26
untuk mencapai tujuan lembaga tersebut, misalnya lembaga industrialisasi. Sedangkan regulative institutions adalah lembaga kemasyarakatan yang
berfungsi untuk mengawasi adat istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian yang mutlak dari lembaga tersebut, misalnya pengadilan.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt 1996 menyebutkan bahwa lembaga sosial memiliki dua fungsi yaitu :
1. Fungsi manifes, yaitu fungsi yang diharapkan oleh banyak orang akan dipenuhi oleh lembaga itu sendiri, misalnya lembaga keluarga harus
memelihara anak, lembaga pendidikan harus mendidik siwa-siswanya. Fungsi manifes ini bersifat jelas dan diakui.
2. Fungsi laten, merupakan dampak atau akibat dari adanya fungsi manifes, seperti efek samping dari suatu kebijakan, program, lembaga-lembaga atau
asosiasi yang tidak dikehendaki. Misalnya, lembaga ekonomi tidak hanya memproduksi dan mendistribusikan kebutuhan pokok, tetapi terkadang
juga meningkatkan pengangguran dan perbedaan kekayaan.
2.2. Interaksi Sosial
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang sejak dilahirkan sudah membutuhkan pergaulan dengan orang-orang untuk memenuhi
kebutuhannya Gerungan, 2000:24. Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang
berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika
aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak
27
adanya kesadaran atas pribadi masing-masing, maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam kehidupan sehari-hari
tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya, ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk
dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran. Interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar
satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk
kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa
adanya interaksi sosial, maka kegiatan-kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi Soerjono Soekanto, 2001.
Interaksi Sosial menurut menurut Shaw dalam Ali, 2004:87 merupakan suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan
perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini, tindakan yang dilakukan seseorang
dalam suatu interaksi merupakan stimulus bagi individu lain yang menjadi pasangannya. Dan pada akhirnya mereka akan saling berperilaku sama lain untuk
menunjukkan adanya kegiatan timbal balik yang saling berhubungan. Menurut Narwoko 2007:20 interaksi sosial adalah hubungan timbal balik
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial merupakan proses komunikasi di antara orang-
orang untuk saling mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan. Interaksi sosial akan berlangsung apabila seorang individu melakukan tindakan dan dari tindakan
28
tersebut menimbulkan reaksi individu yang lain. Interaksi sosial terjadi jika dua orang atau lebih saling berhadapan, bekerja sama, berbicara, berjabat tangan atau
bahkan terjadi persaingan dan pertikaian. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang
sepanjang hidupnya bersosialisasi dengan orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk sosialisasi.
Menurut Soerjono Soekanto 2001:71, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
1. Kontak Sosial Kata “kontak” Inggris: “contact berasal dari bahasa Latin con atau cum
yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak
selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui
telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.
a. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif
mengarah pada suatu pertentangan atau konflik. b. Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer
terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam kelas, penjual dan
pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan.
29
Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon. Kontak
sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT
datang ke rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang ke
rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak langsung. 2. Komunikasi
Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku
pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai
berikut. a. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau
pikiran kepada pihak lain. b. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan,
pikiran, atau perasaan. c. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat
berupa informasi, instruksi, dan perasaan. d. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi
dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film. e. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah
mendapatkan pesan dari komunikator.
30
Proses komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam menjalin proses interaksi sosial. Ada tiga tahap penting dalam proses komunikasi. Ketiga
tahap tersebut adalah sebagai berikut. a. Encoding
Pada tahap ini, gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini, komunikator
harus memilih kata, istilah, kalimat, dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan kode-kode
yang membingungkan komunikan. b. Penyampaian
Pada tahap ini, istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan,
dan gabungan dari keduanya. c. Decoding
Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki.
Komunikasi-komunikasi melalui isyarat-isyarat sederhana menurut Johnson dalam Narwoko, 2007:16 adalah bentuk paling elementer dan yang
paling pokok dalam komunikasi. Tetapi, pada masyarakat ‘isyarat’ komunikasi yang dipakai tidaklah terbatas pada bentuk komunikasi ini. Hal ini disebabkan
karena manusia mampu menjadi objek untuk dirinya sendiri dan juga sebagai subjek yang bertindak dan melihat tindakan-tindakannya seperti orang lain dapat
melihatnya. Dengan kata lain manusia dapat membayangkan dirinya secara sadar dalam perilakunya dari sudut pandangan orang lain. Sebagai akibatnya mereka
31
dapat mengonsentrasikan perilakunya dengan sengaja untuk membangkitkan tipe respon tertentu dari orang lain.
Dalam sebuah organisasi komunikasi menjadi sangat penting karena di dalamnya terdapat unsur-unsur yang saling berhubungan satu sama lain yaitu
manusia. Nimran dalam Komang dkk:2008 mengatakan bahwa ada bermacam- macam paradigma atau cara pandang yang dapat dipakai untuk membedakan
berbagai bentuk komunikasi. 1. Dari aspek lingkup organisasi.
a. Komunikasi intern, komunikasi yang terjadi antara pihak-pihak internal.
b. Komunikasi ekstern, komunikasi antara suatu organisasi dengan pihak eksternal.
2. Dari aspek sudut arahnya. a. Komunikasi searah, komunikasi yang ditandai oleh adanya satu pihak
yang aktif yaitu penyampai informasi sedangkan pihak lainnya pasif dan menerima.
b. Komunikasi dua arah, komunikasi yang ditandai peran aktif kedua belah pihak baik pemberi atau penerima informasi.
3. Dari aspek tingkatan organisasi. a. Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang berlangsung antara
bawahan dengan atasan dalam hirarki organisasi. b. Komunikasi horisontal adalah komunikasi yang terjadi di antara
pejabat yang sederajat. 4. Dari aspek aliran komunikasi dalam organisasi.
32
a. Komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi yang mengalir dari manajer ke bawah atau ke para karyawan.
b. Komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi yang mengalir ke atas yakni dari karyawan ke manajer.
c. Komunikasi horizontal yaitu komunikasi yang terjadi di anatara semua karyawan di tingkatan organisasi yang sama.
d. Komunikasi diagonal, komunikasi antara orang-oranng yang mempunyai hirarki berbeda dan tidak memiliki hubungan wewenang
secara langsung. 5. Dari aspek media atau alat yang digunakan.
a. Komunikasi visual, komunikasi yang memakai alat tertentu untuk mengirim pesan yang dapat ditangkap oleh mata.
b. Komunikasi audial, komunikasi yang menggunakan alat tertentu yang dapat ditangkap oleh telinga.
c. Komunikasi audio visual, komunikasi yanng memakai alat tertentu yang pesannya ditangkap oleh mata dan telinga secara bersamaan.
6. Dari aspek cara penyampaian. a. Komunikasi verbal, komunikasi yang pesan-pesannya disampaikan
dengan memakai kata-kata yang dapat dimengerti baik lisan maupun tulisan.
b. Komunikasi nonverbal, komunikasi yang pesan-pesannya disampaikan melalui simbol, isyarat, atau perilaku tertentu.
7. Dari aspek strategi atau teknik.
33
a. Komunikasi koersif, komunikasi yang dengan cara memaksa agar komunikan dapat menerima pesan yang disampaikan.
b. Komunikasi persuasif, komunikasi dengan melibatkan aspek psikologis komunikan, sehingga ia tidak saja menerima dan
menyetujui tetapi mau melaksanakannya dalam bentuk kegiatan atau tindakan sebagaimana yang dikehendaki oleh komunikator.
8. Dari aspek jaringan di mana informasi mengalir. a. Komunikasi informal, komunikasi yang tidak resmi sumber dan
maksudnya. b. Komunikasi formal, komunikasi yang berkaitan denga tugas dan
mengikuti rantai wewenang. 9. Dari aspek manajerial.
a. Komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi antara dua orang atau lebih.
b. Komunikasi organisasi, yaitu semua pola,jaringan, dan sistem komunikasi dalam suatu organisasi .
Konsep lain yang juga perlu diperhatikan mengenai interaksi sosial ialah konsep definisi situasi. Menurut W. I. Thomas dalam Kamanto:2004 definisi
situasi yang dibuat oleh masyarakat itu merupakan aturan yang mengatur interaksi manusia. Selanjutnya Hall dalam Kamanto:2004 dalm bukunya The Hidden
Dimension mengemukakan bahwa di dalam interaksi dijumpai aturan tertentu dalam hal penggunaan ruang. Pengamatan terhadap penggunaan ruang beserta
teori-teorinya oleh Hall dinamakan Proxemics. Dari penelitiannya Hall
34
menyimpulkan bahwa dalam situasi sosial orang cenderung menggunakan empat macam jarak yaitu :
1. Jarak intim, berkisar antara 0-18 inci 0-45 cm, keterlibatan dengan tubuh orang lain disertai keterlibatan intensif dari pancaindera.
2. Jarak pribadi berkisar antara 4-12 kaki 45 cm-1.22 m, interaksi pada tahap dekat dalam jarak ini cenderung dijumpai di antara orang-orang
yang hubungannya dekat, misalnya suami isteri. 3. Jarak sosial berkisar antara 4-12 kaki 1.22 m-3.66 m, orang yang
berinteraksi dapat berbicara secara normal dan tidak saling menyentuh. 4. Jarak publik di atas 12 kaki atau 3.66 m dipelihara oleh orang yang harus
tampil di depan umum seperti politikus dan aktor. Menurut Ferdinand Tonnies dalam Soerjono Soekanto, 2001:144-146
bahwa suatu masyarakat memiliki hubungan-hubungan positif satu sama lainnya. Adapun bentuk hubungan tersebut dibedakan atas dua yaitu paguyuban
gemeinschaft dan patembayan Gesellschaft. Paguyuban Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan
batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan.
Kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan organis, sebagaimana dapat diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban
terutama akan dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kerabatan, rukun tetangga dan lain sebagainya. Sebaliknya patembayan Gesellschaft merupakan
ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam fikiran belaka imaginary serta strukturnya bersifat mekanis
35
sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk Gesellschaft terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan timbal
balik, misalnya ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik atau industri dan lain sebagainya.
Di dalam Gemeinschaft atau paguyuban terdapat suatu kemauan bersama common will, ada suatu pengertian serta juga kaidah-kaidah yang timbul dengan
sendirinya dari kelompok tersebut. Apabila terjadi pertentangan antara anggota suatu paguyuban, maka pertentangan tersebut tidak akan dapat dibatasi dalam
suatu hal saja. Hal itu disebabkan karena adanya hubungan yang menyeluruh antara anggota-anggotanya. Tak mungkin suatau pertentangan yang kecil diatasi,
oleh karena pertentangan tersebut, akan menjalar ke bidang-bidang lainnya. Keadaan yang sedikit berbeda akan dijumpai pada patembayan atau Geselschaft,
dimana terdapat public life yang artinya bahwa hubungannya bersifat untuk semua orang; batas-batas antara “kami” dengan “bukan kami” kabur. Pertentangan-
pertentangan yang terjadi antara anggota dapat dibatasi pada bidang-bidang tertentu, karena suatu persoalan dapat dilokalisasi Basrowi, 2005:54. Menurut
Tonnies dalam Soekanto, 2001:146, di dalam setiap masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu di antara tiga tipe paguyuban, yaitu:
a. Paguyuban karena ikatan darah gemeinschaft by blood, yaitu Gemeinschaft atau paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan
pada ikatan darah atau keturunan, contohnya keluarga, dan kelompok kekerabatan.
b. Paguyuban karena tempat gemeinschaft of place, yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal, sehingga
36
dapat saling tolong-menolong, contohnya rukun tetangga, rukun warga, dan arisan.
c. Paguyuban karena jiwa fikiran gemeinschaft of mind, yang merupakan suatu Gemeinschaft yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tidak
mempunyai hubungan darah atau tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa dan fikiran yang sama dan ideologi yang
sama. Paguyuban semacam ini biasanya ikatannya tidak sekuat paguyuban karena darah atau keturunan.
Dari teori yang dikemukakan Ferdinand Tonnies tersebut terlihat bahwa hubungan masyarakat saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya baik itu
dari ikatan darah, keluarga, maupun saudara jauh. Begitu juga dengan lembaga Ikatan Persaudaraan Muslim Socfindo IPMS yang berperan sebagai suatu
kelompok sosial dalam bidang keagamaan yang dapat mendekatkan masyarakat perkebunan dari berbagai status sosial dan ekonominya.
2.3. Masyarakat Perkebunan