14 mengalami kerugian fisik atau mental yang sifatnya permanen. Keluarga korban juga berhak
menerima kompensasi dalam hal korban meninggal, dan keluarga mengalami kerugian. Bantuan kepada korban yang disebutkan dalam Deklarasi ini terdiri dari bantuan material,
medis, psikologis dan bantuan sosial yang didapatkan dari berbagai pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Korban dalam peradilan harus diberitahu mengenai hak nya atas pelayanan
kesehatan dan pelayanan sosial, aparat penegak hukum juga harus dilatih untuk memahami kebutuhan korban dan memastikan kebutuhannya terpenuhi.
Sejak munculnya deklarasi ini, perhatian terhadap korban lambat laun mulai berkembang, dengan diadopsinya beberapa instrumen internasional lainnya, seperti ECOSOC adoption of the
Guideline on Justice Matters Involving Child Victims and Witnesses of Crime dan UN General Assembly adoption of the Basic Principles and Guideline on the Right to a Remedy and Reparation
for Victims of Gross Violation of International Human Rights Law and Serious Violation of International Humantarian Law pada tahun 2005. Namun begitu, Basic Principle tidak mewajibkan
dan mengikat negara-negara untuk memberlakukan ketentuan dalam dokumen tersebut. Sebenarnya instrumen yang mencoba mengikat negara-negara anggota telah dirumuskan dalam
bentuk konvensi, namun hingga saat ini belum disahkan
32
.
2.2 Standar Layanan untuk Korban
Untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip yang terdapat dalam UN Declaration of Basic Principles of Justice for Victims of Crime and Abuse of Power, PBB telah menyusun handbook yang
dapat dijadikan sebagai rujukan bagi pelaksanaan hak-hak korban dalam peradilan pidana. Handbook tersebut memuat tentang standar pelayanan yang diberikan kepada korban untuk
membantu negara-negara mengamplikasikan pelayanan tersebut, terdapat sedikitnya 9 layanan yang harus dimiliki pada program bantuan bagi korban, yang terdiri dari:
a. Crisis Intervention
Pelayanan bantuan kepada korban harus memiliki fasilitas pendampingan bagi masalah emosional korban, dalam bentuk konseling. Intervensi ini terdiri dari tiga pokok mekanisme, yaitu penguatan
secara emosinal, bantuan langsung seperti bantuan kesehatan yang dalam kondisi darurat, rumah aman, bahan makanan, perawatan langsung, perbaikan property yang dimiliki oleh korban dan
pengobatan dari pengaruh obat-obatan dan bantuan informasi mengenai hak-hak korban. Secara lebih lanjut, pelayanan bantuan kepada korban direkomendasikan untuk menyediakan
pendampingan emosional kepada keluarga korban mengenai kondisi korban. Bantuan langsung kepada korban lanjutan dapat berupa bantuan pakaian, rumah aman, penggantian biaya
32
Dokumen draft UN Convention on Justice and Support for Victims of Crime and Abuse of Power dapat
didapatkan di
http:www.worldsocietyofvictimology.orgwp-contentuploads201412Draft- Convention.pdf
15 transportasi, pembersihan dan perbaikan tempat kejadian perkara, dan perlindungan melalui
lembaga.
b. Konseling
Layanan konseling bagi korban harus menyediakan fasilitas konseling baik secara individu maupun kolektif. Bantuan langsung berupa rumah aman, dan bantuan informasi dalam konseling mengenai
cara mencegah terjadinya viktimisasi ganda dan ketergantungan obat-obatan serta informasi mengenai pelayanan kesehatan fisik, mental dan sosial. Secara lebih lanjut, pelayanan bantuan
korban direkomendasikan secara lebih lanjut menyediakan konseling jangka panjang dan intervensi penanganan trauma. Bantuan langsung lanjutan dapat berupa penggatian kerugian
dalam bentuk barang ataupun dokumen. Bantuan informasi lanjutan berupa pemulihan hukum diluar lembaga peradilan pidana.
c. Advokasi Pelayanan advokasi terhadap korban harus mampu menjamin adanya kompensasi bagi korban,
asuransi dan intervensi untuk menjamin keberlangsungan tagihan yang menjadi tanggungan korban, jaminan tempat tinggal dan pekerjaan juga diperlukan. Bantuan advokasi dalam rangka
memberikan perlindungan di rumah aman bagi korban juga diperlukan.
d. Pendampingan selama penyidikan Pendampingan emosional dalam bentuk pendampingan dalam berbagai tahap penyelidikan dan
penyidikan mulai dari identifikasi pelaku, pemeriksaan saksi, dan olah tempat kejadian perkara TKP. Bantuan langsung berupa penggatian property yang efektif, kompensasi, resitusi,
perlindungan dalam rumah aman untuk korban. Bantuan informasi berupa informasi perkembangan perkara, informasi hak-hak korban, informasi penahanan tersangka, perlindungan
alat bukti untuk pemeriksaan forensik, informasi mengenai bantuan medis, pemeriksaan forensik dan pencegahan viktimisasi lanjutan.
e. Pendampingan selama persidangan