Definisi korban Hak-Hak Korban dalam Rancangan Undang-undang

45

Bab IV Hak-Hak Korban dalam Rancangan Undang-undang

Penghapusan Kekerasan Seksual Rancangan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Sekusal RUU PKS 92 memuat pengaturan mengenai hak-hak korban. Dalam berbagai kesempatan para inisiator RUU PKS meng- claim bahwa RUU PKS mengatur secara khusus perlindungan dan pemulihan korban kekerasan seksual yang selama ini dinilai tidak komprehensif, sehingga perlu diatur dalam ketentuan yang baru.

4.1 Definisi korban

RUU PKS dalam ketentuan umum Pasal 1 angka 8 memberikan definisi korban sebagai setiap orang yang, terutama perempuan dan anak yang mengalami persitiwa kekerasan seksual ”. ketentuan umum RUU menjelaskan definisi kekerasan seksual, namun tidak menjelaskan pe isti a kekerasan seksual. Pengertian ini berbeda dari yang diatur oleh UU No 31 tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. UU Perlindungan Saksi dan Korban memberikan pengertian sebagai setiap orang yang mengalami kerugian akibat adanya tindak pidana, pengertian ini serupa dengan apa yang dinyatakan dalam UN Declaration of Basic Principles of Justice for Victims of Crime and Abuse of Power. Secara lebih khusus, RUU PKS dalam ketentuan umum Pasal 1 angka 16 memberikan definisi hak korban yaitu hak atas penanganan, perlindungan, dan pemulihan yang didapatkan, digunakan dan dinikmati oleh korban, dengan tujuan mengubah kondisi korban yang lebih baik, bermartabat dan sejahtera, yang berpusat pada kebutuhan dan kepentingan korban yang multidimensi, berkelanjutan, dan partisipatif. Perlunya mengedepannkan hak korban juga dinyatakan lebih tegas dalam asas RUU PKS. Pada Pasal 2 huruf c dinyatakan bahwa asas RUU PKS salah satunya kepentingan terbaik bagi korban yang diartikan bahwa penghapusan kekerasan seksual dilakukan mempertimbangkan kepentingan terbaik baik korban berdasarkan keragamaan situasi dan kondisi korban. Keragaman tersebut dipengaruhi faktor usia, kemampuan dan keadaan fisik, tingkat ekonomi, pendidikan atau status sosial, praktek budaya, asal usul daerah, atau status politik. Situasi yang beragam mempengaruhi kondisi korban khususnya dalam merespon kekerasan. Situasi tersebut juga mempengaruhi adanya kebutuhan korban yang berbeda-beda yang harus diperhatikan dalam penyediaan layanan terhadap korban. 92 Draft yang digunakan dalam tulisan ini adalah Rancangan UU PKS draft tanggal 24 Oktober 2016 pasca harmonisasi PPUU DPD RI 46 Rancangan UU ini juga menyatakan diri sebagai undang-undang yang memiliki kekhususan, salah satunya adalah kekhususan pada penekanan hak-hak korban yang segera dapat diakses oleh korban dan pembiayaannnya ditanggung oleh negara. Hak-hak tersebut dikerangkai dan terintegrasi ke dalam proses penanganan, perlindungan dan pemulihan korban yang multidisiplin, terkoordinasi dan berkelanjutan. Pemenuhan hak ini diselenggarakan dalam setiap tahapan peradilan pidana termasuk perlunya dilakukan koordinasi dalam penyelenggaraan pemulihan bagi korban. Hak korban dalam RUU PKS ini diatur ke dalam tiga kelompok, yaitu penanganan, perlindungan dan pemulihan.

4.2 Hak Korban Atas Penanganan