumnya bingkisan sudah sesuai dengan dengan jumlah para peserta. Untuk menyiasatinya ya peserta yang gagal ikut
kemudian digantikan mereka yang baru mendaftar. Tapi walaupun begitu pihak panitia biasanya menampung semua peserta selama masih dalam
batas wajar.”
99
Sumber : Wawancara 10 Juni 2013 Dari hasil wawancara di atas dapat menunjukkan bahwa masyarakat
sebenarnya antusias dengan kegiatan Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS kebun Aek Loba. Tidak peduli apakah ada hadiah yang masih tersedia
ataupun tidak. Atau bahkan jika panitia tidak menyediakan hadiah sekalipun. Yang penting mereka bisa ikut sunat massal. Pernyataan bapak Taufik di atas juga
diperkuat dengan pernyataan bapak Kresno sebagai berikut :
“Kalau masalah bingkisan yang tidak sesuai dengan jumlah peserta yang membludak, kami panitia juga tidak perlu ambil repot. Peserta itu kan
tujuannya mau disunat dan bukan mau nyari hadiah, jadi kalau ada yang tidak kebagian ya mereka biasa saja dan memakluminya. Tidak ada yang
marah-marah ataupun menuntut. Apa lagi kalau yang daftarnya belakangan pas hari H. Gak penting hadiahnya sama mereka, yang penting bisa
disunat.” Sumber : Wawancara 15 Juni 2013
Bentuk antusiasme masyarakat seperti yang telah dipaparkan di atas secara tidak langsung menimbulkan interaksi sosial. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Ferdinand Tonnies dalam konsep Geselschaft, yaitu ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam
fikiran belaka imaginary serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Interaksi masyarakat terjadi karena adanya
kepentingan-kepentingan yang mengharuskan mereka berkomunikasi. Karena kegiatan yang diadakan oleh Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS ini
100
kemudian membuat masyarakat perkebunan berhubungan langsung dengan masyarakat desa sekitar. Akan tetapi dalam penelitian ini kenyataannya
masyarakat perkebunan tidak hanya berinteraksi dengan masyarakat sekitar pada saat ada kegiatan saja, bahkan di luar kegiatan pun mereka tetap berinteraksi
sebagaimana mestinya. Dari hasil penelitian ini masyarakat perkebunan memiliki pergeseran
budaya yang dulunya dipandang sebagai masyarakat yang memiliki sifat individualis dan tidak mau berinteraksi dengan masyarakat sekitar yang
dikarenakan oleh tuntutan pekerjaan yang tindak memiliki waktu untuk berinteraksi dan bersosialisasi. Ternyata mereka juga memiliki keinginan untuk
dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitar yang dikarenakan ingin menjalin hubungan kekeluargaan yang lebih dekat. Inilah yang menjadi hal yang mendasar
terjadinya pergeseran budaya yang semakin terkikis oleh perubahan zaman yang dikarenakan masyarakat yang semakin lama semakin berkembang sumber daya
manusia dan ilmu pengetahuannya. Mereka menjadi Geselschaft oleh karena hubungan sosialnya terbangun karena adanya kegiatan-kegiatan sosial yang
diadakan oleh suatu organisasi sosial. Interaksi secara tidak langsung terjadi karena adanya suatu kepentingan. Sebaliknya, mereka menjadi Gemeinschaft
karena di luar kegiatan-kegiatan sosial tersebut mereka berinteraksi seperti biasa dan bahkan semakin mengenal satu sama lain karena pemukiman masyarakat
perkebunan berdampingan langsung dengan masyarakat desa sekitarnya. Hal inilah yang kemudian menjadikan mereka satu dan terikat dalam hubungan
emosional yang saling terkait, dan kemudian timbul jiwa gotong royong tanpa merasa berbeda.
101
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Thompson dalam Liliweri:1997, menyatakan bahwa tujuan organisasi adalah objek yang bersifat abstrak dari organisasi, dia merupakan cita-cita
ideal yang harus dicapai oleh semua anggota organisasi. Tanpa adanya sebuah tujuan dalam pembentukan organisasi maka tidak akan ada manfaat
dari sebuah organisasi. Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS kebun Aek Loba misalnya, fungsi lembaga Ikatan Persaudaraan Muslim
Socfindo IPMS dapat berjalan sesuai dengan tujuannya dalam menjalin hubungan sosial antara masyarakat perkebunan dengan masyarakat sekitar
melalui program kerja yang dibuat setiap tahunnya dengan cara membuat kegiatan-kegiatan sosial yang berbasis agama serta atas hasil kerjasama
antar anggota pengurus lembaga dengan tujuan agar lembaga ini semakin lebih dikenal oleh masyarakat perkebunan dan masyarakat sekitar, serta
sebagai tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar. 2. Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS kebun Aek Loba sudah
berhasil menunjukkan eksistensinya sebagai lembaga sosial keagamaan yang bertanggung jawab terhadap kemaslahatan masyarakat tidak hanya
pada masyarakat perkebunan akan tetapi juga masyarakat di sekitarnya melalui kegiatan-kegiatan sosialnya yang dianggap sebagai kegiatan yang
positif. 3. Ferdinand Tonnies dengan konsep Paguyuban Gemeinschaft merupakan
bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh