15 transportasi, pembersihan dan perbaikan tempat kejadian perkara, dan perlindungan melalui
lembaga.
b. Konseling
Layanan konseling bagi korban harus menyediakan fasilitas konseling baik secara individu maupun kolektif. Bantuan langsung berupa rumah aman, dan bantuan informasi dalam konseling mengenai
cara mencegah terjadinya viktimisasi ganda dan ketergantungan obat-obatan serta informasi mengenai pelayanan kesehatan fisik, mental dan sosial. Secara lebih lanjut, pelayanan bantuan
korban direkomendasikan secara lebih lanjut menyediakan konseling jangka panjang dan intervensi penanganan trauma. Bantuan langsung lanjutan dapat berupa penggatian kerugian
dalam bentuk barang ataupun dokumen. Bantuan informasi lanjutan berupa pemulihan hukum diluar lembaga peradilan pidana.
c. Advokasi Pelayanan advokasi terhadap korban harus mampu menjamin adanya kompensasi bagi korban,
asuransi dan intervensi untuk menjamin keberlangsungan tagihan yang menjadi tanggungan korban, jaminan tempat tinggal dan pekerjaan juga diperlukan. Bantuan advokasi dalam rangka
memberikan perlindungan di rumah aman bagi korban juga diperlukan.
d. Pendampingan selama penyidikan Pendampingan emosional dalam bentuk pendampingan dalam berbagai tahap penyelidikan dan
penyidikan mulai dari identifikasi pelaku, pemeriksaan saksi, dan olah tempat kejadian perkara TKP. Bantuan langsung berupa penggatian property yang efektif, kompensasi, resitusi,
perlindungan dalam rumah aman untuk korban. Bantuan informasi berupa informasi perkembangan perkara, informasi hak-hak korban, informasi penahanan tersangka, perlindungan
alat bukti untuk pemeriksaan forensik, informasi mengenai bantuan medis, pemeriksaan forensik dan pencegahan viktimisasi lanjutan.
e. Pendampingan selama persidangan
Pendampingan personal selama proses persidangan. Bantuan langsung berupa koordinasi untuk terjaminan perlindungan bagi korban dengan seminimal mungkin muncul dalam persidangan,
penggantian biaya transportasi, bantuan restitusi, bantuan pelibatan korban dalam proses peradilan dan proses pengambilan keputusan, jaminan pemisahan tempat bagi korban dan pelaku
pada masa persidangan.
16
f. Pendampingan selama proses persidangan lanjutan Pendampingan emosional selama proses sidang lanjutan baik tingkat banding, kasasi, PK.
Bantuan langsung berupa jaminan telaksananya eksekusi restitusi, jaminan partisipasi korban dalam proses pembinaan pelaku pemberian informasi mengenai masa percoban dan grasi,
bantuan informasi dalam bentuk pemberian informasi mengenai hak-hak korban selama masa persidangan lanjutan dan pemberian informasi mengenai status pelaku. Pelayanan lebih lanjut
dapat berupa pelayanan pelaku-korban seperti mediasi, dialog korban-pelaku, kelas untuk korban, dan panel yang melibatkan korban.
g. Pelatihan untuk para Professional Pelayanan bantuan bagi korban harus mampu mengakomodir perlindungan korban dengan
pendekatan yang multidisipliner. Oleh karena itu pelatihan terlebih dahulu mengenai program bantuan korban minimal melibatkan polisi dan penuntut umum haruslah tersedia. Secara lebih
lanjut, pelatihan ini mampu merumuskan program pelayanan bantuan kepada korban yang dapat diajarkan kepada professional lainnya. Perumusan educational program on victim issue tersebut
dapat melibatkan para hakim, petugas pemasyarakatan, perwakilan media, akademisi, para medis dan rumah sakit, psikiater, ulama atau ahli agama, dan komnas HAM.
h. Pelayanan Pendidikan terhadap Publik Pelayanan bantuan terhadap korban selain memberikan bantuan kepada korban juga harus
mampu membangun kesadaran publik mengenai hak-hak korban. Layanan bantuan korban direkomendasikan untuk mampu menyusun kode etik perlindungan korban untuk menghindarkan
korban dari sentimen publik yang biasanya berakibat pada terjadinya viktimisasi.
g. Perumusan Standar Praktek dan Kode Etik Dalam rangka mengembangkan perlindungan korban pada tingkat yang lebih tinggi, maka standar
tertulis dan kode etik bagi perlindungan korban harus dirumuskan.
2.3 Layanan Untuk Korban Kekerasan Seksual