Proses Penyaluran Aspirasi Hubungan DPR RI dengan Pemerintah Daerah dan DPRD.

pelaksanaan tugas dan wewenang DPD R I sekarang dan peran ideal DPD RI di masa yang akan datang; masyarakat dapat memahami peran dan posisi DPD RI dalam peraturan perundang-undangan; dan peningkatan peran DPD RI dalam menjembatani hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang konstruktif dan sinergis. Pemberdayaan DPD RI dan diikuti dengan terbangunnya hubungan yang harmonis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan mendorong sistem bikameral yang kuat di mass yang akan datang, sehingga kepentingan dan aspirasi masyarakat dan daerah dapat terjembatani secara efektif oleh DPD dan mitranya menuju demokrasi dan kesejahteraan yang merata di seluruh daerah dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia. Diperlukan penguatan peran, tugas, dan kewenangannya terutama untuk memperjuangkan kepentingan daerah dalam rangka perumusan kebijakan nasional.

IV.3.3. Proses Penyaluran Aspirasi

Setelah wakil daerah melakukan proses penyerapan aspirasi, tentunya realisasi konkrit atau tindaklanjutnya menjadi hal yang penting. Aspirasi-aspirasi yang masuk harus diperhatikan dan diproses pada jalur semestinya. Dalam hal ini ada tahapan- tahapan yang mesti dilakukan oleh seorang wakil daerah, yaitu antara lain: 65 a. menyusun laporan hasil kunjungan kerja dalam bentuk resume aspirasi masyarakat yang telah dipisahkan berdasarkan persoalan masing-masing. b. melakukan identifikasi persoalan-persoalan di masyarakat sehingga menjadi jelas dan spesifik. c. melakukan pemilahan atau kategorisasi berdasarkan tugas, kewenangan lembaga legislatif dan eksekutif, seperti: 65 Ibid, hal. 89-90 72 1. Persoalan yang menjadi kewenangan DPD RI; 2. Persoalan yang menjadi kewenangan DPRD dan Pemda Provinsi; 3. Persoalan yang menjadi kewenangan DPRD kabupaten kota, atau Pemda kabupatenkota; 4. Persoalan yang di luar kewenangan DPD RI selanjutnya disampaikan melalui mekanisme rapat kerja di daerah yang didasarkan atas Skala prioritas persoalan; Persoalan yang menjadi kewenangan DPD RI kemudian dibawa ke Pusat untuk disusun bersama-sama anggota DPD RI provinsi masing-masing dan dipilah berdasarkan wilayah kerja alat kelengkapan DPD untuk diparipurnakan. Laporan yang disampaikan pada paripurna kemudian disalurkan kepada alat kelengkapan berdasarkan wilayah kerja masing- masing untuk dibahas bersama dengan pemerintah, dalam hal ini menteri terkait. Secara skematis alur penyerapan aspirasi masyarakat oleh DPD RI dapat digambarkan sebagai berikut: 73 Kewenangan DPD Penyerapan Aspirasi secara Langsung Kewenangan DPD Bukan Kewenangan DPD Kewenangan KabKota DPR RI BPK Pemerintah Alat Kelengkapan Sidang Paripurna DPD RI Kewenangan Provinsi Melakukan Melakukan Pemilahan atau Kategorisasi Melakukan Identifikasi Persoalan-Persoalan Konsultasi dengan Lembaga Pemerintahan Lokal DPRDPemda yang telah Menerima Aspirasi Masayarakat Setiap Saat Penyerapan Aspirasi secara Tidak Langsung Kunjungan Kerja di Daerah pada Saat Sidang atau Reses Seminar, Tatap Muka, Lokakarya, dan forum-forum lainnya Untuk Menyerap, Menghimpun, dan Menampung Aspirasi Masyarakat Menyusun Laporan Hasil Kunjungan Kerja Tugas Kewenangan Fungsi DPD RI Tindakan Politis Penyerapan Aspirasi Masyarakat 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan.

Setelah dilakukan pembahasan hasil penelitian sebagaimana diuraikan dalam bab- bab sebelumnya, maka sampailah pada kesimpulan, sebagai berikut : 1. Ide dasar pembentukan DPD RI adalah terakomodasinya kepentingan daerah dalam pembentukan perundang-undangan, sehingga fungsi DPD RI dalam bidang legislasi, pengawasan dan nominasi diselenggarakan secara berimbang dua kamar DPR RI dan DPD RI yang anggotanya dipilih secara langsung. DPD RI akan meningkatkan posisi tawar daerah dalam memperjuangkan aspirasi daerah secara langsung di tingkat pusat, ini artinya DPD RI disebut sebagai salah satu chambers legislatif, maka secara implisit diakui bahwa parlemen di Indonesia memiliki dua chambers. Untuk memenuhi fungsi tersebut harus dilakukan perubahan kembali terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, utamanya pada pasal-pasal 20, pasal 21, pasal 22 dan pasal 23. 2. Untuk membangun sistem checks and balances dalam parlemen bikameral, seharusnya DPD RI mempunyai fungsi dan kewenangan yang sama dengan DPR RI sebagai lembaga legislatif. DPD RI dan DPR RI sama-sama berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang serta saling memiliki hak veto yang dapat membatalkan suatu rancangan undang-undang yang telah disetujui lembaga lainnya setelah memenuhi persyaratan tertentu. Pembahasan suatu rancangan undang-undang dimulai dari masing-masing lembaga perwakilan, apabila DPR RI sudah menyetujui suatu 75